Menjalin Jodoh Baik dan Mempraktikkan Ajaran Jing Si
Jurnalis : Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru) , Fotografer : Meiliana, Toni (Tzu Chi Pekanbaru)
Alexander datang bersama sang
mama
ke acara Vesak Fair dan turut serta
mengambil nomor Kata Renungan Jing Si.
Bersempena dengan perayaan Hari Waisak 2558 BE/Tahun 2014, Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Propinsi Riau dan Kota Pekanbaru menggelar acara Vesak Fair selama 3 hari berturut-turut: 16, 17, dan 18 Mei 2014, bertempat di Jl. Pemuda, Pemuda City Walk sebagai rangkaian kegiatan Waisak 2558 BE/2014. Karena adanya jalinan jodoh dengan Bapak Doni selaku Ketua Kegiatan Vesak Fair yang mengajak Hong Thay Shixiong (Ketua Tzu Chi Kantor Penghubung Pekanbaru) untuk turut berpartisipasi di acara bazar, tenda berukuran 6M (P) x 3M (L) pun diberikan tanpa pungutan biaya agar Tzu Chi dapat menjalin jodoh baik dengan banyak orang.
Sebuah jalinan jodoh dan kesempatan untuk memperkenalkan Tzu Chi dan Ajaran Jing Si dari Master Cheng Yen kepada masyarakat luas, dimana Tzu Chi mendapatkan posisi yang cukup strategis (depan panggung), sehingga mengundang banyak pengunjung untuk menghampiri stand Tzu Chi. Selain menjual produk-produk Jing Si, kerajinan tangan, kue bulann, maskot Tzu Ching, juga ada kreativitas dari relawan yang membuat Kata Perenungan Master Cheng Yen dalam bentuk “Roda Dharma” yang menarik perhatian pengunjung.
Relawan Tzu Chi melayani dengan ramah kepada setiap pengunjung yang menghampiri stan Jing Si.
Permata kehidupan Erianto ada di nomor 21 bagian bawah Roda Dharma.
Di tengah keramaian orang yang berlalu lalang, seorang pemuda bernama Erianto akhirnya berhasil menemukan Kata Perenungan Master Cheng Yen yang bertepatan dengan usianya: nomor 21. Kata perenungan itu berbunyi: “Kita harus melakukan pelestarian lingkungan masyarakat dengan baik juga harus melakukan pelestarian lingkungan batin sendiri dengan baik.” Erianto mendapatkan penjelasan dari Wismina Shijie terkait dengan makna kata perenungan yang diperolehnya, “Kata Renungan ini berkaitan dengan pelestarian lingkungan dalam batin. Nah, sebenarnya bumi sekarang sudah rusak karena ulah manusia. Karena keinginan kita yang terlalu banyak, jadi kita harus bisa mengontrol keinginan. Ketika kita menginginkan suatu barang, kita harus pikirkan kembali bahwa ini adalah keinginan atau kebutuhan. Jika keinginan tiada batasnya, sedangkan kebutuhan sesuai dengan yang kita butuhkan.” Wismina mencontohkan seperti telepon genggam (HP) yang pasti up-date terus. Jika dulu HP fungsinya mungkin hanya untuk komunikasi, tetapi kini HP pun juga bisa untuk internet. Nantinya HP akan inovasi terus. Jika diikuti terus (ganti) maka tidak akan ada habisnya. Inilah makna pelestarian lingkungan batin. Kita harus bisa mengontrol keinginan kita. Erianto tampaknya sangat meresapi makna Kata Renungan yang dijelaskan. Ia pun berikrar akan menghapus kebiasaan buruk dan mulai belajar mengontrol keinginan.
Salah satu pengunjung mencoba merasakan langsung Kue Bulan yang dibuat secara alami dan penuh cinta kasih relawan Tzu Chi.
Kostum maskot Tzu Ching yang lucu dan menggemaskan menjadi daya
tarik khusus bagi pengunjung untuk menghampiri stan Jing Si. Tzu Ching
turut mengisi acara di panggung dengan memeragakan isyarat tangan “Ciak Chai” dan “Xing Fu De Lian”
“Alexander sangat senang membaca. Ia tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Ini yang membuat Alexander menjadi anak yang berprestasi di sekolah. Cukup disuruh sekali saja, Alexander dengan sigap langsung menjalankan. Misalnya saya suruh dia makan. Sekali saja saya minta, dia langsung pergi makan,” ujar Chia Siu Cen, sang mama. Dengan semangatnya Chia Siu Cen menceritakan bagaimana baiknya keseharian Alex di rumah. Sang mama merasa Kata Perenungan Master Cheng Yen diperoleh Alex sangat cocok sekali dengannya: “Gunakan kebijaksanaan untuk menemukan makna sejati dari kehidupan. Gunakan kemauan yang gigih untuk mengatur waktu dalam kehidupan.”