Mensyukuri Diri Melatih Kebajikan
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya Harianto Shixiong yang mendampingi Derato selama menjalani pemeriksaan sangat senang melihat Derato bisa kembali berjalan tanpa kursi roda lagi. | Sekelompok relawan Tzu Chi berseragam abu-abu putih berjalan berkelompok di pelataran parkir Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat pada Minggu 3 Mei 2009 pukul 08.00 pagi. Dengan raut wajah ceria mereka memasuki lobi RSKB. Di sini mereka bertemu dengan relawan lainnya yang sudah datang lebih awal. Para relawan Tzu Chi ini hendak mengunjungi para pasien Tzu Chi yang sudah dan sedang ditangani oleh Tzu Chi. Sebelum berangkat, Lani memberi petunjuk kepada para relawan abu-abu putih ini saat nanti mengunjungi pasien Tzu Chi. |
Derato Sudah Mulai Berlatih Berjalan Pagi itu berkumpul sebanyak 28 relawan Tzu Chi. Mereka dibagi dalam tiga kelompok yang didampingi oleh relawan biru putih. Saat di perjalanan, kelompok Harianto Shixiong menuju rumah pasien Derato. Selama di perjalanan Harianto sedikit menjelaskan bahwa pasien Derato ini mengalami gangguan pada kedua sendi panggul dan kedua lututnya. Derato awalnya satu keluarga yang sangat berbahagia dengan satu istri dengan dua anaknya. Ia membuka usaha mainan anak-anak hingga usahanya sangat maju, sampai pada suatu saat Derato menjadi korban kerusuhan Mei 1998, tokonya habis di jarah. Singkat cerita keluarga Derato mengalami keterpurukan dalam perekonomian hingga rumah pun terpaksa dijual. Sejak saat itu Derato mulai mengalami sakit di seluruh badannya dan sering minum obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit. Karena sering minum obat rasa sakit itu, Derato mengalami kelumpuhan hingga ia tidak dapat berjalan. Dalam keadaan sakit dan usahanya yang terpuruk, istri yang sangat dicintainya meninggalkan Derato dan anak-anaknya. Saat ini Derato tinggal di rumah kawannya yang berbaik hati memberinya tumpangan untuk tinggal di rumahnya, sedangkan dua orang anak Derato kini dititipkan di sebuah panti asuhan anak untuk sementara waktu. Itu terpaksa dilakukan karena saat ini Derato tidak sanggup untuk menghidupi anak-anaknya, apalagi keadaan fisiknya tidak memungkinkan untuk bekerja. Ket : - Sebanyak 28 relawan Tzu Chi berkumpul memeragakan isyarat tangan di lobi RSKB Cinta Kasih Tak terasa rombongan relawan Tzu Chi yang berjumlah 8 orang sudah tiba di depan rumah kawan Derato tempatnya tinggal di Palmerah Jakarta Barat. Rumah tersebut tidaklah besar. Saat relawan Tzu Chi tiba, Derato sedang duduk di ruang tamu. Sebuah alat bantu untuk berjalan ada di dekatnya. Derato menyambut relawan Tzu Chi dengan penuh senyum kebahagiaan. Ia menyambut tanpa alat bantu berjalan yang membuat Harianto terperangah heran melihat Derato sudah dapat berjalan tanpa alat bantu lagi. “Wah sudah enggak pake ini lagi ya?” tanya Harianto terheran-heran. “Iya saya memang sedang belajar berjalan tanpa menggunakan alat ini, tapi tidak boleh terlalu lama, masih terasa sakit dengkul saya,” jawab Derato kepada relawan Tzu Chi. Minggu ini, tepatnya tanggal 6 Mei 2009, Derato menjalani operasi lutut kiri, untuk itu Derato sangat berterima kasih kepada relawan Tzu Chi yang datang untuk memberinya semangat. “Saya sangat berterima kasih (kalian) sudah mau mengunjungi saya,” ungkapnya. Kunjungan ini menjadi motivasinya untuk menjalani operasinya minggu depan. Derato banyak bercerita tentang pengalamannya selama di rumah sakit. “Di Rumah Sakit Fatmawati itu kalo kita gak tau prosedurnya pasti kita disuruh ke sana-ke sini, tapi sekarang saya sudah tau banyak prosedur dan poli-poli lainnya di Rumah Sakit Fatmawati,” jelasnya. “Untuk itu saya sudah berniat nanti saat saya sudah sembuh, saya akan menjadi relawan Tzu Chi untuk bertugas di rumah sakit seperti Bapak Acun yang di (RS) Cipto,” janji Derato, “Kasihan orang-orang sakit yang enggak tau prosedurnya, dioper-oper ke sana-ke sini.” Selama satu jam para relawan berbagi pengalaman dengan Derato. Banyak pengalaman yang dapat dijadikan contoh untuk menjalani hidup, mulai dari melatih kesabaran, kekuatan, dan selalu berpikir yang baik. Ket : - Di dekat rumah Sudadi juga ada satu pasien Tzu Chi yang sedang ditangani, yaitu Hutagalung yang Ternyata Orang Sakit Parah Benar Ada Selain Sudadi, ada juga pasien Tzu Chi lain bernama Bapak Hutagalung yang mengalami tumor di gusi giginya. Tumor itu sudah ada sejak 8 tahun yang lalu. Saat ini kondisi Hutagalung sangat memprihatinkan. Tumor di mulutnya ini semakin hari semakin besar hingga bentuk mulutnya sudah tidak lagi normal. Antara bibir atas dan bibir bawah sudah tidak sama lagi, bibir bawahnya lebih menonjol ke depan. Relawan Tzu Chi yang baru pertama kali ikut dalam kegiatan ini sangat kaget saat melihat kondisi mulut Hutagalung. Silvi misalnya. Ia mengatakan baru kali ini melihat penyakit yang begitu mengerikan secara langsung, biasanya Silvi melihat hanya dari TV atau dari koran saja. “(Saya) sempat ngeri juga sih waktu pertama ngeliat, ternyata ada yang sakit parah seperti Pak Hutagalung itu, makanya saya sangat bersyukur kita masih bisa sehat,” ujarnya. Pendapat serupa juga diungkapkan Weni, warga Bekasi yang juga baru pertama kali ikut dalam kegiatan ini, “Saya sangat bersyukur badan saya sehat, ternyata banyak saudara kita yang tidak sehat.” Ket : - Mei Che (kanan) seorang relawan Tzu Chi Jepang ikut dalam kegiatan kunjungan kasih kali ini. Di akhir Dalam kegiatan ini ternyata ada salah satu relawan Tzu Chi yang berasal dari Jepang, Kenichi Iko Nagasawa atau biasa dipanggil Mei Che. Selama ini ia sudah mengikuti kegiatan Tzu Chi di Jepang. Ia berbagi pengalamannya bagaimana kegiatan relawan Tzu Chi di Jepang, “Kegiatan relawan Tzu Chi di Jepang itu masih kurang, paling hari Sabtu dan Minggu. Jenis kegiatannya yang sering itu membagikan makanan kepada para pengangguran, ini dijalankan sebulan sekali.” Lebih lanjut Mei Che mengatakan, “Kalo untuk daur ulangnya di Jepang sudah berjalan sangat baik, karena warganya sudah mengerti memilah-milah jenis sampah dan ada tempatnya, dan terus yang paling sering lagi relawan Tzu Chi Jepang sering sapu-sapu jalanan dan memperbaiki rumah-rumah orang yang rusak.” “Kalo kasus di Jepang hampir tidak ada karena pemerintah setempat sudah langsung mengurusnya,” sambungnya. Kunjungan pasien Tzu Chi kali ini diakhiri dengan memanjatkan doa agar manusia terhindar dari segala bencana. Jhony Shixiong juga mengucapkan banyak terima kasih kepada relawan Tzu Chi yang hadir pada hari itu, karena tidak menyangka kalau yang hadir cukup banyak. Semoga ke depannya relawan yang hadir makin banyak lagi ikut dalam kegiatan Tzu Chi guna pembelajaran bagi diri pribadi relawan Tzu Chi sendiri kelak. | |
Artikel Terkait
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-111: Harapan dan Doa yang Terkabul
23 Maret 2016Kisah kedua orang ayah dan anak ini telah melukiskan perjuangan keras dan kasih sayang yang besar antara orang tua kepada anaknya, karena harapan agar penglihatannya kembali pulih sangatlah besar. Ini menggambarkan betapa kasih sayang orang tua sepanjang masa demi masa depan anaknya yang lebih baik.