Mensosialisasikan Makna Ulambana
Jurnalis : Beby Chen, Simfo Indrawati (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, Andre Einstein, Lili Hermanto, Lukman, Novelia, Zusin (Tzu Chi Medan)
|
| ||
Mulai tahun 1972 insan Tzu Chi sudah mulai mensosialisasikan kepada masyarakat dengan terjun ke jalanan menyerukan untuk tidak membakar kertas sembahyang dan harus bervegetaris. Seperti yang Master Cheng Yen himbaukan bahwa sebenarnya ketulusan dari lubuk hati terdalam bukan dengan membakar dupa yang hanya dapat menimbulkan polusi, juga bukan dari membakar sekantong besar kertas sembahyang yang dapat menyebabkan kadar emisi karbon semakin parah. Makna dari upacara Ulambana sesungguhnya adalah menginspirasi semua orang agar melindungi semua makhluk dan membebaskan mereka dari penderitaan. Kita harus membimbing semua makhluk yang berada di tengah penderitaan menuju tempat yang aman. Setiap hari kita harus menjernihkan hati dan meringankan penderitaan semua makhluk di dunia. Karena pada bulan tujuh (Imlek) adalah bulan penuh berkah, bulan sukacita dan bulan berterima kasih. Pada tanggal 24 Agustus 2013, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Cabang Medan mengadakan acara bulan tujuh (imlek) penuh berkah di Grand Ocean Jalan Cemara Boulevard Utara No.12 Komplek Cemara Asri – Medan, yang dihadiri oleh 300 hadirin yang disambut hangat oleh 243 orang insan Tzu Chi yang hadir pada acara tersebut. Acara pun dimulai dengan prosesi persembahan buah dan bunga oleh para relawan dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Gatha Pendupaan “Lu Siang Can” dan pembacaan Gatha pembuka sutra “Wu Sang Sen Sen”. Terdengar suara dari Para Relawan dan Hadirin yang sungguh indah nan damai yang bergema memenuhi ruangan acara tersebut. Kisah Putri Jyotinetra menyelamatkan Ibunda
Keterangan :
Putri Jyotinetra sangat khawatir akan kondisi keberadaan ibunya dan pergi menemui Yang Arya untuk mencari tahu keadaan ibunya. Yang Arya menggunakan kemampuannya membawa Putri Jyotinetra masuk ke alam baka mencari ibunya. Putri Jyotinetra akhirnya menemukan ibunya yang sangat tersiksa sekali di alam neraka dimana di sana disiksa dan dapat mati dan lahir ribuan kali. Tidak tahan melihat ibunya tersiksa, putri Jyotinetra keluar dari alam neraka menemui Yang Arya untuk meminta pertolongan menolong ibunya. Yang Arya berpesan dengan memupuk berkah melakukan pelimpahan jasa baru dapat menolong ibu. Kemudian Puteri Jyotinetra mulai memupuk berkah tersebut dari rela menjual harta keluarga untuk membangun wihara sampai dengan menolong orang agar terbebas dari petaka. Setelah itu ibu Putri Jyotinetra muncul dan menyampaikan pesan bahwa siksaan di neraka dalam masa ratusan ribu tahun pun tak akan habis dijelaskan, ia terlahir kembali di alam manusia dengan usia pendek dan kembali terlahir di alam neraka lagi. Melihat akan hal tersebut Putri Jyotinetra sungguh sangat pilu tak sampai hati melihat kondisi tersebut. Kemudian Puteri Joytinetra berikrar “terimalah nadar utama yang akan kuikrarkan ini, asalkan ibuku bisa terbebaskan dari neraka selamanya hamba berjanji mulai sekarang semua makhluk menderita di dunia dan neraka serta di alam sengsara, hamba bersumpah akan menyelamatkan semuanya setelah mereka mencapai keBuddhaan barulah Hamba mencapai keBuddhaan”. Pada masa itu putri Jyotinetra adalah Bodhisatva Ksitigarbha. “Apabila neraka belum kosong, Aku tak akan menjadi Buddha!, Jika semua makhluk telah diselamatkan baru Aku akan mencapai Anuttara Samyak Sambuddha”. Setelah menyaksikan serangkaian video dan Ceramah Master Cheng Yen, tibalah saatnya tim isyarat tangan menampilkan Budaya Humanis Tzu Chi yang kali ini menyampaikan sebuah Dharma yang berjudul “Yi Si Chi” dan “Wu Liang Yi Jing” yang merupakan Dharma Sutra Makna Tiada Terhingga. Para hadirin juga ikut beranjali menyanyikan sutra tersebut. “Berikrar dihadapan Buddha, Mengambil satu lembar kartu vegetaris, penghormatan dan kembali ke tempat” kata MC kepada para relawan dan para hadirin secara bergiliran. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Acara bulan tujuh (imlek) penuh berkah ditutup dengan Doa Bersama dengan niat yang tulus.
Keterangan :
Belajar untuk berubah Begitu juga dengan Lini, “Sejak berumah tangga dan tidak tinggal serumah dengan orang tua, setiap sembahyang saya sudah tidak membakar kertas-kertas sembahyang lagi. Dan dulu di bangku sekolah dalam pendidikan Agama Buddha juga tidak mengenal tradisi tersebut. Dalam hal bervegetaris saya akan mulai belajar untuk pelan-pelan mengurangi masakan berbahan daging. Dengan mengurangi ini semua, saya bisa berhemat uang,” ujar Lini. Datang dan Menghargai Mengubah Pola Pikir, Menjaga Hati dan Melindungi Bumi dengan Bervegetaris. Melalui acara bulan tujuh (Imlek) penuh berkah ini, Semoga kita semua bisa saling berbagi untuk saling membangkitkan niat untuk selalu berbuat kebajikan, memupuk ladang berkah dan selalu berbakti kepada Orang Tua kita. | |||
Artikel Terkait
Tzu Chi Membantu Korban Kebakaran di Pannampu
03 September 2018Paket Sembako Menyambut Ramadan di Kelurahan Sunter Agung
05 April 2022Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat membagikan 806 paket sembako berupa beras dan mi DAAI untuk warga prasejahtera di Kelurahan Sunter Agung.