Menjaring Benih Cinta Kasih
Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra Sebanyak 165 orang menghadiri sosialisasi Tzu Chi. Banyak di antara mereka yang kemudian membeli seragam abu-abu untuk menjadi relawan Tzu Chi setelah acara sosialisasi selesai. | Ketika datang ke acara Sosialisasi Tzu Chi di kantor pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Mangga Dua, Jakarta, 1 Maret 2008, hati Haryanti (40) dan suaminya, Abraham, sedang dalam titik nadir karena usaha yang ia dan suaminya geluti selama sekitar 3 tahun hancur berantakan. Mereka berdua membuka usaha industri tempe di China dengan tujuan mempopulerkan makanan tradisional Indonesia tersebut di negeri tirai bambu. Bukan kesuksesan dan ketertarikan warga China yang mereka peroleh, melainkan keterpurukan yang menghampiri. Mereka bahkan sampai menjual barang-barang berharga yang mereka miliki, termasuk rumah sehingga kini tinggal di rumah kontrakan. "Selagi kondisi saya down, tidak ada orang yang mau diajak sharing," keluhnya. |
Lantas ia menghadiri acara sosialisasi Tzu Chi itu atas ajakan salah seorang relawan Tzu Chi. Melihat kiprah Tzu Chi yang dijelaskan oleh para relawan yang menjadi pembicara dan juga kisah-kisah yang menggambarkan masih banyak orang yang tidak beruntung, Haryanti menjadi memiliki sudut pandang yang baru dalam menghadapi masalah yang sedang ia hadapi. Apalagi ia juga diperlakukan dengan lembut oleh para relawan dan sempat curhat (mencurahkan hati) tentang masalahnya tersebut. "Ternyata tidak hanya saya saja yang ada masalah. Tidak hanya saya saja yang tidak punya uang," ucapnya. Bahkan ia tertarik untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Kebetulan suaminya adalah seorang ahli akupunktur dan ia sering membantu suaminya sehingga ia sendiri juga menjadi menguasai akupunktur. Ia berharap suatu saat keahliannya tersebut bisa berguna bagi Tzu Chi, terutama dalam bakti sosial kesehatan. "Tadinya gak ada semangat, sekarang ada semangat lagi," tuturnya dengan mata yang memerah dan berkaca-kaca. Berbeda dengan Haryanti dan suaminya, Eddy (59) ikut acara sosialisasi Tzu Chi karena terinspirasi oleh tayangan-tayangan DAAI TV. Sebenarnya dari tayangan-tayangan DAAI TV itu ia telah mendapatkan gambaran tentang Tzu Chi, namun ia ingin mengenal Tzu Chi lebih jauh. "Organisasi ini tidak pilih kasih," kesannya terhadap Tzu Chi. Sosialisasi yang dihadiri oleh 165 orang ini memang ditujukan untuk masyarakat umum, bukan relawan, tertarik untuk lebih mengenal Tzu Chi. Ket : - Para relawan Tzu Chi memeragakan isyarat tangan 'Kita Satu Keluarga'. Keluarga besar Tzu Chi yang terjalin Eddy paling suka menonton acara "Guest Room" di DAAI TV yang menampilkan acara bincang-bincang antara pemeran drama DAAI dengan tokoh asli yang dijadikan kisah drama tersebut. Menurutnya, melalui acara tersebut, tokoh asli cerita seolah bisa berkomunikasi dengan penonton sehingga penonton lebih bisa meresapi isi cerita. "Misalnya Acoa yang sudah tua tapi masih mau main film," Eddy memberi contoh tentang salah satu drama yang paling ia gemari. Ia menggemari drama karena berdasarkan kisah nyata yang menyentuh perasaan. Ia juga menggemari acara berita yang berlandaskan filosofi benar bajik indah. Berita-berita di DAAI TV memang berisi tentang sisi baik kehidupan manusia yang inspiratif. "Beritanya sangat bagus, tidak dibikin-bikin," ungkap Eddy. Seusai acara sosialisasi, Eddy langsung membeli sebuah seragam relawan Tzu Chi berwarna abu-abu sebagai pertanda ia bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Minat peserta sosialisasi untuk menjadi relawan memang sangat besar sehingga petugas penjualan seragam Tzu Chi cukup kewalahan melayani mereka yang hendak membeli seragam. Eddy memang selama ini belum pernah terlibat dalam kegiatan sosial agar bisa ikut menolong sesama. Dalam formulir pendaftaran relawan baru yang ia isi beberapa waktu lalu, ia mengisi kolom kegiatan yang diminati dengan? memilih bantuan kasus (bantuan pasien penanganan khusus). "(Agar) bisa merasakan sejauh mana yang memerlukan (bantuan)," ia memberi alasan. Ket : - Agus Rijanto, salah seorang relawan Tzu Chi, membagikan bingkisan kepada para tamu. (kiri) | |
Artikel Terkait
Sumbangsih Jing Si Book & Café Kota Medan yang Berulang Tahun ke-7
11 November 2022Jing Si Book & Café di Kota Medan telah berusia 7 tahun pada 7 November 2022. Untuk menyambut hari ulang tahunnya ini Jing Si Book & Café membagikan lebih dari 1.150 botol susu kacang kedelai dan kacang merah yang kaya akan nutrisi.