Mensyukuri Hidup
Jurnalis : Dewi Soejati (Tzu Chi Batam), Fotografer : Dian, Anas (Tzu Chi Batam)Relawan Tzu Chi Batam dengan penuh perhatian mendampingi peserta dalam kegiatan ramah tamah dengan para penerima bantuan Tzu Chi. |
| |
Pertama dan Berkesan Di depan kantor, sudah terpajang meja panjang yang di atasnya tersaji berbagai macam makanan dan kue. Semua hidangan ini dipersiapkan dengan sepenuh kasih oleh relawan seksi konsumsi. Setiap relawan bertugas melayani 2 keluarga (4 orang), dari mulai menjemput ke rumah, membantu mengisi daftar hadir, melayani pengambilan makanan, menyediakan tempat buat sepatu, memperkenalkan kantor sambil berkeliling, sampai akhirnya mengantar ke ruang aula untuk mengikuti acara. Di awal acara, Ketua Tzu Chi Pekanbaru, Bao Xuan memberi kata sambutan dan memperkenalkan Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Acara kemudian dilanjutkan dengan menyaksikan tayangan video ceramah Master Cheng Yen yang mengisahkan tentang relawan Xiu Wen, yang bisa mengakhiri kesengsaraan hidupnya oleh kelakuan suami yang suka memukul dan anak yang kecanduan narkoba setelah mendengar nasihat Master Cheng Yen yang mengatakan, “Hidup kita akan berubah jika pemikiran kita berubah.” Sejak itu, Xiu Wen berhenti meratapi nasibnya dan memilih berjalan di jalan Bodhisatwa. Tindakannya ini juga diikuti oleh anak-anaknya yang akhirnya sadar dan memperbaiki hidupnya.
Ket : - Para penerima bantuan Tzu Chi turut bersumbangsih dalam celengan bambu Tzu Chi. Mereka yang dulu dibantu, kini juga dapat membantu orang lain. (kiri) Agar setiap peserta bisa mensyukuri berkah, ditayangkan pula tentang kisah rakyat Haiti yang terpaksa harus memakan kue lumpur akibat negeri mereka yang penuh gejolak dan kemiskinan. Menyikapi kondisi ini, Master Cheng Yen mengatakan, “Jika tidak harmonis, batin manusia juga menjadi tidak selaras. Segala ketidakselarasan ini menyebabkan iklim (menjadi) tidak bersahabat, cuaca buruk, sehingga tidak bisa bercocok tanam, tidak ada makanan, sungguh menyedihkan.” Dana Kecil Amal Besar Kisah pelukis yang memiliki keterbatasan fisik, Xie Khun Shan, merupakan klimaks acara pada hari itu. Setelah mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkannya kehilangan sebelah mata, dua buah tangan dan satu kaki, pada usia 16 tahun, dengan kesabaran yang luar biasa, Xie mulai belajar segala sesuatunya dari nol.
Ket::- Pertunjukan isyarat tangan (shou yu) yang dibawakan para relawan Tzu Chi Batam ini bertujuan memperkenalkan salah satu budaya humanis Tzu Chi. (kiri). Ketahanan fisik, kekuatan mental, dan pemikiran di jalan yang benar telah membuat Xie Khun Shan bisa mengatasi segala rintangan hidupnya. Hal ini membuat para pendengar terinspirasi dan membuat mereka sadar, bahwa sesungguhnya masih banyak orang yang lebih menderita daripada mereka. Seperti yang dituturkan oleh Yulmanelly yang merasa takjub melihat perjuangan Xie Khun San, dan merasa tersentuh dengan pelayanan relawan yang menyambutnya. Yulmanelly pun menjadi terinspirasi dan bertekad untuk bisa menyelesaikan sekolah anak-anaknya yang berjumlah 4 orang. Walaupun harus berjuang seorang diri, dia tidak merasa kesepian, karena selalu ditemani oleh relawan. Perhatian relawan untuknya terus berlanjut walaupun suaminya telah meninggal dunia pada tahun lalu. Peserta lainnya, Immanuel, pada sesi sharing begitu antusias mendukung falsafah celengan bambu. Ia juga turut berdana. Immanuel memang telah menunjukkan kedermawanannya dengan tindakan nyata. Wendy sebagai koordinator kegiatan, saat memberi sambutan memberi inspirasi dengan contoh kisahnya sendiri, dari seorang yang membutuhkan perhatian sampai menjadi relawan yang bisa memberikan perhatian dan cinta kasih kepada semua orang. Perasaannya ini diungkapkan dengan menyanyikan lagu “Sebarkanlah Cinta Kasih” (Rang Ai Cuan Zhu Chi), telah membuat beberapa orang terharu dan menitikkan air mata. Kegiatan yang diikuti oleh 53 relawan Tzu Chi Batam ini kemudian ditutup dengan lagu “Satu Keluarga” dan membagikan celengan kepada para peserta. Setiap koin mengandung satu niat baik. Dengan menabung di celengan bambu untuk membantu sesama, berarti kita telah menjadikan sebuah kebiasaan baik untuk diri sendiri dan orang lain.
| ||
Artikel Terkait
Bekerjasama Membedah Perkampungan Kumuh
04 November 2011 Sebelum mengunjungi rumah-rumah di daerah Pademangan, Jakarta Utara, H. Djan Faridz hadir di kantor pusat Yayasan Buddha Tzu Chi untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai bagaimana prosedur Bebenah kampung yang telah dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi selama ini.Semangat Relawan di Rumah Baru Tzu Chi Bandung
16 Maret 2020Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung mengadakan kegiatan Pelatihan Relawan Tzu Chi Bandung (29/02/2020). Kegiatan ini diikuti oleh para relawan dan tamu undangan. Kegiatan berlangsung di Aulang Jing Si Tzu Chi Bandung, Jl. Jendral Sudirman No 628 Bandung.