Menjawab Kebutuhan Para Pengungsi

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah

doc tzu chi

Baksos pengobatan gigi ini diikuti hampir seratus pengungsi. Sebelumnya pada tahun 2016, Tzu Chi Indonesia juga melaksanakan baksos kesehatan untuk penyakit umum bagi pengungsi di Jakarta.

Tak ada rasa ragu juga takut di wajah Ahmad (8) saat dokter dari tim medis Tzu Chi atau TIMA Indonesia hendak mencabut dua giginya. Ahmad yang bisa berbahasa Indonesia ini pun mengikuti instruksi dengan baik.

“Yang dicabut dua. Yang ini goyang, yang ini sakit banget. Kata dokter aku nggak boleh banyak makan cokelat,” kata Ahmad sambil menggandeng tangan ayahnya, Fuad (32).

Fuad bersyukur dengan layanan kesehatan gigi ini, mengingat susunan gigi anaknya yang tumpang tindih. Keluarga Fuad berasal dari Yaman. Sama seperti kebanyakan pengungsi lainnya, Fuad dan keluarga meninggalkan negaranya karena terjadi perang sipil. 

“Saya sebelumnya transit dulu di Malaysia sebulan, lalu ke Indonesia. Saya tidak ingin ke mana-mana. Kalau negara saya sudah aman lagi, saya akan kembali,” kata Fuad.

Ahmad yang duduk di sebelahnya pun tak tahan untuk tidak menyela penjelasan ayahnya, “Kalau kita kembali sekarang, kita akan mati,” ujarnya lantang. Fuad hanya bisa terdiam.

Ahmad datang bersama ayahnya Fuad dengan menumpang angkutan umum dari Ciputat. Fuad yang berbahasa Arab kini sedikit banyak bisa berbahasa Indonesia karena sudah dua tahun mengungsi di Indonesia.


Tampak Desi, (seragam biru putih) relawan Tzu Chi berkoordinasi dengan Dokter Andrew.

Baksos kesehatan gigi ini merupakan kerjasama Tzu Chi bersama badan urusan pengungsi PBB UNHCR, dan juga CWS (Church World Service). Menurut Andi Juanda, program manager dari CWS, baksos yang digelar Tzu Chi Indonesia ini sungguh tepat guna dan tepat sasaran.

“Sebelumnya kami melakukan assessment kepada pengungsi, sebenarnya layanan kesehatan seperti apa sih yang mereka butuhkan. Karena sebenarnya mereka bisa mengakses layanan kesehatan dasar di Puskesmas yang biayanya cukup terjangkau,” kata Andi.

Setelah melakukan survei, Andi menemukan banyak pengungsi yang membutuhkan layanan kesehatan gigi. “Seperti kita ketahui kalau gigi kan agak tinggi biayanya. Jadi kita bersama UNHCR dan kita approach Tzu Chi. Akhirnya Tzu Chi setuju dan mendukung agar baksos gigi dilaksanakan. Kegiatan ini pun benar-benar tepat guna dan tepat sasaran,” sambungnya.

Baksos kesehatan gigi yang dilaksanakan pada Rabu, 1 November 2017 di Kantor CWS ini diikuti kurang lebih seratus pengungsi. Para pengungsi ini berasal dari berbagai negara seperti Afghanistan, Iran, Somalia, juga Yaman. Mereka tinggal dan berbaur di tengah masyarakat. Ada yang di Manggarai, Tebet, Pasar Minggu, Petamburan, dan Ciputat.

Andi Juanda, Program Manager CWS (Church World Service) merasa bahagia kolaborasi antara relawan, tim medis Tzu Chi, perawat dari Sekolah Angkatan Laut Jakarta, CWS dan UNHCR membuat baksos berjalan dengan sangat sukses serta menjawab kebutuhan kesehatan para pengungsi. 

Relawan tengah mencuci peralatan yang telah digunakan dokter.

Sejak baksos dimulai pukul 08.30 dan berakhir pada pukul 14.00 WIB, sebanyak 34 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Timur, He Qi Pusat, dan Tzu Chi Tangerang bekerja non-stop mengatur lalu lintas pasien. Dimulai dari bagian pendaftaran, timbang berat badan, input data pasien untuk keperluan dokter, mengisi saran dokter pada lembar data, setelah itu memanggil pasien untuk pemeriksaan. Pasien lalu diarahkan ke ruang tunggu. Jika ruang operasi kosong, relawan langsung memanggil pasien.

“Kami membantu dokter supaya baksosnya lancar,” kata Desi, relawan senior yang menjadi koordinator relawan dalam kegiatan kali ini.

Di luar ruangan, tampak relawan yang bertugas mengambil alat-alat yang sudah dipakai untuk dicuci dalam larutan enzim sampai tidak ada lagi darah dan semen. Relawan lalu menyikatnya dalam cairan antiseptik lalu membilasnya dengan air bersih, kemudian dilap. Setelah dilap alat-alat tersebut kemudian dikembalikan untuk dipakai dokter.

Selain relawan, kegiatan ini juga dibantu oleh sembilan perawat dari Sekolah Angkatan Laut Jakarta. Edy Saputro dari Sekolah Angkatan Laut Jakarta sangat bersyukur bisa terlibat dalam kegiatan ini. Ia juga berharap agar baksos bagi pengungsi ini sering diadakan.

“Sampai di Kantor CWS ini para pengungsi sudah banyak dan sudah siap berobat. Bagi saya baksos ini sangat membantu mereka,” ujarnya.

Editor : Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Mengembalikan Senyum Pengungsi dengan Baksos Kesehatan Gigi

Mengembalikan Senyum Pengungsi dengan Baksos Kesehatan Gigi

02 November 2017
Efat (6), gadis cilik asal Afghanistan itu turun dari kursi operasi gigi sembari tersenyum setelah drg. Nanne dari Tima Indonesia menambal giginya. Dokter dan relawan Tzu Chi yang mendampinginya pun ikut tersenyum.
Menjawab Kebutuhan Para Pengungsi

Menjawab Kebutuhan Para Pengungsi

03 November 2017

Tak ada rasa ragu dan takut di wajah Ahmad (8) saat dokter dari tim medis Tzu Chi atau TIMA Indonesia hendak mencabut dua giginya. Ahmad yang bisa berbahasa Indonesia ini pun mengikuti instruksi dengan baik.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -