Menulis Kisah Pasien Tzu Chi
Jurnalis : Indri Hendarmin (He Qi Utara), Fotografer : Metasari (He Qi Utara)Pelatihan relawan 3 in 1 ini diadakan pada hari sabtu 25 Februari 2012 di Jing Si Books & Cafe Pluit, Jakarta Utara . |
| ||
Acara yang dibuka dengan penayangan video Sanubari Teduh Master Cheng Yen, dengan mengangkat kisah pasien Budi Salim. Budi Salim yang berusia 9 tahun menderita tumor jinak di sekitar mulutnya. Orang tuanya bekerja pada salah satu kelenteng. Adanya jalinan jodoh orang tuanya diperkenalkan kepada Tzu Chi. Tetapi karena pengaruh dari salah seorang penerima bantuan Tzu Chi, dimana Tzu Chi hanya memberikan bantuan pengobatan hanya setengahnya saja, timbul rasa tidak puas dan ia pun membicarakan hal buruk tentang Tzu Chi terhadap orang tua Budi Salim. Orang tuanya sempat membawa Budi Salim ke pengobatan alternatif selama setahun. Berkat kegigihan relawan akhirnya orang tua Budi Salim mau menerima bantuan dari Tzu Chi. Budi Salim dioperasi sebanyak tiga kali dan kondisinya pun membaik, ia dapat melanjutkan sekolahnya bahkan ia merupakan siswa berprestasi di sekolahnya. Untuk membantu ekonomi keluarganya setiap harinya Budi Salim berjualan kue, penghasilan yang ia peroleh sebagian disisihkan ke dalam celengan bambu. Selain itu orang tua Budi Salim juga turut serta dalam mengumpulkan barang daur ulang. Master Cheng Yen mengatakan Tzu Chi dalam memberikan bantuan tentunya ada yang merasa puas dan ada yang merasa tidak puas. Dalam kasus Budi Salim ini telah terjalin lingkaran kebaikan diantara umat manusia. Keluarga Budi Salim telah menunjukkan sikap bersyukur (Gan en), menghormati (Zhun zhong) dan cinta kasih (Ai). Hendaknya kita harus menjadi orang yang dikasihi orang lain, kebajikan tidak dapat di ukur dengan nilai materi. Apriyanto shixiong memberikan sharing ketika pertama kali bergabung karena suka menulis. Saat diminta untuk meliput kasus pasien tentunya kisahnya harus menyentuh sesuai dengan prinsip Benar (Zhen), Bajik (Shan), Indah (Mei) dan dalam kasus Budi Salim, terharu terhadap anak yang mau bekerja mencari nafkah untuk orang tuanya. Ada satu lagi contoh kasus yaitu Tan Ai Ming, orang kaya yang usahanya bangkrut karena istrinya suka berjudi dan ia harus hidup di kandang kambing. Pada saat kisah ini dibuat dan dikirim ke Tzu Chi Taiwan, ternyata banyak pertanyaan dari Tzu Chi Taiwan mengenai kasus tersebut. Apriyanto shixiong mengikuti keseharian Tan Ai Ming, berbaur dengan masyarakat sekitar dan akhirnya cerita ini ditayangkan dalam lentera kehidupan ceramah Master Cheng Yen.
Keterangan :
Ji Shou shixiong mengatakan Master selama ini dapat sharing karena adanya 3 In 1. Untuk dapat menulis tentunya kita perlu belajar, sebagai dasar kita di ajarkan teknik yang paling dasar yaitu 5W1H (Who, What, When, Where, Why dan How). Selain itu kita harus turun langsung ke lapangan ikut merasakan agar lebih menjiwai. Di Tzu Chi diharapkan kisah yang kita tulis dapat menginspirasi semua pihak, sebagai contoh nyata di Malaysia ada seorang relawan yang belum bisa menghilangkan kebiasaan minum minuman keras karena tuntutan dari bidang usahanya yang harus sering untuk pergi menjamu klien. Pada suatu hari ia mengikuti survei kasus mengunjungi sebuah keluarga miskin. Sang ayah dulunya adalah seorang pengusaha sukses tetapi karena usahanya jatuh bangkrut hingga menyebabkan sang ayah menjadi seorang pemabuk. Ternyata survei kasus ini menjadi inspirasi bagi relawan tersebut yang selama ini belum bisa lepas dari kebiasaan minum minuman keras. Lalu ia pun bertekad untuk tidak menyentuh minum keras lagi. Seperti kata Master Cheng Yen, “kehidupan yang baik tidak sebanding dengan kebiasaan yang baik.” Acara di lanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berjalan cukup aktif dimana para peserta yang hadir terlihat begitu antusias memberikan pertanyaan. Rudi Santoso shixiong sebagai relawan yang berpengalaman dalam menulis dan aktif di kegiatan pasien kasus ini menambahkan bahwa, kita harus memperkenalkan diri kita kepada pihak pasien, menanyakan kondisinya, bagaimana awalnya, kapan dan bagaimana gejalanya. Kemudian kita juga bisa mengetahui lebih lanjut apa saja yang menjadi kesulitan pasien, apakah masalah biaya atau kondisi pasien yang sebatang kara yang memerlukan relawan Tzu Chi untuk membantunya untuk mengantarkan berobat. Lalu bagaimana selama ini kehidupan pasien, apakah selain pasien ada anggota keluarga lainnya yang perlu dibantu misalnya ada anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah dan memerlukan bantuan biaya sekolah. Tetapi yang perlu kita perhatikan adalah kita ingin menjalin jodoh baik, bukan datang sebagai petugas. Oleh karena itu kita harus memperlakukan pasien kasus seperti keluarga kita sendiri, agar mereka bisa merasakan kehangatan dan ketulusan kita. Banyak hal yang saya dapatkan dari mengikuti kegiatan ini, yang pasti lebih memotivasi saya untuk dapat menulis dengan lebih baik lagi untuk mendalami Dharma. Ada sebuah kata pereunungan Master Cheng Yen yang sangat menginspirasi kita semua, “Asal bersedia untuk berpikir, melatih diri dan berbuat dengan kesungguhan hati, maka tak ada sesuatu pun yang tak berhasil’’. | |||
Artikel Terkait
Perhatian Relawan Tzu Chi kepada Para Penerima Bantuan
30 April 2021Okari Sabtari (54) merasa sangat senang dikunjungi para relawan Tzu Chi di rumah kontrakannya, di Kamal, Jakarta Barat, Kamis, 29 April 2021. Meski hanya bisa terbaring di kasur karena stroke yang menyebabkan anggota badan bagian bawah lumpuh, suaranya lantang mengutarakan isi hatinya.
Tzu Chi Membantu Korban Kebakaran di Pannampu
03 September 2018Bantuan Bagi Korban Kebakaran di Teluk Gong
22 Juli 2021Tzu Chi memberikan paket bantuan kebakaran untuk 270 keluarga yang rumahnya habis terbakar di wilayah RT 01/RW 012, Teluk Gong, Penjagalan, Jakarta Utara. Pembagian bantuan itu dilakukan pada Rabu, 21 Juli 2021.