Anak-anak dengan antusias membuat prakarya pada saat
mengikuti kelas budi pekerti. Hasil prakarya akan diberikan orangtuanya
sebagai wujud rasa bakti.
Cuaca di
Tanjung Balai Karimun pada hari Minggu, 13 April 2014 cukup bersahabat. Udara
yang tidak terlalu panas membuat aktifitas dipagi itu menjadi lebih
bersemangat. Pada pukul 09.00 WIB, tiba
waktunya semua Xiao Tai Yang untuk belajar
pendidikan budi pekerti di kantor Yayasan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Kelas
budi pekerti pada hari itu berbeda dengan hari-hari biasanya, karena kelas budi
pekerti A dan kelas budi pekerti B bergabung menjadi satu untuk belajar
bersama. Mereka mengulang dan melihat kembali tentang semua materi yang telah
disampaikan selama belajar pendidikan budi pekerti. Hal ini bertujuan untuk
mengingatkan kembali pendidikan budi pekerti agar bisa dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Jumlah yang
hadir pada kelas budi pekerti ini terdiri dari relawan Komite 3 orang, Biru
Putih 5 orang, Abu putih 8 orang, relawan rompi 17 orang, dan Tzu Shao 6 orang. Papa Sunaryo pada
kesempatan kali ini menyampaikan materi “Berbakti Pada Orang Tua”. Sebelum
menjelaskan materi, Papa Sunaryo pun berintarksi dengan anak-anak dengan
mengajukan pertanyaan. “Anak-anak apakah kalian sayang kepada ibu dan ayah kalian?” “Ya Papa…..!” ( jawab
semua anak-anak). “Coba yang sayang kepada orang tua kalian tunjuk jari yang tinggi! (Xiao Tai Yang ada yang tunjuk jari yang tinggi, ada yang sedang,
dan ada yang rendah),” tanya papa Sunaryo. “Lho… katanya sayang, kok ada yang
tunjuk jarinya setengah-setengah…! ( Papa Sunaryo sambil bercanda). Tunjuk
jarinya yang semangat ya…! Itu tandanya kalian sayang pada mama dan papa kalian,” tambahnya.
Di dunia ini
sebenarnya banyak sekali anak yang berbakti pada orang tua. Hal ini dapat kita
lihat dari kisah anak yang berbakti pada orang tuanya dari bacaan buku, video,
maupun dari pengalaman kita sehari-hari. Di Cina, dikisahkan ada seorang anak perempuan
kecil berusia 8 tahun yang merawat ibunya yang sakit dan lumpuh. Semua
keperluan sehari-hari ia siapkan untuk ibunya dan dirinya. Memasak,
membersihkan rumah, dan bekerja sudah menjadi tugasnya sehari-hari. Semangat
dan rasa sayang kepada ibunya membuat ia pantang menyerah. Setelah pulang
sekolah ia bekerja mencari sampah-sampah yang bisa di daur ulang dan bisa
dijual. Uang hasil penjualan dari memulung sampah digunakan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari dan disisihkan untuk biaya pengobatan ibunya. Pengorbanan
anak yang luar biasa kepada orang tua. Ibunya sangat bersyukur dan sangat
senang mempunyai anak yang berbakti pada orang tuanya. Peristiwa ini
mengingatkan kita untuk selalu menyayangi, merawat, dan membantu orang tua yang
telah mendidik dan merawat kita.
Papa Sunaryo menjelaskan pentingnya berbakti kepada orangtua yang telah mengasuh dari kecil hingga besar.
Salah satu anak kelas budi pekerti pun memberikan sharing tentang kreatifitas yang dibuatnya pada tanggal 13 April 2014.
Di Indonesia
sendiri pada bulan Maret tahun 2014, banyak dibicarakan contoh kisah anak yang
berbakti yang ada di Medan. Siti Aisyah, bocah berusia 8 tahun sangat tegar
merawat ayahnya, Muhammad Nawawi Pulungan (54), yang mengalami sakit komplikasi.
Sejak berusia 1 tahun, Aisyah sudah ditinggalkan ibunya. Kurang lebih usia 3
tahun, Aisyah merawat ayahnya di becak. Mereka tinggal di tepi masjid maupun di
tepi-tepi jalan. Walaupun susah, mereka tidak mengemis. Mereka menerima bantuan
jika ada orang yang mau memberikan bantuan kepada mereka berdua. Karena rasa
bakti kepada ayahnya yang sangat besar, kisah Aisyah dan ayahnya banyak diliput
oleh wartawan. Sehingga, pada suatu saat Wali Kota Medan mengetahui serta
membantu Pak Nawawi untuk berobat ke Rumah Sakit Pringadi Medan dan
menyekolahkan Aisyah yang sudah putus sekolah. Jika kita kaya, janganlah
melupakan orang tua. Jika kita mengalami kekurangan kita harus tetap hormat dan
patuh kepada orang tua. Tanpa jasa orang tua kita bukanlah apa-apa. Kalau kita
sekarang berbakti pada kedua orang tua kita, maka jika kita menjadi orang tua
anak kita juga akan berbakti.
Setelah
mendengarkan dan mengetahui cara berbakti kepada orang tua, semua Xiao Tai Yang membuat kartu ucapan yang
ditujukan kepada orang tuanya masing-masing. Di dalam kartu ucapan berisi foto
keluarga masing-masing dan ungkapan terima kasih anak kepada orang tuanya atas
jasa-jasa yang telah diberikan. Diharapkan setelah besar nantinya mereka menjadi
anak berbakti dan berbudi luhur.
Cuaca di
Tanjung Balai Karimun pada hari Minggu, 13 April 2014 cukup bersahabat. Udara
yang tidak terlalu panas membuat aktifitas dipagi itu menjadi lebih
bersemangat. Pada pukul 09.00 WIB, tiba
waktunya semua Xiao Tai Yang untuk belajar
pendidikan budi pekerti di kantor Yayasan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Kelas
budi pekerti pada hari itu berbeda dengan hari-hari biasanya, karena kelas budi
pekerti A dan kelas budi pekerti B bergabung menjadi satu untuk belajar
bersama. Mereka mengulang dan melihat kembali tentang semua materi yang telah
disampaikan selama belajar pendidikan budi pekerti. Hal ini bertujuan untuk
mengingatkan kembali pendidikan budi pekerti agar bisa dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Jumlah yang
hadir pada kelas budi pekerti ini terdiri dari relawan Komite 3 orang, Biru
Putih 5 orang, Abu putih 8 orang, relawan rompi 17 orang, dan Tzu Shao 6 orang. Papa Sunaryo pada
kesempatan kali ini menyampaikan materi “Berbakti Pada Orang Tua”. Sebelum
menjelaskan materi, Papa Sunaryo pun berintarksi dengan anak-anak dengan
mengajukan pertanyaan. “Anak-anak apakah kalian sayang kepada ibu dan ayah kalian?” “Ya Papa…..!” ( jawab
semua anak-anak). “Coba yang sayang kepada orang tua kalian tunjuk jari yang tinggi! (Xiao Tai Yang ada yang tunjuk jari yang tinggi, ada yang sedang,
dan ada yang rendah),” tanya papa Sunaryo. “Lho… katanya sayang, kok ada yang
tunjuk jarinya setengah-setengah…! ( Papa Sunaryo sambil bercanda). Tunjuk
jarinya yang semangat ya…! Itu tandanya kalian sayang pada mama dan papa kalian,” tambahnya.
Di dunia ini
sebenarnya banyak sekali anak yang berbakti pada orang tua. Hal ini dapat kita
lihat dari kisah anak yang berbakti pada orang tuanya dari bacaan buku, video,
maupun dari pengalaman kita sehari-hari. Di Cina, dikisahkan ada seorang anak perempuan
kecil berusia 8 tahun yang merawat ibunya yang sakit dan lumpuh. Semua
keperluan sehari-hari ia siapkan untuk ibunya dan dirinya. Memasak,
membersihkan rumah, dan bekerja sudah menjadi tugasnya sehari-hari. Semangat
dan rasa sayang kepada ibunya membuat ia pantang menyerah. Setelah pulang
sekolah ia bekerja mencari sampah-sampah yang bisa di daur ulang dan bisa
dijual. Uang hasil penjualan dari memulung sampah digunakan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari dan disisihkan untuk biaya pengobatan ibunya. Pengorbanan
anak yang luar biasa kepada orang tua. Ibunya sangat bersyukur dan sangat
senang mempunyai anak yang berbakti pada orang tuanya. Peristiwa ini
mengingatkan kita untuk selalu menyayangi, merawat, dan membantu orang tua yang
telah mendidik dan merawat kita.
Di Indonesia
sendiri pada bulan Maret tahun 2014, banyak dibicarakan contoh kisah anak yang
berbakti yang ada di Medan. Siti Aisyah, bocah berusia 8 tahun sangat tegar
merawat ayahnya, Muhammad Nawawi Pulungan (54), yang mengalami sakit komplikasi.
Sejak berusia 1 tahun, Aisyah sudah ditinggalkan ibunya. Kurang lebih usia 3
tahun, Aisyah merawat ayahnya di becak. Mereka tinggal di tepi masjid maupun di
tepi-tepi jalan. Walaupun susah, mereka tidak mengemis. Mereka menerima bantuan
jika ada orang yang mau memberikan bantuan kepada mereka berdua. Karena rasa
bakti kepada ayahnya yang sangat besar, kisah Aisyah dan ayahnya banyak diliput
oleh wartawan. Sehingga, pada suatu saat Wali Kota Medan mengetahui serta
membantu Pak Nawawi untuk berobat ke Rumah Sakit Pringadi Medan dan
menyekolahkan Aisyah yang sudah putus sekolah. Jika kita kaya, janganlah
melupakan orang tua. Jika kita mengalami kekurangan kita harus tetap hormat dan
patuh kepada orang tua. Tanpa jasa orang tua kita bukanlah apa-apa. Kalau kita
sekarang berbakti pada kedua orang tua kita, maka jika kita menjadi orang tua
anak kita juga akan berbakti.
Setelah
mendengarkan dan mengetahui cara berbakti kepada orang tua, semua Xiao Tai Yang membuat kartu ucapan yang
ditujukan kepada orang tuanya masing-masing. Di dalam kartu ucapan berisi foto
keluarga masing-masing dan ungkapan terima kasih anak kepada orang tuanya atas
jasa-jasa yang telah diberikan. Diharapkan setelah besar nantinya mereka menjadi
anak berbakti dan berbudi luhur.
Cuaca di
Tanjung Balai Karimun pada hari Minggu, 13 April 2014 cukup bersahabat. Udara
yang tidak terlalu panas membuat aktifitas dipagi itu menjadi lebih
bersemangat. Pada pukul 09.00 WIB, tiba
waktunya semua Xiao Tai Yang untuk belajar
pendidikan budi pekerti di kantor Yayasan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Kelas
budi pekerti pada hari itu berbeda dengan hari-hari biasanya, karena kelas budi
pekerti A dan kelas budi pekerti B bergabung menjadi satu untuk belajar
bersama. Mereka mengulang dan melihat kembali tentang semua materi yang telah
disampaikan selama belajar pendidikan budi pekerti. Hal ini bertujuan untuk
mengingatkan kembali pendidikan budi pekerti agar bisa dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Jumlah yang
hadir pada kelas budi pekerti ini terdiri dari relawan Komite 3 orang, Biru
Putih 5 orang, Abu putih 8 orang, relawan rompi 17 orang, dan Tzu Shao 6 orang. Papa Sunaryo pada
kesempatan kali ini menyampaikan materi “Berbakti Pada Orang Tua”. Sebelum
menjelaskan materi, Papa Sunaryo pun berintarksi dengan anak-anak dengan
mengajukan pertanyaan. “Anak-anak apakah kalian sayang kepada ibu dan ayah kalian?” “Ya Papa…..!” ( jawab
semua anak-anak). “Coba yang sayang kepada orang tua kalian tunjuk jari yang tinggi! (Xiao Tai Yang ada yang tunjuk jari yang tinggi, ada yang sedang,
dan ada yang rendah),” tanya papa Sunaryo. “Lho… katanya sayang, kok ada yang
tunjuk jarinya setengah-setengah…! ( Papa Sunaryo sambil bercanda). Tunjuk
jarinya yang semangat ya…! Itu tandanya kalian sayang pada mama dan papa kalian,” tambahnya.
Di dunia ini
sebenarnya banyak sekali anak yang berbakti pada orang tua. Hal ini dapat kita
lihat dari kisah anak yang berbakti pada orang tuanya dari bacaan buku, video,
maupun dari pengalaman kita sehari-hari. Di Cina, dikisahkan ada seorang anak perempuan
kecil berusia 8 tahun yang merawat ibunya yang sakit dan lumpuh. Semua
keperluan sehari-hari ia siapkan untuk ibunya dan dirinya. Memasak,
membersihkan rumah, dan bekerja sudah menjadi tugasnya sehari-hari. Semangat
dan rasa sayang kepada ibunya membuat ia pantang menyerah. Setelah pulang
sekolah ia bekerja mencari sampah-sampah yang bisa di daur ulang dan bisa
dijual. Uang hasil penjualan dari memulung sampah digunakan untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari dan disisihkan untuk biaya pengobatan ibunya. Pengorbanan
anak yang luar biasa kepada orang tua. Ibunya sangat bersyukur dan sangat
senang mempunyai anak yang berbakti pada orang tuanya. Peristiwa ini
mengingatkan kita untuk selalu menyayangi, merawat, dan membantu orang tua yang
telah mendidik dan merawat kita.
Di Indonesia
sendiri pada bulan Maret tahun 2014, banyak dibicarakan contoh kisah anak yang
berbakti yang ada di Medan. Siti Aisyah, bocah berusia 8 tahun sangat tegar
merawat ayahnya, Muhammad Nawawi Pulungan (54), yang mengalami sakit komplikasi.
Sejak berusia 1 tahun, Aisyah sudah ditinggalkan ibunya. Kurang lebih usia 3
tahun, Aisyah merawat ayahnya di becak. Mereka tinggal di tepi masjid maupun di
tepi-tepi jalan. Walaupun susah, mereka tidak mengemis. Mereka menerima bantuan
jika ada orang yang mau memberikan bantuan kepada mereka berdua. Karena rasa
bakti kepada ayahnya yang sangat besar, kisah Aisyah dan ayahnya banyak diliput
oleh wartawan. Sehingga, pada suatu saat Wali Kota Medan mengetahui serta
membantu Pak Nawawi untuk berobat ke Rumah Sakit Pringadi Medan dan
menyekolahkan Aisyah yang sudah putus sekolah. Jika kita kaya, janganlah
melupakan orang tua. Jika kita mengalami kekurangan kita harus tetap hormat dan
patuh kepada orang tua. Tanpa jasa orang tua kita bukanlah apa-apa. Kalau kita
sekarang berbakti pada kedua orang tua kita, maka jika kita menjadi orang tua
anak kita juga akan berbakti.
Setelah
mendengarkan dan mengetahui cara berbakti kepada orang tua, semua Xiao Tai Yang membuat kartu ucapan yang
ditujukan kepada orang tuanya masing-masing. Di dalam kartu ucapan berisi foto
keluarga masing-masing dan ungkapan terima kasih anak kepada orang tuanya atas
jasa-jasa yang telah diberikan. Diharapkan setelah besar nantinya mereka menjadi
anak berbakti dan berbudi luhur.