Menjalin Jodoh yang Baik dengan Semua Makhluk
Jurnalis : Beby Chen (Tzu Chi Medan), Simfo Indrawati (Tzu Chi Medan) , Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan), Andre Einstein (Tzu Chi Medan)Doa bersama memperingati bulan tujuh penuh berkah dilaksanakan oleh Tzu Chi Medan pada 23 Agustus 2014 di Grand Ocean Restaurant.
Setiap tahunnya pada bulan tujuh penanggalan Imlek sepertinya merupakan bulan yang sangat istimewa karena menurut legenda masa lalu di kalangan masyarakat, bulan ini disebut sebagai hantu. Makna sebenarnya adalah melihat dengan hati berterima kasih yang tulus bahwa bulan ini adalah bulan penuh berkah dan penuh sukacita. Mendidik orang-orang agar tahu berterima kasih dan membalas budi orang tua, para guru dan semua makhluk.
Untuk menyebarkan makna sebenarnya mengenai bulan tujuh, Tzu Chi Medan acara doa bersama di bulan tujuh pada tanggal 23 Agustus 2014 di Grand Ocean Restaurant, Jalan Boulevard Utara No. 12 Komplek Cemara Asri, Medan. Dalam pembukaan acara, Tony Honkley Shixiong bertanya kepada Indrawani Shijie mengenai arti bulan tujuh. "Katanya bulan tujuh ini bulan penuh hantu ya?" pertanyaan ini kemudian disambut dengan arti yang berbeda bahwa bulan tujuh adalah bulan bakti yang penuh berkah.
Banyak masyarakat yang masih memiliki pengertian yang kurang tepat akan bulan tujuh. Banyak dari mereka bersembahyang di depan pintu dan meminta keselamatan pada roh gentayangan. Para keluarga juga menyajikan makanan kesukaan dari leluhur berupa daging dan lainnya. Ini merupakan pandangan yang kurang tepat karena terlahir di alam hantu atau menjadi hantu merupakan hasil dari banyaknya karma buruk yang diciptakan oleh manusia semasa hidupnya atau pada kehidupannya yang lampau. Jika kita sebagai keluarga membunuh hewan dan menyajikan dagingnya untuk persembahan, itu hanya akan menambah karma buruk kita dan tidak memberikan manfaat apapun untuk leluhur.
Para Relawan memasuki ruangan tanda dimulainya prosesi doa dimulai.
Menumbuhkan Niat Bervegetarian
Memasuki pukul
20.30 wib, sebuah pertunjukan drama isyarat tangan "Yi Nian Zhi Jian” yang artinya “Dalam Sekilas Niat" ditampilkan. Drama ini menyerukan semua orang agar
menaati sila, bervegetarian dan melindungi kehidupan. Diawali dengan suara
musik kicauan burung yang merdu diperagakan oleh 25 orang Tzu Shao yang
menceritakan bahwa pada awalnya dunia hewan hidup dengan damai secara
berdampingan dan dikarenakan manusia demi memuaskan nafsu makan, manusia tega
membunuh, membakar dan merebus, menggoreng makhluk yang terlahir menjadi hewan
tersebut. Jika segala makhluk bisa saling memuliakan maka alam akan damai sejahtera.
Drama isyarat tangan ini ditutup dengan formasi menyerupai dewi seribu tangan yang ditampilkan dengan sangat indahnya dan tepuk tangan para hadirin pun memenuhi ruangan tersebut. Setelah itu dilanjutkan lagi dengan isyarat tangan yang berjudul "Cheng Xin Zai Jie” yang artinya “Tulus Bervegetarian dan Menaati Sila” yang mengharapkan agar setiap orang menyalakan dupa di dalam batin dengan tulus bervegetarian dan menaati sila, dengan hati yang tulus berdoa dari lubuk hati yang paling dalam, semoga dunia terbebas dari bencana dan malapetaka, mengasihi alam semesta, serta bermurah hati pada semua makhluk, semoga bersukacita dan selamat sejahtera.
Prosesi persembahan pelita, buah, bunga dan menyanyikan lagu pendupaan Lu Xiang Zhan.
Master Cheng Yen Bercerita
Di acara
tersebut juga ada diputarkan video Master Cheng Yen bercerita yang berjudul “Anak Gembala Meratapi Kerbau” yang
mengisahkan di suatu desa
terdapat seorang sesepuh yang sudah tua kemudian meninggal. Istri dan keluarga
sesepuh tersebut menangis sedih, dan di tanah pemakaman mengadakan upacara
sembahyang arwah, membunuh hewan dan bakar kertas sembahyang setiap harinya untuk
dipersembahkan kepada sesepuh yang sudah meninggal tersebut.
Setelah 7 hari, ada seorang anak pengembala dan kerbaunya yang melewati daerah tersebut, dan tiba-tiba kerbau mati mendadak di sekitar tanah pemakaman sesepuh tersebut. Anak pengembala menangis dengan histeris dan meminta kerbaunya untuk hidup kembali dengan mengambil rumput dan di letakkan dekat mulut kerbau yang tergelatak tersebut. Anak pengembala berharap kerbau bisa memakan rumput tersebut dan hidup kembali, tetapi kerbau tetap diam tergeletak. Keluarga sesepuh melihat akan hal tersebut, menasehati anak pengembala tersebut untuk berhenti menangis dan menjelaskan bahwa kerbau tersebut tidak akan mungkin bisa lagi memakan rumput yang diberikan karena sudah mati kerbau itu.
Memberikan kehangatan dalam menyambut pulang para pengunjung dengan senyuman terindah dan souvenir.
Anak pengembala yang mendengar hal tersebut membalas kembali perkataan dari keluarga sesepuh, jika kerbau yang mati ini tidak bisa makan rumput ini lagi, jadi mengapa kalian juga setiap harinya masih saja membakar kertas sembahyang dan mempersembahkan daging kepada orang yang telah meninggal tersebut. Orang yang telah meninggal juga tidak dapat lagi makan makanan yang kita berikan.
Keluarga sesepuh yang mendengar hal tersebut sekejap tersadarkan oleh perkataan yang dikembalikan oleh anak pengembala tersebut bahwasannya selama ini membunuh hewan untuk dipersembahkan kepada orang yang telah meninggal bukan menciptakan keberkahan melainkan adalah sia-sia saja. Setelah keluarga sesepuh tersadarkan, anak pengembala tersebut berubah ke sosok aslinya dan ternyata anak pengembala tersebut adalah jelmaan dari sesepuh yang telah meninggal yang menjelma untuk menyadarkan keluarganya. Pesan moral Master agar kita tidak lagi membunuh untuk persembahan kepada leluhur kita dan membakar kertas sembahyang yang bisa menyebabkan karbon dioksida (polusi udara).
Sesampai di penghujung acara isyarat tangan kembali diperagakan dengan judul "Wu Gen Wu Li" yang artinya “Lima Akar dan Lima Kekuatan” dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Doa, terdengar dengan sangat hikmah suara para hadirin. Usai menyanyikan lagu doa, kemudian pemandu barisan memasuki ruangan untuk mengiringi satu baris demi satu baris hadirin ke meja buddha rupang kristal yang dipandu oleh pembawa acara untuk meminta hadirin beranjali, berikrar dan memberi hormat.
Sebuah pertunjukan drama isyarat tangan Yi Nian Zhi Jian yang artinya Dalam Sekilas Niat yang diperagakan oleh 25 Tzu Shao.
Acara menuang celengan bersama juga dilakukan dalam acara ini. Melalui acara bulan tujuh (imlek) penuh berkah ini, Semoga kita semua bisa saling berbagi untuk saling membangkitkan niat untuk selalu berbuat kebajikan, memupuk ladang berkah dan selalu berbakti kepada orang tua kita. Para relawan menyambut kepulangan para pengunjung dengan senyuman hangat dan memberikan souvenir.
Tradisi yang Sulit dilepas
Meskipun insan
Tzu Chi setiap tahunnya di bulan tujuh penuh berkah senantiasa menyosialisasikan akan makna ulambana yang sesungguhnya
adalah seharusnya kita bisa menghargai kehidupan dan tidak membakar kertas sembahyang,
tetapi pada masyarakat umumnya masih sangat sulit untuk bisa melepas tradisi
yang sudah dari turun temurun. “Suka ikut kegiatan yang itu, dalam
memperingati bulan tujuh ini masih ada bakar kertas sembahyang, mau berhenti
untuk bakar masih ada rasa takut karena meneruskan dari mertua dan leluhur, dan
memang sudah ada mulai mengurangi,” tutur Agustina, wanita separuh baya tinggal di jalan Tembaga yang baru pertama
kali datang ke acara bulan
tujuh penuh berkah bersama keluarganya.
Memperkenalkan produk-produk Jing Si dan kue bulan kepada para pengunjung Bulan tujuh penuh berkah.
“Baru pertama kalinya ikut acara ini, merasa terharu dan mau instropeksi diri di kehidupan sehari-hari, ada niat tetapi belum dijalani karena masih ada orang tua yang menjalani tradisi bakar kertas sembahyang,” tutur Li Min warga jalan Binjai yang juga baru pertama kali mengikuti acara bulan tujuh penuh berkah.
Ani yang tinggal di jalan Teuku Umar yang datang bersama dua anak dan suaminya menuturkan apa yang didapatkan di acara ini akan dijalankan untuk generasi berikutnya, karena saat ini dalam memperingati bulan tujuh ini masih mengikuti tradisi orang tua. Meskipun tradisi bakar kertas sembahyang dan sembahyang dengan persembahan daging sangat sulit dilepas pada masyarakat saat ini, insan Tzu Chi akan giat terus menyosialisasikan bahwasannya uang beli kertas sembahyang tersebut akan lebih bagus jika digunakan untuk menolong orang lain dan menghargai kehidupan semua makhluk.