Menularkan Budaya Humanis Tzu Chi
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Ada beberapa orang tua yang begitu masuk ruangan, langsung terharu yang dengan mata yang gembira dan berkaca-kaca. Kata si mama ‘begitu saya masuk kelas itu hati saya berasa udah tenang’ nggak pernah dia rasain suasana seperti itu,” jelas Ai Ru. Susi, salah satu orangtua murid P2, mengatakan bahwa kegiatan hari ini sungguh telah membangkitkan perasaan harunya. Dimana dia melihat Vincent (anaknya) yang dengan penuh konsentrasi dan dengan tenang membawakan nampan yang berisi teh dan juga kue untuknya. Sontak perasaan haru menyergap ibu tiga anak ini saat Vincent dengan penuh rasa sayang menyuapkan kue kepadanya. Susi juga menceritakan bagaimana perubahan anaknya yang dahulu selalu terlihat tidak mau tahu, namun sekarang telah menjadi sosok anak yang perhatian pada orangtua, dan pada sesama juga lingkungan. “Lebih bisa dengerin kalo diajak ngomong, dulunya anaknya cuek, tapi sekarang lebih care sama orang tua dan yang lain. Yang paling penting kan bisa berbakti sama orangtua, sering kalau dia pulang ke rumah langsung tanya.. ‘mami, cape nggak? I’ll help you.’ trus tadi pas disuapin kue dan ada teh juga perasaan saya terharu sampai pengen nangis tapi saya tahan, sekarang kalau di rumah Vincent juga sering ingetin makan. Kalau dijalan lagi ketemu sama penjual koran atau lainnya sekarang dia udah bisa ngomong ‘mami..mereka kasihan yaa,’ jadi rasa cinta kasihnya lebih tinggi, lebih jadi perasa dan peka,” cerita Susi tentang perubahan pada putranya. “Sekarang juga sudah bisa ingetin saya untuk recycle, kadang ada botol mau saya buang, tapi kata dia ‘mami jangan dibuang, itu buat recycle’. Jadi saya juga sekarang lebih bisa ikut perhatiin lingkungan,” tambahnya. Untuk jangka panjang, kelas ini akan diadakan seterusnya dan tidak berhenti pada hari Jumat nanti. Saat ini jadwal kelas penyajian teh masih diadakan bagi anak-anak kelas SD, namun nanti pada januari 2013, akan diadakan rooling sehingga anak-anak dari kindergarten (TK) juga akan diajarkan menyajikan teh. “Dari sekolah mulai diadakan kelas ini secara rutin. Tk merangkai bunga, SD sajian teh, nanti januari akan rolling,” kata Ai Ru Shigu.
Keterangan :
“Dalam kelas penyajian teh sendiri kita mengajarkan kepada anak-anak mengenai cara berjalan yang baik, cara duduk yang baik, dan cara konsentrasi yang baik. Bagi orang dewasa, mungkin mudah untuk membawa nanpan dengan teh dan kue di atasnya namun bagi anak-anak, hal tersebut membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan juga kesungguhan hati. Hal inilah yang kita sedang coba untuk berikan agar mereka dapat tumbuh berkembang menjadi anak yang berbudi pekerti, berakhlak dan berkharakter yang baik,” tutur Cen Ni relawan Tzu Chi. menjelaskan lebih lanjut mengenai kelas penyajian teh. Bertatakrama Indah bagai Kelopak Bunga “Sebenarnya saat kami mengajarkan seni merangkai bunga dan jamuan minum teh, tujuan yang ingin kami capai adalah untuk mengajarkan anak-anak sesuai dengan kata Master Cheng Yen, yaitu dengan bertata krama berarti menjalankan sopan santun, mengajarkan dengan tata krama mencapai tujuan utama. Tujuan utamanya tidak lain adalah agar anak-anak tahu sopan santun dan agar anak-anak bisa mengetahui apa yang benar dan apa yang salah,” ujar Liang Mei Shigu seusai mengajar kelas merangkai bunga di Sekolah Tzu Chi Indonesia.
Keterangan :
Mengajari anak-anak juga tidak semudah mengajarkan orang dewasa. Mungkin bagi orang dewasa cukup sekali diberikan instruksi, namun bagi anak-anak butuh tiga sampai lima kali bahkan lebih untuk dapat membuat mereka mengerti. “Kita pelan-pelan mengajarkan mereka, pertama tidak paham, kedua tidak paham, yang ketiga mereka akan paham. Seperti anak-anak saat baru pertama kali ikut pelajaran, cara jalan, cara memberi penghormatan, cara duduk, cara berdiri, mereka tidak terlalu mengerti. Sampai saat ini sudah diajarkan mulai dari bulan September, kemajuan mereka sangat banyak, saat mulai belajar, cara berjalan mereka sudah bagus, duduk juga bisa langsung duduk,” ucap Liang Mei. “Saya merasa bagaikan ada satu rasa keberhasilan, sebenarnya saat mengajar anak-anak, disaat mereka belajar kita juga sedang belajar, kita bisa belajar banyak dari anak-anak, misalnya saja.. wahh… ternyata anak-anak harus diajarkan seperti ini agar mereka mengerti. Harus diajarkan sesuai dengan nada bicara anak-anak, jadi sebenarnya datang ke tempat ini saya merasa saya telah belajar banyak,” tutunya mengungkapkan kegembiraan. “Cukup bagus untuk anak ya, karena untuk melatih anak dalam hal ketenangan, kesabaran, juga bisa mengungkapkan rasa terimakasih sama orangtua dan lingkungan. Budi pekerti memang harus diterapkan pada usia-usia mereka, kalau udah gede akan susah karena karakter mereka telah terbentuk. Jadi buat apa mereka pintar, kalau tidak punya budi pekerti. Dari sanalah saya memilih sekolah ini untuk anak saya, karena sebagai orangtua kadang kita sibuk dan lupa untuk mengajarkan anak tentang budi pekerti yang sebenarnya penting untuk mereka,” ungkap Livie, orangtua murid dari Irene yang masih duduk di kelas K1. “Saya sejalan dengan pemikirannya Master Cheng Yen ya.. karena beliau sama sekali tidak membedakan suku, ras, tapi Master merangkul semua. Luar biasa hatinya luas sekali. Kadang liat ceramah Master, suka tersentuh denger apa yang Master sampaikan,” tambahnya. Dengan adanya pendidikan budi pekerti, mental dan karakter anak dapat terbentuk sejak dini sehingga dalam masa pertumbuhan, mereka dapat mengenal hal-hal yang baik dan juga indah untuk menyayangi sesama dan juga lingkungan dan tidak hanya sekedar akademis saja. | |||
Artikel Terkait
PO Kue Bulan Tzu Chi Batam
08 Oktober 2020Setiap tahun menjelang Festival Pertengahan Musim Gugur, Tzu Chi Batam memeriahkannya dengan mengadakan Bazar Kue Bulan Cinta Kasih di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Batam. Namun karena dampak dari pandemi Covid-19, Bazar yang telah 11 tahun diadakan di Mall BCS (Batam City Square) ini tahun ini perlu dialihkan ke lokasi yang lebih aman. Lokasi tersebut tidak lain adalah Aula Jing Si Batam.

Asa Handoko Bersama Tzu Chi
09 Juli 2009 Setengah tahun yang lalu, Handoko mengalami kecelakaan, kakinya terluka tertabrak mobil. Karenanya ia pun menjadi salah satu pasien penanganan khusus yang ditangani oleh Tzu Chi Pekanbaru. Karena itu, ia pun harus kehilangan salah satu kakinya karena harus diamputasi. Setelah operasi.
Dukungan Gizi Seimbang untuk Siswa- siswi PAUD-TK Ar Rohim
25 Januari 2024Relawan Tzu Chi Xie Li Sumatera Utara mendukung pemenuhan gizi seimbang dengan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk siswa-siswi PAUD dan TK Ar Rohim di Desa Mampang, Kec. Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.