Menjalin Jodoh Baik Melalui Seni Merangkai

Jurnalis : Lindawati Tjiawi (Tzu Chi Medan), Fotografer : Ryanto Budiputra, Sherly (Tzu Chi Medan)


Kelas Teen Jing Si Ban (kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen) belajar merangkai bunga pada Minggu, 23 September 2018. Lim Huey Mei menjelaskan cara mengambil bunga agar sesuai dengan besar kecilnya pot yang tersedia.

Merangkai bunga merupakan salah satu budaya humanis Tzu Chi. Saat merangkainya diperlukan kesabaran, ketelitian, dan konsentrasi. Merangkai bunga juga bukan hanya sekadar menyusun bunga supaya kelihatan cantik dan rapi, tapi juga merupakan ajaran Jing Si dan seni yang mengindahkan batin. Dengan merangkai kita akan fokus ke bunga sehingga batin menjadi tenang. Dari batin yang tenang akan terlihat indahnya bunga dan menghasilkan seni yang indah. Hasil rangkaian bunga pun akan terlihat kombinasi yang selaras antara bunga dan daun. Jika daun terlalu besar, kita kecilkan untuk mengimbangi bunganya, seperti halnya kita yang harus mengecilkan ego untuk dapat bekerja sama dengan orang lain. Daun yang keras kita lenturkan dengan elusan tangan, seperti halnya sifat keras hati kita lembutkan dengan Dharma. Dari merangkai bunga bisa dijadikan sebagai ladang pelatihan diri.

Kelas Teen Jing Si Ban (kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen) belajar merangkai bunga pada Minggu, 23 September 2018. Pada kesempatan ini Yanny selaku pengurus bidang pendidikan Tzu Chi wilayah Medan Timur mengundang Lim Huey Mei, yang sudah pernah belajar merangkai bunga (hua dao) di Taiwan ke Depo Mandala untuk mengajarkan para Xiao Pu Sa (murid-murid Jing Si Ban) dan relawan Tzu Chi untuk merangkai bunga. Yanny mengusulkan Xiao Pu Sa untuk belajar merangkai bunga yang menjadi salah satu budaya humanis Tzu Chi.

“Kita ingin mengadakan pengenalan merangkai bunga kepada Xiao Pu Sa, di mana hua dao ini termasuk ke dalam salah satu budaya humanis Tzu Chi, sebuah kegiatan yang mengandung nilai estetika secara umum dan mengandung unsur Dharma dan unsur pembelajaran secara khusus,” Yanny menerangkan.

Siu Lin, koordinator Jing Si Ban mengatakan bahwa belajar merangkai bunga merupakan kegiatan ekstra yang bagus untuk Xiao Pu Sa karena akan menambah wawasan mereka. “Kegiatan ini sangat bagus sekali karena bisa menambah wawasan/pengetahuan tentang merangkai bunga bagi Xiao Pu Sa dan relawan yang ikut dalam kegiatan tersebut.  Bukan sekadar seni tentang keindahan, tapi juga mengandung nilai untuk mengajarkan kita tentang cinta kasih terhadap bunga yang termasuk tumbuhan juga, bukan hanya cinta kasih terhadap sesama manusia dan hewan saja,” ujarnya.                            

Sebelum kegiatan merangkai bunga dimulai, Lim Huey mei mengajak Xiao Pu Sa dan relawan untuk Jing Xin (menenangkan batin) sejenak dengan memegangi setangkai bunga carnation berwarna pink sambil menutup mata dan merasakan sentuhan tangan ke tangkai bunga. Peserta juga diajak untuk merasakan nafas masuk dan nafas keluar dengan tenang. Lim Huey Mei pun menjelaskan makna yang terkandung di dalam merangkai bunga.


Para peserta diajak untuk menenangkan batin) sejenak dengan memegangi setangkai bunga dan merasakan sentuhan tangan ke tangkai bunga. 


Relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) yang juga turut mengikuti kegiatan ini dengan penuh sukacita merasakan makna yang terkandung dalam merangkai bunga. Meiriatini (kanan) merasa kegiatan ini sangat bermakna.

“Di Tzu Chi, kita tidak hanya merangkai bunga saja tapi juga menerangkan Dharma. Dalam merangkai bunga kita belajar untuk tidak hanya mencintai diri sendiri tapi juga mencintai orang lain dan semua makhluk, termasuk tumbuh-tumbuhan dan lingkungan,” papar Lim Huey Mei. “Dari bunga kita bisa belajar ketidakkekalan, bunga mekar dan indah, itu hanya tahan 3 hari dan akhirnya layu. Hidup juga begitu, tidak kekal. Dengan melihat ketidakkekalan kita lebih bisa menghargai hidup sehingga kita bisa bersumbangsih dan hidup kita lebih bernilai,” lanjutnya.

Kegiatan merangkai bunga juga bisa mengurangi sampah, seperti dengan memanfaatkan barang-barang daur ulang seperti botol air minum dijadikan sebagai pot bunga. Merangkai bunga juga dijadikan sebagai ajang pelatihan diri bagi setiap insan. “Kita belajar berbagi dengan sesama, daun, dan bunga yang tidak kita pakai bisa dikasih ke teman yang mau pakai. Juga belajar bersabar dari merangkai bunga, karena dalam merangkai bunga kita harus sabar dan teliti. Selain itu kita belajar rapi, dan kombinasi harus selaras, seperti hidup ini harus saling bekerja sama. Daun yang tidak bagus yang harus dibuang, kita buang demikian juga dengan tabiat buruk kita harus dibuang,” papar Huey Mei.

Kegiatan merangkai bunga ini diikuti oleh 22 relawan dan 9 Xiao Pu Sa. Mereka benar-benar menikmati kegiatan ini. Merangkai dengan sepenuh hati sehingga menghasilkan rangkaian bunga yang indah. Violetta, salah satu murid New Class Jing Si Ban merasa senang karena dapat merangkai bunga dengan bagus. “Saya sangat bangga karena bunga yang saya rangkai sangat bagus. Saya sangat bahagia melihat hasil bunga yang saya rangkai,” tutur Violetta dengan mata berbinar.

Sama halnya dengan Kevin, murid Teen Class Jing Si Ban yang biasanya tidak bisa duduk diam dalam mengikuti pelajaran, kali ini benar-benar tenggelam dalam batin yang indah. Ia pun menghasilkan rangkaian bunga yang indah untuk dipandang. “Saya merasa senang, merangkai bunga memerlukan kesabaran dan imajinasi, hasilnya bunga jadi bagus. Jika ada kegiatan ini lagi saya mau ikut, karena menyenangkan,” ungkap Kevin bahagia.

Relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) yang juga turut mengikuti kegiatan ini dengan penuh sukacita merasakan makna yang terkandung dalam merangkai bunga. “Bagi saya, kegiatan ini sangat bermakna, di sini selain belajar merangkai bunga kita bisa belajar untuk menyayangi semua makhluk. Saya sangat bahagia karena bisa mengikuti kegiatan ini, Gan en,” ucap Meiriatini.  


Rosna (kiri) sedang membantu menjelaskan cara membulatkan daun kepada Violetta.


Usai merangkai bunga, para peserta dan relawan berfoto bersama dengan membawa hasil karya masing-masing.

Sementara itu Rosna, koordinator kegiatan ekstra merasa bahwa kegiatan semacam ini dapat memotivasi semangat belajar anak-anak. “Kegiatan hua dao ini diadakan agar Xiao Pu Sa dapat melatih kesabaran, mengerti artinya kerja sama tim dan bisa menambah wawasan mengenai hua dao (merangkai bunga). Xiao Pu Sa memang perlu motivasi untuk belajar dan meningkatkan nilai akademiknya,” ucap Rosna dipenghujung kegiatan.   

Editor: Yuliati 


Artikel Terkait

Menjalin Jodoh Baik Melalui Seni Merangkai

Menjalin Jodoh Baik Melalui Seni Merangkai

26 September 2018
Merangkai bunga merupakan salah satu budaya humanis Tzu Chi. Saat merangkainya diperlukan kesabaran, ketelitian, dan konsentrasi. Dari merangkai bunga bisa dijadikan sebagai ladang pelatihan diri.
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -