Relawan Tzu Chi mengunjungi rumah Kaharudin di Rt.04/04 Kampung Nelayan, Kamal Muara. Rumah tersebut berdiri di atas tanah 5 x 10 M² dan dihuni oleh sembilan orang.
Program Bebenah Kampung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Kamal Muara terus berlanjut. Program ini pun sudah banyak memberi manfaat bagi masyarakat kamal Muara dalam hal peningkatan kualitas hidup. Kini, program yang sudah memasuki tahap ke 4 ini akan dilakukan di RW 04 khususnya kampung nelayan yang ada di Kelurahan Kamal Muara, Kec. Penjaringan, Jakarta Utara.
Pada Minggu, 16 Juli 2023 sebanyak 16 orang relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 2 kembali melakukan survei rumah dengan menuju kampung nelayan yang berada di Kamal Muara. Dengan didamping tim dari Sekretariat Tzu Chi Indonesia, ada 22 unit rumah yang disurvei oleh relawan. Para relawan kemudian dibagi menjadi lima kelompok untuk mensurvei rumah-rumah tersebut.
Sebelum menuju rumah yang akan di survei, para relawan juga melakukan koordinasi dengan Ketua RW 04, Latief dan masing-masing ketua RT yang warganya mengajukan bedah rumah di kantor RW. Salah satu rumah yang di survei dalam kegiatan ini adalah rumah milik Kaharudin (44) yang berada di RT 04/04. Kondisi rumah Kaharudin adalah rumah panggung yang keseluruhannya terbuat dari kayu dan berdinding triplek.
Keadaan rumah Kaharudin tampak dari depan. Relawan Tzu Chi juga masuk ke dalam rumah untuk melihat langsung kondisi di dalam rumah.
Kaharudin juga tinggal bersama istri dan 7 orang anak yang semuanya masih bersekolah. Totalnya ada sembilan jiwa yang tinggal di rumah Kaharudin yang berukuran 4 x 10 M². Relawan Hok Lay bersama Jenny Ko, Nany Ramlan, dan Lanny Mansyur yang datang mensurvei disambut jemuran pakaian yang penuh dan drum-drum plastik di depan rumah Kaharudin.
“Selamat pagi ibu apa kabar? Pak Kaharudinnya ada,” sapa Hok Lay. “Pagi, ada di belakang. Sebentar saya panggil, masuk pak. Emang begini keadaan rumahnya,” jawab Indoufe, istri Kaharudin. Relawan pun masuk ke ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang tidur bagi anak-anak Kaharudin. Di ruang tamu yang berdinding triplek ini, juga terpampang foto-foto anak-anak dan istri Kaharudin yang berdampingan dengan gantungan baju serta satu kipas angin.
Relawan berusaha mencari posisi duduk bersila untuk berbincang dengan Kaharudin dan istrinya Indoufe. Saat berbincang-bincang, anak-anak kaharudin ada yang sedang tiduran beralaskan kasur matras. Sang istri juga sedang memangku Ilham bayi 4 bulan yang terlahir tidak memiliki lengan dan kaki kiri, hanya ada satu kaki kanan.
Indoufe, istri Kaharudin sedang mengendong Ilham anak ke tujuh Kaharudin yang terlahir tidak sempurna.
Relawan Hok Lay dan Jenny kemudian mulai menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan ke rumah Kaharudin. Relawan menanyakan secara terperinci mulai dari kepemilikan rumah dan tanah, berapa orang yang tinggal di rumah dan penghasilan serta pengeluaran dalam satu bulan.
Kaharudin memiliki tujuh orang anak dan anak bungsunya M. Ilham Syahbana (4 ) terlahir tidak sempurna. Kaharudin sendiri bekerja sebagai nelayan dan buruh harian lepas. Jika tidak melaut Kaharudin bekerja serabutan yang di bayar harian. “Iya, saya ke laut itu paling seminggu 2-3 kali karena minyaknya mahal. Saya butuh 200 ribu sekali melaut,” ungkap Kaharudin.
Penghasilan dari melautnya sekitar Rp.300.000 sampai Rp. 400.000 jika tangkapannya lumayan banyak. Kaharudin juga harus menambah penghasilannya dengan bekerja serabutan seperti mendirikan bagan (alat penangkapan ikan yang menggunakan jaring dan lampu) jika ada teman yang mengajaknya atau memanen kerang di bagan milik orang lain.
Relawan Tzu Chi mencoba menghibur dan mengajak bicara Ilham bayi yang terlahir tidak memiliki tangan, kaki kiri, dan hanya memiliki satu kaki kanan.
Pekerjaan ini harus dilakukan Kaharudin untuk memenuhi kebutuhan enam orang anaknya yang masih bersekolah dan satu balita yang terlahir disabilitas. Saat mendapat informasi tentang program bebenah kampung Tzu Chi dari Ketua RT 04, Kaharudin langsung mengajukan bantuan program bedah rumah. Pengajuan bedah rumah terpaksa Kaharudin lakukan karena rumahnya sangat tidak sehat dan jauh dari kata nyaman. Banyak kayu-kayu yang mulai keropos di dalam rumahnya.
Kaharudin sangat berharap rumahnya dapat dibangun dengan layak agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Setahun lalu sang istri juga mengalami penyakit TBC dan saat ini pengobatannya sudah tuntas. “Saya berobat sampai 9 bulan. Sekarang sudah selesai minum obatnya.
Alhamdulillah, sudah sehat,” ucap Indoufe.
Berada di ruang tamu yang sekaligus menjadi tempat tidur anak-anak Kaharudin, relawan Tzu Chi mengecek kelengkapan data-data sertifikat tanah dan dokumen lainnya.
Koordinator Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara, Teksan Luis juga mengatakan tujuan dari kegiatan survei rumah warga ini untuk mengetahui lebih jelas kondisi keluarga dan syarat-syarat dokumen kepemilikan yang sah, seperti sertifikat rumah dan dokumen-dokumen lainnya. Sehingga kedepannya sasaran dari program ini tepat kepada warga yang kurang mampu.
“Program bedah kampung Tzu Chi di wilayah Kamal Muara ini sudah tahap ke-4. Kita ingin membangun kembali rumah warga yang tidak layak huni. Kita juga prioritaskan untuk warga yang kurang mampu,” jelas Teksan Luis di sela-sela kegiatan survei.
Editor: Arimami Suryo A.