Menjalin Jodoh Baik di Pendidikan

Jurnalis : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

fotoMinggu 12 Juli 2011, relawan Tzu Chi Pekanbaru mengadakan sosialisasi tentang program pembelajaran budi pekerti tahun ajaran 2011/2012.

“Dengan hati orangtua mencintai murid, dengan kebijaksanaan Bodhisatwa mendidik murid.”

(Kata Perenungan Master Cheng Yen)

 

 

Minggu, 17 Juli 2011, kantor Tzu Chi Pekanbaru ramai dikunjungi oleh Dui Fu(mentor) dan  orangtua murid yang datang untuk menghadiri sosialisasi tentang program pembelajaran budi pekerti tahun ajaran 2011/2012. Pada hari yang sama diadakan 2 kegiatan yaitu sosialisasi dengan Dui Fu yang dilaksanakan pukul 13.00 – 14.00 WIB dan kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi dengan orangtua yang dimulai dari pukul 14.00 – 16.15 WIB.

Diantara undangan yang hadir nampak banyak wajah-wajah baru alias baru pertama kali datang ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Pekanbaru. Demi putra-putri tercinta, mereka pun dengan wajah penuh senyuman datang mengikuti sosialisasi ini dan rela meninggalkan kesibukan yang ada. Karena jalinan jodohlah maka semua bisa hadir di acara ini, serta karena jalinan jodoh jugalah para orangtua memercayakan anak-anak mereka untuk belajar budi pekerti di Tzu Chi. Semoga ini merupakan satu langkah awal bagi orangtua untuk bersama-sama tim pendidikan Tzu Chi mewujudkan pribadi siswa-siswi generasi penerus yang berpotensi dan berbudi pekerti luhur.

Di Tzu Chi kita semua adalah satu keluarga. Semua murid-murid kelas budi pekerti sama dengan anak-anak kita sendiri. Inilah ciri khas Pendidikan Tzu Chi. Pendidikan akan berhasil apabila ada kerjasama dan integrasi antara guru, orangtua serta murid, dan pendidikan ini pun harus dimulai sejak dini agar tertanam satu pondasi yang kuat dan kokoh.

Sosialisasi dengan Dui Fu
Pada tahun ajaran ini, minat orangtua untuk mendaftarkan putra-putrinya ke pembelajaran kelas budi pekerti begitu tinggi sehingga kelas pun harus ditambah dari tiga kelas menjadi empat kelas dengan jumlah peserta yang lebih banyak dalam satu kelasnya. Untuk ini dibutuhkan lebih banyak barisan Bodhisatwa pendidikan. Sebelumnya hanya ada sekitar 20 orang Dui Fu. Dan tahun ini relawan yang bersedia bergabung dibarisan Dui Fu menjadi sekitar 34 orang. Ketika jalinan jodoh telah tiba, jangan ragu dan bimbang lagi untuk berbuat – just do it.

Seperti yang disampaikan oleh Tishe Shijie, dengan bersedianya relawan atau orangtua untuk menjadi Dui Fu ini ibarat sudah melangkahkan satu kaki ke Tzu Chi dan semoga langkah selanjutnya menjadi lancar karena kita semua punya tujuan untuk memberikan pendidikan moral yang baik buat putra-putri kita.

foto  foto

Keterangan :

  • Demi putra-putri tercinta, mereka pun dengan wajah penuh senyuman datang mengikuti sosialisasi ini dan rela meninggalkan kesibukan yang ada. (kiri)
  • Sebelumnya hanya ada sekitar 20 orang Dui Fu (mentor) dan tahun ini relawan yang bersedia bergabung dibarisan Dui Fu menjadi sekitar 34 orang. (kanan)

Mengawali sosialisasi, Metta Shijie memaparkan struktur dan pembagian tugas tim pendidikan, tujuan dari pembelajaran kelas budi pekerti, tugas dan tanggung jawab Dui Fu, jadwal kelas serta hal-hal lainnya. Tujuan dari sosialisasi ini dimaksudkan sebagai perkenalan awal dengan para Dui Fu dengan tim pendidikan dan memberikan pembekalan awal atas tugas yang harus diemban sebagai Dui Fu dalam pembelajaran kelas budi pekerti, terutama bagi Dui Fu yang baru. Dan bagi Dui Fu yang lama ini merupakan siaran ulang untuk mengingat kembali.

Melalui kelas budi pekerti diharapkan kita dapat menggalang lebih banyak hati untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi, terutama dari orangtua murid. Dalam sharingnya Bie Bie Shijie menyatakan, ”Saat ditawari untuk menjadi Dui Fu  saya agak ragu dan bingung apakah saya bisa dan saya sempat memikirkannya semalaman namun berkat dukungan dari mama saya yang tahu kegiatan ini baik dan positif akhirnya saya bulatkan tekad untuk memenuhi ajakan menjadi Dui Fu. Sesuatu yang baik tidak perlu ragu lagi untuk segera dilaksanakan.”

Semoga Dui Fu yang sudah bersedia bergabung di barisan Bodhisatwa Pendidikan ini membulatkan tekad untuk terus melangkah dengan penuh semangat, walau terkadang ada ”kerikil-kerikil kecil” yang menghalangi, segala rintangan dapat diselesaikan bersama asal semua dapat menjalin kerjasama dan kekompakan dalam tim. Jia You.

Sosialisasi dengan Orangtua Murid
Antusias orangtua terhadap pembelajaran kelas budi pekerti cukup tinggi. Terbukti begitu banyak orangtua yang datang memenuhi undangan ini dan ruangan menjadi penuh bahkan ada juga orangtua yang anaknya belum terdaftar juga ikut hadir. Walau ruangan sedikit panas, namun semua dengan tenang dan serius mendengarkan dan menyaksikan materi yang disampaikan hingga selesai.

Adapun maksud dari sosialisasi dengan orangtua adalah agar dapat terjalin satu jaringan komunikasi yang baik antara orangtua dan tim pendidikan Tzu Chi demi suksesnya pembelajaran budi pekerti. Dalam kesempatan ini juga dipaparkan tentang materi apa saja yang diajarkan dan apa peran dari orangtua atas keberhasilan suatu pendidikan serta tata tertib pembelajaran budi pekerti yang harus dipatuhi oleh setiap siswa.

Ada 3 tujuan yang menjadi fokus Pendidikan di Tzu Chi, yaitu:

  1. Pendidikan Kehidupan/Life Education : Fokus pada norma-norma kehidupan yang dapat dijadikan pedoman hidup
  2. Pendidikan Jiwa /Live Education : Fokus pada aspek psikologis dan mental
  3. Budaya Humanis/Humanity Education : Dengan semangat menyucikan hati manusia, budaya humanis menitik beratkan hubungan antar manusia dengan prinsip Gan en (Bersyukur), Zhun Zhong (Saling Menghormati) dan Ai (Cinta Kasih).

Ketiga aspek diataslah yang menjadi ciri khas pendidikan budi pekerti Tzu Chi yang mungkin tidak dijumpai pada pendidikan formal lainnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Melalui kelas budi pekerti diharapkan kita dapat menggalang lebih banyak hati untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi, terutama dari orangtua murid.(kiri)
  • Sosialisasi ini bertujuan agar dapat terjalin satu jaringan komunikasi yang baik antara orangtua dan tim pendidikan Tzu Chi demi suksesnya pembelajaran budi pekerti.(kanan)

Dalam praktik keseharian, sangatlah diharapkan kerjasama dari orangtua untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan apa yang sudah dipelajari di rumah. Seperti saat anak akan membantu menyajikan nasi atau minum untuk papa dan mama, jangan dilarang dan berikan kesempatan kepada anak untuk mewujudkan rasa bakti mereka. Tindakan ini jika terus dipupuk akan tertanam menjadi satu kebiasaan yang baik dan orangtua juga jangan merasa sungkan untuk mengucapkan terima kasih atau memberikan pujian saat mereka melakukan sesuatu yang benar dan baik. Bagi yang belum pernah atau jarang melakukan mungkin masih merasa risi atau sungkan, namun jika hal ini terus dipraktikkan lama-lama akan menjadi satu kebiasaan baik yang juga dapat membuat hubungan orangtua dan anak menjadi lebih harmonis dan akrab.

Pada kesempatan ini tim pendidikan juga meminta persetujuan dari orangtua untuk dapat membawa anak-anak berkunjung ke panti jompo, panti asuhan, posko daur ulang dan lainnya suatu waktu, untuk dapat melihat secara langsung lika-liku kehidupan yang nantinya dapat membangkitkan rasa syukur mereka. Semua orangtua dengan serentak menyetujui.

Di akhir acara semua yang hadir mendengarkan ceramah Master Cheng Yen seputar dunia pendidikan. Walau harus duduk lebih dari 2 jam untuk mendengarkan dan menyaksikan berbagai informasi, semua masih nampak semangat dan dengan wajah penuh senyuman meninggalkan ruangan dan tersirat di wajah-wajah mereka harapan agar putra-putri mereka mendapatkan pembelajaran budi pekerti yang baik di Tzu Chi, yang nantinya dapat memberikan perubahan sikap ke arah yang lebih baik dengan mengutamakan prinsip Gan en (bersyukur) , Zhun Zhong (Menghargai) dan Ai (Saling mencintai).

Hal ini menjadi tantangan yang dapat memacu semangat Tim pendidikan untuk memberikan yang terbaik. Jia You tim pendidikan. Dengan ketulusan, kerjasama dan kekompakan, tim kita pasti bisa. Yess, We Can...

Sebagai Pemacu semangat ingatlah selalu kata Perenungan berikut ini: ”Para pendidik bagaikan petani, sedang hati anak didik bagaikan petak-petak sawah, jadi para pendidik harus pandai menggarap ladang batin anak-anak, namun sebelumnya para pendidik harus menggarap dengan baik lahan batin sendiri.” Jadi saat kita mendidik anak-anak secara tidak langsung kita juga membenahi diri sendiri dan kita pun dapat belajar. Semoga tim pendidikan dapat turut berkontribusi mencerdaskan anak bangsa dengan budi pekerti yang luhur.

  
 

Artikel Terkait

Sentuhan Awal untuk Anak Kurang Gizi

Sentuhan Awal untuk Anak Kurang Gizi

22 Februari 2009 Kesehatan adalah harta yang paling berharga bagi manusia. Mempunyai badan sehat adalah keinginan setiap orang. Namun tak jarang karena beban kehidupan yang begitu berat menghimpit, orang mengabaikan bahkan melakukan hal-hal yang dapat membahayakan kesehatannya sendiri.
Hari Bahagia di Hari Santri

Hari Bahagia di Hari Santri

22 Oktober 2019

Tanggal 22 Oktober menjadi hari yang bersejarah bagi para santri, dimana hari itu merupakan Hari Santri yang ditetapkan pemerintah sejak tahun 2015. Di Hari Santri Nasional 2019 ini pula, para santri mendapatkan berkah dengan diresmikannya Kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).

Suara Kasih: Membangun Ikrar Luhur Tanpa Batas

Suara Kasih: Membangun Ikrar Luhur Tanpa Batas

25 September 2013 Hatinya begitu murni bagaikan bunga teratai. Dia mempelajari dan meyakini Dharma dengan cara yang begitu sederhana. Apa yang saya katakan langsung diterima dan dipraktikkan olehnya. Harapannya tidak banyak.
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -