Menjauhi Takhayul tentang Bulan Tujuh Lunar

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)

Tsia Veidurya Sastri (Chia Wen Yu) mengajak insan Tzu Chi mengurangi keinginan dan keserakahan hingga nol, antara lain bervegetarian.

Banyak orang masih mempercayai takhayul dan menganggap bulan tujuh lunar sebagai bulan alam setan. Padahal anggapan tersebut salah besar. Bulan tujuh lunar adalah bulan suka cita, bulan penuh berkah, dan bulan penuh syukur. Untuk meluruskan anggapan yang salah tersebut, relawan Tzu Chi He Qi Pusat mengadakan acara bertajuk Bulan Tujuh Lunar Penuh Berkah.

Acara yang digelar pada Minggu, 14 Agustus 2016 di kantor Tzu Chi He Qi Pusat tersebut dihadiri 110 orang. Terdiri dari para relawan, para donatur Tzu Chi dan undangan umum lainnya. Para peserta dipaparkan tentang fakta yang terjadi di industri peternakan, juga mendengar sharing dan pencerahan tentang bulan tujuh.

Di zaman Sang Buddha, bulan tujuh lunar disebut juga Hari Ulambana. Berawal dari murid sang Buddha, Maudgalyayana yang berusaha menolong ibunya dari alam setan kelaparan. Arti Ulambana menurut Master Cheng Yen, selain memancarkan cinta kasih bagi semua makhluk, juga merangkul langit dan bumi. Dengan menghormati setiap kehidupan barulah akan tercapai keselarasan dan keharmonisan bagi bumi. Pancaran cinta kasih yang didasarkan pada pikiran yang benar, hati yang benar, perbuatan yang benar, ucapan yang benar akan memberikan pengaruh baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara dan terhadap dunia.

Persembahan isyarat tangan lagu ‘Chiak Chai’ oleh insan Tzu Chi HeQi Pusat.

Bervegetarian Demi Keselamatan Bumi

Sang Buddha mengajarkan bahwa pengertian yang benar tentang bulan tujuh adalah berbakti pada orang tua, bervegetarian, menghindari pembunuhan makhluk hidup, dengan cinta kasih menghimpun berkah, dengan kebajikan menjauhkan bencana.

Saat ini seiring perkembangan dunia yang sangat cepat, manusia tak hanya konsumtif, tapi juga mampu melukai semua makhluk. Chia Wen Yu dalam sharingnya tentang "Tidak Keburu Lagi", mengajak insan Tzu Chi mengurangi keinginan dan keserakahan hingga nol. Caranya dengan mengurangi penderitaan semua makhluk melalui pola hidup bervegetarian dan mengubah perilaku untuk memperlambat pemanasan global.

“Kebiasaan kita makan daging tetapi kita tidak tahu backstory dari cerita-cerita hewan ini. Bagaimana hewan itu dipotong ? Bagaimana rasa takut saat mereka akan disembelih? Kondisi peternakan sangat menyeramkan. Jadi, bagi setiap orang yang memiliki rasa cinta kasih, marilah kita berhenti menyakiti mereka, janganlah memakan daging mereka,” ujar Chia Wen Yu, komite pertama Indonesia.

Sejak tahun 1993, Chia Wen Yu menjadi seorang vegetarian. Keputusannya ini terinspirasi dari film tentang penyiksaan terhadap hewan yang pernah ditontonnya. “Karena global warming sangat berat sekali pengaruhnya. Kalau dalam waktu ini kita tidak sadar juga, maka akan datang banyak bencana. Bagaimana anak cucu kita ? Kekurangan air, tanahpun  menjadi kotor karena semua untuk peternakan. Jadi kita harus bisa menjadi vegetarian,” tambahnya.

Yanny Sukadjaya(38 tahun) seorang relawan Tzu Chi mengaku masih mengupayakan menjadi vegetarian sepenuhnya. Namun upaya lain yang dilakukannya saat ini untuk ikut menyelamatkan bumi adalah dengan mengajak banyak orang melakukan pelestarian lingkungan. Baginya kegiatan ini memberikan semangat atas komitmennya tentang lingkungan. “Kegiatan ini menanamkan pengertian yang benar kepada masyarakat, dan relawan Tzu Chi terutama, mengenai makna bulan tujuh ini. Mendorong saya untuk lebih berbuat baik, meningkatkan moralitas. Kegiatan ini juga mengajak orang untuk menyayangi bumi dan langit serta mendorong untuk banyak memberikan cinta kasih,” kata Yanny.

Sebanyak 110 Insan Tzu Chi, donatur, undangan umum memadati kantor Tzu Chi HeQi Pusat.

Dalam kegiatan ini, para peserta kini makin paham bagaimana penderitaan hewan yang diternak untuk memuaskan nafsu keinginan manusia. Hewan diternak dalam kesakitan dan menderita saat disembelih. Hal ini ditunjukkan dalam sembilan fakta tentang factory farming atau industri peternakan. Diantaranya anak ayam dipotong paruhnya untuk menghindari kanibalisme dan banyak daging mengandung antibiotik. Selain itu penyakit paru-paru merajalela di peternakan babi, jutaan anak ayam jantan dibunuh setelah menetas, banyak sapi meninggal sebelum berusia lima tahun. Ada juga fakta bahwa babi yang hamil dipaksa tinggal di kandang sempit (kecil) dan kotor, betis sapi diikat dengan rantai yang berat, banyak ayam tinggal di kandang yang sempit (kecil) dan 82% perusahaan susu di Amerika mempraktekkan pemotongan ekor sapi.

Usai melihat fakta-fakta yang terjadi di industri peternakan, Nurjana (45 tahun), salah satu donatur Tzu Chi, bertekad mengurangi konsumsi daging. Ia sangat sedih melihat pemotongan hewan. Hatinya pun tergerak menjadi seorang vegetarian. “Sebenarnya dari dulu saya sudah tergerak untuk bervegetarian. Saya sudah berusaha saat hamil anak kedua. Ada hari-hari tertentu yang saya bervegetarian, karena sedikit banyak tubuh itu merasa enak. Apalagi saya setelah melahirkan saya mempunyai darah tinggi. Dokter menganjurkan saya berolah raga, bervegetarian, mengurangi makanan-makanan berlemak,” kata Nurjana.

Setelah melihat video tentang penyiksaan hewan dan mendengar ceramah Master Cheng Yen tentang persembahan kepada leluhur berupa makanan bernyawa, membakar dupa (hio), dan uang kertas (uang sembahyang), timbul rasa sedih di hati Jimmy (56 tahun). Jimmy mengatakan akan mengubah pola pikir tentang tradisi persembahan di bulan tujuh lunar nanti. “Sembahyang kepada orang tua dan leluhur,  seperti Ching Ming, biasanya dilakukan bersama saudara. Di tahun depan, memang kita berencana merubah semua persembahan makanan bernyawa menjadi makanan ringan seperti kue-kue dan buah-buahan, tidak ada lagi makanan hewani,” tekad Jimmy.

Pesan Master Cheng Yen agar kita harus memiliki keyakinan yang benar kini terpatri dalam hati dan pikiran para hadirin. Bahwa kita harus memiliki keyakinan yang benar, tidak membuat suatu kekeliruan hingga terjerumus dalam takhayul.

 


Artikel Terkait

Bulan Tujuh Lunar Penuh Berkah

Bulan Tujuh Lunar Penuh Berkah

12 September 2012 Minggu pertama di bulan September tahun 2012, Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan acara “Doa Bersama Bulan Tujuh Lunar Penuh Berkah”. Serangkaian acara ini dipersembahkan kepada para donatur Tzu Chi dan insan Tzu Chi. Bersama-sama memperoleh keselamatan dengan bervegetarian untuk membalas budi luhur orang tua dan alam semesta, dan menghimpun kebajikan.
Menjauhi Takhayul tentang Bulan Tujuh Lunar

Menjauhi Takhayul tentang Bulan Tujuh Lunar

19 Agustus 2016
Relawan He Qi Pusat menggelar acara Bulan Tujuh Lunar Penuh Berkah untuk memberikan pemahaman yang benar tentang Bulan Tujuh. 110 orang mengikuti kegiatan ini.
Makna Sesungguhnya Bulan Tujuh Lunar

Makna Sesungguhnya Bulan Tujuh Lunar

12 September 2017

Tzu Chi Medan mengadakan acara kebaktian dan doa bersama “Bulan Tujuh Penuh Berkah” di Depo Pelestarian Lingkungan Mandala Medan, Sabtu 9 September 2017. Dalam kebaktian ini, relawan meluruskan pemahaman yang keliru tentang bulan tujuh lunar.

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -