Menumbuhkan Kepedulian Lingkungan
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
|
| |
Pendidikan bisa dalam bentuk formal dan nonformal, baik di sekolah maupun di rumah. Apa yang diperoleh di sekolah, sebaiknya dapat diterapkan di rumah. Dengan pengetahuan dan praktik yang dilakukan, maka pengetahuan itu akan menjadi sebuah manfaat yang berguna bagi masyarakat. Memberi Wawasan Baru tentang Lingkungan Acara dimulai dengan pengenalan tentang Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan juga pendirinya, Master Cheng Yen. Dalam kesempatan itu, Agus Rijanto, relawan Tzu Chi menyampaikan kepada para peserta mengapa Tzu Chi bisa diterima di 48 negara di dunia, dengan relawan yang terdiri dari berbagai etnis dan agama. “Karena Tzu Chi tidak pernah memandang perbedaan agama, dan setiap agama selalu berlandaskan cinta kasih dan memiliki tujuan yang sama, memberikan kebahagiaan dan menghapus penderitaan,” terangnya. Dampak Global Warming
Ket : - Relawan Tzu Chi tengah melatih para murid Sekolah Ananda melakukan salah satu budaya kemanusiaan Tzu Chi, yang biasa dikenal dengan sebutan bahasa isyarat tangan. (kiri) “Ini bukan sekadar permainan, tapi inilah kejadian yang mulai terjadi,” tegas Jasin, relawan Tzu Chi yang menyampaikan materi pelestarian lingkungan. “Lalu apakah yang bisa kita lakukan?” tanyanya Jasin memancing komentar peserta. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh manusia untuk mencegah bertambah rusaknya alam ini, yang menurut Jasin bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti memilah sampah, menghemat energi dan sumber daya alam lainnya, menghindari pemakaian barang sekali pakai buang, merawat dan menanam pohon, menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan dan menerapkan pola hidup vegetarian. Mengapa pola hidup vegetarian bisa berpengaruh pada lingkungan? Jasin mengilustrasikan kondisi saat ini di mana bumi menjadi semakin panas (global warming). Cahaya matahari yang masuk ke bumi tak ada lagi penghalangnya karena semakin besarnya lubang yang terdapat pada lapisan ozon di atas bumi. Belum lagi efek gas rumah kaca yang disebabkan gas metana, sehingga panas bumi tidak dapat keluar tetapi memantul kembali ke dalam. Inilah yang membuat bumi menjadi semakin panas dan salah satu penyumbang terbesar pembentukan rumah kaca ini adalah gas metana. “Nah, gas metana ini terbanyak disumbangkan dari sampah yang membusuk dan juga dari kotoran hewan,” tegas Jasin. Dengan maraknya industri peternakan, hal ini menyebabkan populasi hewan 5 kali lebih banyak daripada manusia. “Jadi dengan bervegetarian, maka manusia tidak lagi mengembangbiakkan hewan dan industri peternakan secara berlebihan,” terang Jasin. Relawan Tzu Chi lainnya, Suwarno menambahkan, “Gas metana itu juga dihasilkan dari proses dekompresi sampah. Coba bayangkan berapa besar kerusakan gas CO2 akibat gas metana itu.” Suwarno yang kini aktif menggalakkan program pengolahan sampah di Bogor itu menekankan kepada para guru dan murid-murid Sekolah Ananda untuk mulai memilah sampah di sekolah dan tempat tinggalnya masing-masing. Suwarno yakin bahwa sampah jika dikelola dengan benar justru bisa menciptakan berkah. Ia pun berpantun, “Sampah bukan masalah, tapi justru sebuah berkah, jika kita mau memilah, dan mengolah.”
Ket:: - Agus Rijanto, relawan Tzu Chi, tengah memberikan pengenalan Tzu Chi kepada para guru dan siswa Sekolah Ananda. (kiri). Lebih Mengerti dan Membangkitkan Kepedulian Sementara Sherly Gunawan, siswa kelas 2 SMA Ananda yang juga Sekretaris OSIS di sekolahnya ini mengaku sangat terkesan dengan apa yang dilakukan relawan Tzu Chi. “Menjaga lingkungan dengan cinta kasih, melestarikan lingkungan dengan dasar pemikiran yang kuat, dan positif bagi semua orang,” ujarnya. Ia berharap dengan adanya acara ini dapat memotivasi rekan-rekannya untuk mulai peduli terhadap kelestarian alam dan lingkungan. “Caranya, kita harus menerapkan itu setiap hari. Ajaran ini sangat bermanfaat, menambah wawasan, dan pengetahuan,” tambahnya.
Ket:: - Agar materi sosialisasi dapat tertanam kuat dalam benak anak-anak. Relawan Tzu Chi juga memberikan keceriaan dan permainan yang menarik kepada mereka. (kiri). Tidak hanya murid-murid Sekolah Ananda yang hadir, Stella Oktaviany, siswi SMP Kesatuan Bogor juga hadir hari itu. Stella sendiri adalah putri dari Debbi, relawan Tzu Chi yang tinggal di Bogor. Di sekolah Stella sendiri Tzu Chi pernah mengadakan acara seperti ini dan ternyata hasilnya cukup baik. “Ada perubahan, salah satunya masalah kebersihan. Kalau dulu, meskipun tempat sampahnya terpisah (organik dan non organik) tapi masih banyak yang suka nyampur buangnya. Sekarang sudah benar-benar diterapkan, teman-teman buang sampahnya nggak asal lagi,” jelasnya. Memberikan kesadaran kepada setiap orang untuk menjaga kelestarian lingkungan memang bukan pekerjaan ringan, dibutuhkan kesabaran dan konsistensi untuk melakukannya. Memulainya dari sekolah-sekolah menjadi cara yang efektif dalam pelaksanaannya. Karena dampaknya tidak hanya bagi para murid, tetapi juga ke rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. | ||
Artikel Terkait

Suara Kasih : Senantiasa Menciptakan Berkah
22 Desember 2010 Tahun baru akan segera tiba. Marilah kita menyambut tahun baru dengan hati yang tulus. Semoga tahun yang baru ini dipenuhi berkah dan kebijaksanaan. Kita semua sangat berharap dapat melewati setiap hari dengan selamat dan penuh berkah. Terlebih lagi, dalam menyambut tahun baru kita harus berdoa dengan penuh ketulusan.
PAT 2023: Bersyukur atas Masa Lalu, Menaruh Harapan di Masa Depan
02 Februari 2024Pemberkahan Akhir Tahun di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun berlangsung meriah, dihadiri oleh 100 relawan dan 370 tamu undangan.

Berita Internasional : Uluran Tangan untuk Korban Kebakaran di Barangay
25 November 2016Dengan sekejap, lebih dari 40 keluarga di Barangay, Western Bicutan di Kota Taguig Filipina menjadi tunawisma akibat kebakaran yang berkobar pada 6 November 2016 yang lalu. Para relawan mendistribusikan bantuan perbekalan dan mendengarkan curahan hati para korban di bawah tenda pengungsian.