Mensosialisasikan Pentingnya Pelestarian Lingkungan pada Warga Pulau Lingka

Jurnalis : Paulina (Tzu Chi Batam), Fotografer : Winsen (Tzu Chi Batam)

Penyerahan Bantuan ongkos BBM rutin tiap bulan kepada warga Lingka.

Para relawan Tzu Chi Batam kembali mengunjungi Pulau Lingka untuk memberikan bantuan berupa ongkos BBM (bahan bakar minyak) yang telah disepakati sejak awal. Tidak hanya memberikan bantuan BBM, kunjungan pada Minggu 9 Oktober 2022 ini, para relawan bertekad untuk giat bersosialisasi dengan warga Lingka. Relawan dan warga berkumpul di gereja, dan menyerahkan bantuan BBM yang telah diberikan rutin tiap bulannya.

Setelah memberikan bantuan, relawan mempersiapkan bahan materi mengenai Pelestarian Lingkungan. Ibu-ibu beserta anak-anak pun ikut berkumpul mendengarkan sharing dari Paulina anggota Tzu Ching. Paulina menjelaskan mengenai arti dari pelestarian lingkungan dan juga global warming. Cuaca yang tidak menentu setiap harinya dan suhu yang panas di beberapa tahun belakangan serta banyaknya pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh manusia menjadi pertimbangan serius relawan untuk membawa materi pelestarian lingkungan ke Pulau Lingka.

Pulau Lingka memiliki lingkungan yang asri, dan laut yang masih bersih. Paulina pun menjelaskan mengenai dampak dari pencemaran lingkungan serta menjelaskan mengenai hal yang berkaitan dengan pulau Lingka yaitu pencemaran air atau laut.

Paulina menerangkan tentang Pelestarian Lingkungan dan barang apa saja yang bisa didaur ulang.

Paulina juga mengingatkan tentang pentingnya menerapkan konsep 5R dalam kehidupan kita. Kita perlu memikirkan kembali apakah perlu menggunakan barang tertentu, seperti apakah perlu gunakan peralatan sekali pakai? Kenapa tidak kita gunakan peralatan makan yang bisa dipakai berkali-kali. Kemudian kita perlu mengurangi penggunaan barang yang dapat menyebabkan sampah, misalnya kita haus dan membeli air mineral kemasan botol, kenapa tidak kita gunakan botol minum yang dapat digunakan berkali-kali dibanding membeli botol mineral yang menyebabkan banyak sampah.

“Kemudian kita perlu menggunakan barang yang sekiranya masih bisa digunakan kembali, tidak sering membuang barang yang sekiranya masih bisa digunakan kembali, kemudian kita memperbaiki barang-barang yang masih bisa diperbaiki guna mengurangi sampah yang ada dan melakukan daur ulang,” jelas Paulina.

Usai penjelasan mengenai pelestarian lingkungan, relawan mengajak warga untuk mengumpulkan sampah yang sekiranya bisa didaur ulang untuk dibawa ke depo daur ulang Tzu Chi, kemudian relawan beserta anak-anak berjalan mengelilingi Pulau Lingka.

Setelah perjalanan mengelilingi pulau yang memakan waktu kurang lebih 45 menit, relawan pun kembali ke titik kumpul yaitu gereja untuk beristirahat sementara dan sharing sesama relawan dan juga warga Lingka.

Foto bersama relawan dan juga warga Lingka di penghujung acara.

Talita seorang anak SMP bercerita mengenai upaya awal dari pelestarian lingkungan. “Mengurangi sampah atau membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah sembarangan adalah upaya awal yang dapat kita lakukan ya teman-teman,” ujar Talita.

Sampah di laut, danau, ataupun sungai sangatlah memberikan dampak yang buruk bagi makhluk yang berhabitat di tempat tersebut, seperti kura-kura yang terjepit sampah plastik sehingga pertumbuhannya terhambat atau menjadi buruk.  Hal tersebut membuat Indah, salah satu orang tua anak pulau Lingka menjadi sadar akan dampak buruk tersebut dan merasa iba terhadap hewan laut yang terkena dampak.

“Tidak bisa saya bayangkan jikalau anak saya yang terjadi seperti demikian, terjepit oleh sampah plastik dan terhambat akan pertumbuhannya. Hal tersebut menjadi pelajaran bagi saya dan juga ibu-ibu bagaimana cara kita mengelola sampah dan tidak membuang sampah sembarangan”, tutur Indah.

Saat kembali ke Pulau Batam, air laut telah surut sehingga relawan perlu berjalan kaki menuju pelantar.

Sesuai Motto daur ulang dari Master Cheng Yen bahwa “mengubah sampah menjadi emas dan mengubah emas menjadi cinta kasih”, sampah yang ada dapat diubah menjadi emas/barang berharga dan kemudian berubah menjadi cinta kasih kepada semua mahkluk, mengurangi penderitaan semua mahkluk yang terkena dampak dari pencemaran lingkungan.

Setelah mengevaluasi tingkat kehadiran anak-anak di sekolah, kegiatan pun diakhiri dengan foto bersama. Para relawan yang jumlahnya 18 orang ini pun kembali ke Batam menaiki kapal pompong dengan air yang surut. Setelah sampai di tempat berlabuh di Batam, para relawan berjalan di pasir dengan melepaskan sepatu. Usai kembali ke Jing Si Tang, relawan berbagi kisah mengenai ide dan pendapat untuk kegiatan berikutnya di bulan depan pada saat ke pulau Lingka.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Merespon Pelestarian Lingkungan dengan Konsep 5R

Merespon Pelestarian Lingkungan dengan Konsep 5R

06 Maret 2023

Tanggal 21 Februari bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional. Insan Tzu Chi Pekanbaru berkesempatan  memberikan edukasi kepada murid-murid SMA di Sekolah Dharma Loka tentang pentingnya melestarikan lingkungan.

Peresmian Titik Green Point Tzu Chi Pertama di Palembang

Peresmian Titik Green Point Tzu Chi Pertama di Palembang

07 Desember 2023

Tzu Chi Palembang meresmikan titik green point pertama yang berada di Sekolah Singapore Intercultural School (SIS) Palembang, Sumatera Selatan.

Menuju Indonesia Emas, Menggapai Indonesia Bersih

Menuju Indonesia Emas, Menggapai Indonesia Bersih

01 Agustus 2024

Bertepatan dengan Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah di MIS Nurul Huda, Tzu Chi  Tanjung Balai Karimun mengadakan sosialisasi pelestarian lingkungan. Sosialisasi merupakan bagian dari program KASIH (Karimun Bersih).

Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -