Menularkan Budaya Humanis Tzu Chi

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 
 

foto
Dengan penuh konsentrasi dan ketenangan, anak-anak P2 sekolah Tzu Chi Indonesia membawakan teh dan kue diatas nampan untuk orangtua mereka.

Mulai dari hari Senin, 26 November 2012 hingga Jumat, 30 November 2012 nanti, Sekolah Tzu Chi Indonesia tengah mengadakan kelas budaya humanis yang meliputi kelas merangkai bunga dan kelas penyajian teh. Dalam sehari, 4 kelas bergantian memasuki ruangan penyajian teh maupun ruangan merangkai bunga. “Jadi satu hari ada 4 kelas mulai dari tanggal 26-30 November,” ucap Lim Ai Ru Shigu. Dia juga memberikan penjelasan mengenai apa tujuan yang ingin dicapai dalam kelas penyajian teh ini, “Seperti hari ini orang tuanya datang dan mereka merasa terharu, soalnya mereka di rumah anak-anak nggak pernah sajiin teh buat mama.

Ada beberapa orang tua yang begitu masuk ruangan, langsung terharu yang dengan mata yang gembira dan berkaca-kaca. Kata si mama ‘begitu saya masuk kelas itu hati saya berasa udah tenang’ nggak pernah dia rasain suasana seperti itu,” jelas Ai Ru.

Susi, salah satu orangtua murid P2, mengatakan bahwa kegiatan hari ini sungguh telah membangkitkan perasaan harunya. Dimana dia melihat Vincent (anaknya) yang dengan penuh konsentrasi dan dengan tenang membawakan nampan yang berisi teh dan juga kue untuknya. Sontak perasaan haru menyergap ibu tiga anak ini saat Vincent dengan penuh rasa sayang menyuapkan kue kepadanya. Susi juga menceritakan bagaimana perubahan anaknya yang dahulu selalu terlihat tidak mau tahu, namun sekarang telah menjadi sosok anak yang perhatian pada orangtua, dan pada sesama juga lingkungan.

“Lebih bisa dengerin kalo diajak ngomong, dulunya anaknya cuek, tapi sekarang lebih care sama orang tua dan yang lain. Yang paling penting kan bisa berbakti sama orangtua, sering kalau dia pulang ke rumah langsung tanya.. ‘mami, cape nggak? I’ll help you.’ trus tadi pas disuapin kue dan ada teh juga perasaan saya terharu sampai pengen nangis tapi saya tahan, sekarang kalau di rumah Vincent juga sering ingetin makan. Kalau dijalan lagi ketemu sama penjual koran atau lainnya sekarang dia udah bisa ngomong ‘mami..mereka kasihan yaa,’ jadi rasa cinta kasihnya lebih tinggi, lebih jadi perasa dan peka,” cerita Susi tentang perubahan pada putranya. “Sekarang juga sudah bisa ingetin saya untuk recycle, kadang ada botol mau saya buang, tapi kata dia ‘mami jangan dibuang, itu buat recycle’. Jadi saya juga sekarang lebih bisa ikut perhatiin lingkungan,” tambahnya.

Untuk jangka panjang, kelas ini akan diadakan seterusnya dan tidak berhenti pada hari Jumat nanti. Saat ini jadwal kelas penyajian teh masih diadakan bagi anak-anak kelas SD, namun nanti pada januari 2013, akan diadakan rooling sehingga anak-anak dari kindergarten (TK) juga akan diajarkan menyajikan teh. “Dari sekolah mulai diadakan kelas ini secara rutin. Tk merangkai bunga, SD sajian teh, nanti januari akan rolling,” kata Ai Ru Shigu.

foto  foto

Keterangan :

  • Perasaan haru melingkupi hati Susi, orangtua dari Vincent, saat menerima suapan kue dalam kelas penyajian teh, 27 November 2012 kemarin (kiri).
  • Kelas penyajian teh ini ditujukan untuk membentuk karakter anak sehingga lebih berbudi pekerti dan menyayangi orang tua (kanan).

“Dalam kelas penyajian teh sendiri kita mengajarkan kepada anak-anak mengenai cara berjalan yang baik, cara duduk yang baik, dan cara konsentrasi yang baik. Bagi orang dewasa, mungkin mudah untuk membawa nanpan dengan teh dan kue di atasnya namun bagi anak-anak, hal tersebut membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan juga kesungguhan hati. Hal inilah yang kita sedang coba untuk berikan agar mereka dapat tumbuh berkembang menjadi anak yang berbudi pekerti, berakhlak dan berkharakter yang baik,” tutur Cen Ni relawan Tzu Chi. menjelaskan lebih lanjut mengenai kelas penyajian teh.

Bertatakrama Indah bagai Kelopak Bunga
Satu lagi kelas budi pekerti yang masuk dalam pengajaran Sekolah Cinta Kasih, yaitu kelas merangkai bunga. Tujuan yang ingin dicapai juga tidaj jauh berbeda dengan apa yang ingin dicapai pada kelas penyajian teh.

“Sebenarnya saat kami mengajarkan seni merangkai bunga dan jamuan minum teh, tujuan yang ingin kami capai adalah untuk mengajarkan anak-anak sesuai dengan kata Master Cheng Yen, yaitu dengan bertata krama berarti menjalankan sopan santun, mengajarkan dengan tata krama mencapai tujuan utama. Tujuan utamanya tidak lain adalah agar anak-anak tahu sopan santun dan agar anak-anak bisa mengetahui apa yang benar dan apa yang salah,” ujar Liang Mei Shigu seusai mengajar kelas merangkai bunga di Sekolah Tzu Chi Indonesia.

foto  foto

Keterangan :

  • Livie, mengungkapkan bahwa budi pekerti amatlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga merupakan pilihan yang cocok untuk menyekolahkan anaknya di Sekolah Tzu Chi Indonesia (kiri).
  • Begitu banyak keharuan yang muncul dalam kelas merangkai bunga, karena bunga-bunga yang dirangkai sendiri oleh anak-anak dipersembahkan langsung pada orangtuanya (kanan).

Mengajari anak-anak juga tidak semudah mengajarkan orang dewasa. Mungkin bagi orang dewasa cukup sekali diberikan instruksi, namun bagi anak-anak butuh tiga sampai lima kali bahkan lebih untuk dapat membuat mereka mengerti. “Kita pelan-pelan mengajarkan mereka, pertama tidak paham, kedua tidak paham, yang ketiga mereka akan paham. Seperti anak-anak saat baru pertama kali ikut pelajaran, cara jalan, cara memberi penghormatan, cara duduk, cara berdiri, mereka tidak terlalu mengerti. Sampai saat ini sudah diajarkan mulai dari bulan September, kemajuan mereka sangat banyak, saat mulai belajar, cara berjalan mereka sudah bagus, duduk juga bisa langsung duduk,” ucap Liang Mei.

“Saya merasa bagaikan ada satu rasa keberhasilan, sebenarnya saat mengajar anak-anak, disaat mereka belajar kita juga sedang belajar, kita bisa belajar banyak dari anak-anak, misalnya saja.. wahh… ternyata anak-anak harus diajarkan seperti ini agar mereka mengerti. Harus diajarkan sesuai dengan nada bicara anak-anak, jadi sebenarnya datang ke tempat ini saya merasa saya telah belajar banyak,” tutunya mengungkapkan kegembiraan.

“Cukup bagus untuk anak ya, karena untuk melatih anak dalam hal ketenangan, kesabaran, juga bisa mengungkapkan rasa terimakasih sama orangtua dan lingkungan. Budi pekerti memang harus diterapkan pada usia-usia mereka, kalau udah gede akan susah karena karakter mereka telah terbentuk. Jadi buat apa mereka pintar, kalau tidak punya budi pekerti. Dari sanalah saya memilih sekolah ini untuk anak saya, karena sebagai orangtua kadang kita sibuk dan lupa untuk mengajarkan anak tentang budi pekerti yang sebenarnya penting untuk mereka,” ungkap Livie, orangtua murid dari Irene yang masih duduk di kelas K1. “Saya sejalan dengan pemikirannya Master Cheng Yen ya.. karena beliau sama sekali tidak membedakan suku, ras, tapi Master merangkul semua. Luar biasa hatinya luas sekali. Kadang liat ceramah Master, suka tersentuh denger apa yang Master sampaikan,” tambahnya.

Dengan adanya pendidikan budi pekerti, mental dan karakter anak dapat terbentuk sejak dini sehingga dalam masa pertumbuhan, mereka dapat mengenal hal-hal yang baik dan juga indah untuk menyayangi sesama dan juga lingkungan dan tidak hanya sekedar akademis saja.

  
 

Artikel Terkait

Belajar Dharma di Bedah Buku

Belajar Dharma di Bedah Buku

25 Juli 2011
Selain itu, Rosa Shijie juga mengingatkan kepada 17 orang yang hadir di kegiatan bedah buku ini untuk harus selalu menjaga pikiran, batin, ucapan dan perbuatan.
Inspirasi Bagi Semua Orang

Inspirasi Bagi Semua Orang

16 Juni 2010
Pedagang kaki lima pun tidak dilewatkan. Sebuah tempat makan miso yang menjadi favorit masyarakat Pekanbaru yang bernama Miso Arifin, dengan tangan terbuka menerima dan memberikan tempat untuk relawan menempelkan kata renungan.
Peringatan HUT ke-15 DAAI TV Indonesia

Peringatan HUT ke-15 DAAI TV Indonesia

25 Agustus 2022

Menyambut HUT ke-15 Tahun, DAAI TV Indonesia merayakannya dengan beragam kegiatan sosial dan pelestarian lingkungan. DAAI TV juga mendapatkan apresiasi dari Presiden RI Ir. H. Joko Widodo dan Wakil Presiden RI, K.H. Maruf Amin

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -