Mensyukuri Hidup

Jurnalis : Dewi Soejati (Tzu Chi Batam), Fotografer : Dian, Anas (Tzu Chi Batam)
 

fotoRelawan Tzu Chi Batam dengan penuh perhatian mendampingi peserta dalam kegiatan ramah tamah dengan para penerima bantuan Tzu Chi.

“Seru,” begitu tanggapan dari Nofri Zalmi Martha, 14 tahun, sambil tersenyum ketika ditanya kesannya tentang acara “Ramah Tamah Kekeluargaan dengan Penerima Bantuan”. Ibunya, Yulmanelly, dengan antusias juga mengungkapkan kegembiraannya sambil berkali-kali menyebut, “Benar-benar menakjubkan.”

Pada hari Minggu, 6 Desember 2009, Tzu Chi Batam menyambut kedatangan 108 orang tamu yang tak lain adalah para penerima bantuan Tzu Chi. Kegiatan ini baru pertama kali diadakan oleh Tzu Chi Batam, dan meninggalkan kesan tersendiri bagi para relawan.

Pertama dan Berkesan
Saat jarum jam menunjukkan pukul 10.30, terlihat satu per satu mobil mulai mendekat ke kantor yang sudah dipasangi tenda di luar. Relawan yang berdiri di depan pintu mengenali mobil sesama relawan dan segera menyambut. Dengan telaten relawan menuntun penumpang dari dalam mobil, yang ternyata adalah para penerima bantuan. Ada yang harus dipapah, ada yang harus didorong dengan kursi roda, ada yang memakai tongkat, dan ada juga yang sudah sembuh dapat berjalan sendiri.

Di depan kantor, sudah terpajang meja panjang yang di atasnya tersaji berbagai macam makanan dan kue. Semua hidangan ini dipersiapkan dengan sepenuh kasih oleh relawan seksi konsumsi.

Setiap relawan bertugas melayani 2 keluarga (4 orang), dari mulai menjemput ke rumah, membantu mengisi daftar hadir, melayani pengambilan makanan, menyediakan tempat buat sepatu, memperkenalkan kantor sambil berkeliling, sampai akhirnya mengantar ke ruang aula untuk mengikuti acara.

Di awal acara, Ketua Tzu Chi Pekanbaru, Bao Xuan memberi kata sambutan dan memperkenalkan Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Acara kemudian dilanjutkan dengan menyaksikan tayangan video ceramah Master Cheng Yen yang mengisahkan tentang relawan Xiu Wen, yang bisa mengakhiri kesengsaraan hidupnya oleh kelakuan suami yang suka memukul dan anak yang kecanduan narkoba setelah mendengar nasihat Master Cheng Yen yang mengatakan, “Hidup kita akan berubah jika pemikiran kita berubah.” Sejak itu, Xiu Wen berhenti meratapi nasibnya dan memilih berjalan di jalan Bodhisatwa. Tindakannya ini juga diikuti oleh anak-anaknya yang akhirnya sadar dan memperbaiki hidupnya.

foto  foto

Ket : - Para penerima bantuan Tzu Chi turut bersumbangsih dalam celengan bambu Tzu Chi. Mereka yang dulu             dibantu, kini juga dapat membantu orang lain. (kiri)
         - Dalam acara ramah tamah ini, relawan Tzu Chi juga menjelaskan tentang celengan bambu dan manfaatnya            dalam menolong orang lain. (kanan)

Agar setiap peserta bisa mensyukuri berkah, ditayangkan pula tentang kisah rakyat Haiti yang terpaksa harus memakan kue lumpur akibat negeri mereka yang penuh gejolak dan kemiskinan. Menyikapi kondisi ini, Master Cheng Yen mengatakan, “Jika tidak harmonis, batin manusia juga menjadi tidak selaras. Segala ketidakselarasan ini menyebabkan iklim (menjadi) tidak bersahabat, cuaca buruk, sehingga tidak bisa bercocok tanam, tidak ada makanan, sungguh menyedihkan.”

Dana Kecil Amal Besar
Berikutnya adalah pengenalan kisah celengan bambu. Dengan filosofi “dana kecil amal besar”, para tamu menjadi kagum. Ketika ditanya apakah dengan menyisihkan uang Rp 200,- akan mempengaruhi menu makanan keluarga, secara serentak mereka menjawab: ‘tidak’. Dan ternyata ada beberapa keluarga yang sudah membawa kembali celengannya dan secara bergantian menuangkannya ke gentong yang sudah disiapkan sebelumnya. Sungguh terasa merdu mendengar suara gemerincing koin saat masuk ke dalam gentong.

Kisah pelukis yang memiliki keterbatasan fisik, Xie Khun Shan, merupakan klimaks acara pada hari itu. Setelah mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkannya kehilangan sebelah mata, dua buah tangan dan satu kaki, pada usia 16  tahun, dengan kesabaran yang luar biasa, Xie mulai belajar segala sesuatunya dari nol.  

foto  foto

Ket::- Pertunjukan isyarat tangan (shou yu) yang dibawakan para relawan Tzu Chi Batam ini bertujuan            memperkenalkan salah satu budaya humanis Tzu Chi. (kiri).
        - Seusai acara, Tzu Chi memberikan bingkisan dan celengan bambu kepada para penerima bantuan Tzu Chi.            Celengan bambu bertujuan agar mereka aktif menabung dan tergerak untuk membantu orang lain. (kanan)

Ketahanan fisik, kekuatan mental, dan pemikiran di jalan yang benar telah membuat Xie Khun Shan bisa mengatasi segala rintangan hidupnya. Hal ini membuat para pendengar terinspirasi dan membuat mereka sadar, bahwa sesungguhnya masih banyak orang yang lebih menderita daripada mereka. Seperti yang dituturkan oleh Yulmanelly yang merasa takjub melihat perjuangan Xie Khun San, dan merasa tersentuh dengan pelayanan relawan yang menyambutnya.

Yulmanelly pun menjadi terinspirasi dan bertekad untuk bisa menyelesaikan sekolah anak-anaknya yang berjumlah 4 orang. Walaupun harus berjuang seorang diri, dia tidak merasa kesepian, karena selalu ditemani oleh relawan. Perhatian relawan untuknya terus berlanjut walaupun suaminya telah meninggal dunia pada tahun lalu.

Peserta lainnya, Immanuel, pada sesi sharing begitu antusias mendukung falsafah celengan bambu. Ia juga turut berdana. Immanuel memang telah menunjukkan kedermawanannya dengan tindakan nyata. Wendy sebagai koordinator kegiatan, saat memberi sambutan memberi inspirasi dengan contoh kisahnya sendiri, dari seorang yang membutuhkan perhatian sampai menjadi relawan yang bisa memberikan perhatian dan cinta kasih kepada semua orang. Perasaannya ini diungkapkan dengan menyanyikan lagu “Sebarkanlah Cinta Kasih” (Rang Ai Cuan Zhu Chi), telah membuat beberapa orang terharu dan menitikkan air mata. Kegiatan yang diikuti oleh 53 relawan Tzu Chi Batam ini kemudian ditutup dengan lagu “Satu Keluarga” dan membagikan celengan kepada para peserta. Setiap koin mengandung satu niat baik. Dengan menabung di celengan bambu untuk membantu sesama, berarti kita telah menjadikan sebuah kebiasaan baik untuk diri sendiri dan orang lain.

 

 

 
 

Artikel Terkait

Pelatihan Relawan: Makna dari Sebuah Seragam

Pelatihan Relawan: Makna dari Sebuah Seragam

14 Oktober 2014 Semangat relawan terlihat saat memasuki Aula Jing Si di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Relawan yang hadir berasal dari hampir seluruh pulau yang ada di Indonesia. Mereka (relawan) saling bertemu, mengenal,  bertegur sapa dan membagi kisah. 11 hingga 12 Oktober 2014 berlangsungnya acara pelantikan relawan biru putih.
Waisak Tzu Chi 2018: Memberikan Persembahan Pada Buddha (Bag. 1)

Waisak Tzu Chi 2018: Memberikan Persembahan Pada Buddha (Bag. 1)

15 Mei 2018
Di tahun 2018, ada dua sesi perayaan Waisak di Tzu Chi di Aula Jing Si, Jakarta (13/5/18). Setiap sesinya ada 120 orang relawan pembawa persembahan berupa air, pelita (lilin), dan bunga. Dokter Anthony Pratama yang berkeyakinan berbeda tidak segan untuk menjadi salah satu relawan pembawa persembahan.
Menjalin Jodoh dan Meringankan Penderitaan

Menjalin Jodoh dan Meringankan Penderitaan

16 Desember 2011 Kehangatan kasih para insan Tzu Chi begitu terasa pada kegiatan bakti sosial ini, yang dimana para relawan selalu berinteraksi dan mendampingi para pasien dalam menjalani pengobatan.
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -