Menjangkau Hati di Daerah Terpencil
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
|
| |
Namun perjuangan Romalis mengumpulkan uang dari hasil kerjanya sebagai tukang kayu lenyap seketika. Rumahnya rusak parah akibat gempa yang mengguncang Sumatera pada 30 September 2009 lalu. Jika dilihat dari sisa-sisa reruntuhan dan besarnya bangunan, bisa dibilang rumah Emi dan Romalis terbilang cukup besar untuk ukuran warga Jorong (Dusun) Hulu Banda, Nagari (Desa) Malalak Barat, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. “Nanti kalau ada rezeki bangun lagi, kalo nggak ya ngungsi aja dulu,” kata Emi yang bersama suami dan anaknya kini tinggal di tenda tepat di muka rumahnya yang hancur. Medan yang Sulit Dijangkau
Ket: - Emi, salah seorang warga Hulu Banda, Malalak Barat yang rumahnya rusak berat akibat gempa. Kini Emi tinggal di tenda bersama suami dan kedua anaknya. (kiri). “Sekarang sudah agak mending, kemarin (5 Oktober 2009 –red) jalanan sama sekali tidak bisa dilewati,” kata Yopie, relawan Tzu Chi Jakarta yang sudah mengunjungi daerah ini, sekaligus menjadi pemandu bagi saya dan relawan Tzu Chi lainnya. Dua buah eskavator tampak sedang bekerja keras menyisir gundukan tanah agar jalan bisa dibuka kembali. Karena terhalang, kami pun meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Di sepanjang jalan, reruntuhan tebing dan puing-puing rumah yang berserakan membuat “ciut hati” bagi yang melihatnya. Meski dalam situasi yang sudah aman, kondisi daerah ini masih sangat mencekam. Setelah berjalan kurang lebih 30 menit, kami pun tertolong dengan kedatangan seorang penduduk desa yang mengendarai sepeda motor. “Bisa ikut ke Malalak Barat? Kami mau ke posko,” kata Yopie. Si pengendara motor pun dengan ramah mengangguk. Yopie mempesilahkan saya untuk naik. Saya menolak, tapi Yopie beralasan, “Shixiong kan bawa alat. Berat..” Warga bernama Sobirin ini pun dengan ramah membiarkan saya menaiki motornya. Sementara tak lama kemudian, sepeda motor lainnya datang dan membawa Yopie menyusul.
Ket: - Tidak hanya memberi bantuan, relawan Tzu Chi juga berinteraksi dengan warga. Kehadiran relawan di tengah-tengah mereka dapat memberikan kebahagiaan dan kesejukan. (kiri). Terkesan dengan Tzu Chi
Ket: - Akibat jalan yang terputus di salah satu halaman rumah warga, kini warga setempat menggunakan bagian dalam rumah itu untuk menyeberang. (kiri). Sabtu, 9 Oktober 2009, 4 relawan Tzu Chi kembali mendatangi desa ini. “Waktu itu penduduk mohon kalau bisa diberikan minyak tanah, soalnya mereka kesulitan karena di sini listrik masih mati,” terang Yopie. Relawan Tzu Chi pun berusaha memenuhi keinginan tersebut, namun terkendala sulitnya mencari dan membawa minyak tanah ke lokasi ini. Relawan pun menggantinya dengan membawa 400 kain sarung dan 15 dus kurma (300 bungkus) untuk diberikan kepada warga. Karena mobil tak bisa masuk, maka penduduk dengan menggunakan sepeda motor mengangkut barang-barang tersebut hingga sampai ke posko. “Rasanya senang sekali bisa membantu mereka lagi,” kata Yopie. | ||
Artikel Terkait

Bantuan Tzu Chi untuk Korban Kebakaran
27 Juli 2021Kebakaran terjadi di Jalan PWS, Gg Nangka, Kecamatan Medan Petisah, Kelurahan Sei Putih Timur II, Sumatera Utara pada Sabtu, 24 Juli 2021. Musibah yang terjadi karena korsleting listrik tersebut menyebabkan 4 rumah habis terbakar. Hari berikutnya, relawan Tzu Chi Medan sigap memberikan bantuan.

Genggam Kesempatan untuk Terus Bersumbangsih
02 Juni 2023Sosialisasi Relawan Baru yang digelar Tzu Chi Medan kali ini sedikit lain dari biasanya. Yang mana, 11 calon relawannya kebanyakan berasal dari kota Stabat dan Tanjung Pura yang berjarak sekitar 60 km dari Kota Medan.

Penuangan Celengan Bambu dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional
20 Mei 2019Bertempat di SD Eka Tjipta Rantau Panjang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, para guru, siswa dan relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Kalimantan 2 melaksanakan upacara Hari Pendidikan Nasional, Kamis, 2 Mei 2019.