Menumbuhkan Rasa Bersyukur

Jurnalis : Lina Karni Lukman (He Qi Utara), Fotografer : Erli Tan, Stephen Ang (He Qi Utara)

fotoRelawanTzu Chi melakukan kunjungan kasih ke rumah pasien penerima bantuan pengobatan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberi perhatian, semangat, dan melihat kondisi pasien.

Tanggal  4 Maret 2012 yang jatuh pada hari Minggu pertama bulan ini, kembali diadakan kegiatan kunjungan kasih (Guan Huai) ke rumah pasien (Gan En Fu). Jarum jam menunjukkan pukul 07.30 ketika saya sampai di Jing Si Book & Café Pluit dan sudah terlihat banyak relawan yang datang. Kegiatan di mulai jam 9 pagi dengan memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen, lalu setelah menonton ceramah Master Cheng Yen (Lentera Kehidupan) relawan dibagi dalam beberapa tim untuk memudahkan pembagian berkas kasus pasien yang telah dibantu dan yang akan dikunjungi.

Kehidupan Ibu Casirah
Di kesempatan ini saya mengikuti tim yang dipandu oleh Tjoeng Hasanudin Shixiong atau yang lebih akrab dipanggil Posan Shixiong. Kami mendapatkan dua berkas kasus pasien yang ternyata adalah ibu dan anak yang bertempat tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi 2 Blok D1/1A, Muara Angke, Jakarta Utara. Sang ibu yang bernama Casirah B. Kijang (44) sudah 20 tahun menderita penyakit kaki gajah pada kaki sebelah kirinya, dan anak perempuannya Carsina (15) siswi kelas 2 SMP sekitar 5 tahun ini menderita epilepsi (ayan/kejang-kejang). Saat kami sampai di tempat tujuan, kami pun menyapa Casirah. Awalnya Casirah dan Carsina anaknya tampak agak sedikit kaget, tetapi setelah Posan Shixiong dengan ramah dan senyuman khasnya memperkenalkan diri bahwa relawan Tzu Chi datang untuk melihat bagaimana kondisinya, Casirah dan Carsina pun kemudian merasa sangat senang dan gembira.

Melihat kondisi kaki pasien yang diperban dan tampaknya masih begitu bengkak, Po San Shixiong pun bertanya, ‘’Ibu kakinya bengkak sekali, sudah pernah dioperasi?’’ Casira bercerita, ‘’Saya sudah 2 kali dioperasi. Sakit saya ini pertama cuma benjolan di kaki, tetapi sangat gatal, makin lama benjolannya makin besar, laludiperiksadan dioperasi di rumah sakit di Bandung. Dulu 12 tahun yang lalu berobat masih murah, jadi saya pakai uang sendiri, tapi cuma benjolannya saja yang dibuang karena tidak bisa sekaligus operasinya, mesti beberapa kali operasi . Lalu saya pindah ke Rusun Cinta Kasih 2 ini dan ketemu dengan Bapak Suryana yang melihat kaki saya begini merasa kasihan, terus dia dampingin (menemani) saya ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, mohon bantuan buat berobat. Saya dibantu Tzu Chi berobat ke RSCM dan sudah dioperasi lagi, tapi cuma di betis, itu juga sudah lama sekali operasinya. Sekarang saya mau dioperasi lagi biar sembuh kaki saya tapi bagaimana caranya ya?’’ Posan Shixiong kemudian memberikan saran agar pasien memperbaharui surat-surat SKTM dan lainnya yang diperlukan,  memasukkan kembali berkas tersebut ke yayasan agar bisa segera ditindaklanjuti lagi.

foto    foto

Keterangan :

  • Data-data riwayat kesehatan pasien diperiksa lagi oleh relawan sebagai pembanding dengan kondisinya saat ini(kiri).
  • Casirah B. Kijang (44) sudah 20 tahun menderita penyakit kaki gajah pada kaki sebelah kirinya, dan anak perempuannya Carsina (15) siswi kelas 2 SMP sekitar 5 tahun ini menderita epilepsi (kanan).

Setelah mengetahui kondisi kesehatan sang ibu, Posan Shixiong kemudian menanyakan tentang kondisi kesehatan Carsina.  ‘’Dia kelihatannya baik, tapi waktu itu pulang sekolah dia jatuh di rumah dan kepalanya benjol. Sewaktu saya sampai rumah dia menangis dan dibawa berobat ke rumah sakit dan mesti seminggu sekali. Berobatnya gratis, tapi ongkos ke rumah sakitnya yang mahal. Saya kan tidak mampu jadi saya minta resep dari dokter, beli obat saja di apotik biar ringan. Jadi satu bulan cuma sekali ke dokter.’’ jawab sang ibu yang juga menjadi penjual ikan. Mendengar itu Posan Shixiong memberikan nasihat kepada Carsina agar sang anak rajin sekolah dan bisa mendapatkan beasiswa dan juga membantu orangtua.  ‘’Adik (Carsina) mau atau tidak membantu orang tua?’’ tanya beliau kepada sang anak. ‘’Mau, Pak,’’ Carsina menjawab malu-malu. ‘’Kalau mau membantu orang tua, adik sekolahnya yang rajin dan benar supaya nanti sukses bisa bikin orang tua bahagia, juga berbakti kepada orang tua. Kalau kita berbakti kepada orang tua, hidup kita nanti ke depannya akan bahagia juga,’’ tutur Posan Shixiong dengan ramah.

Bersumbangsih Melalui Celengan Bambu.
Pada kesempatan ini Posan Shixiong juga dengan sabar menjelaskan dan mengajak pasien untuk ikut bersumbangsih dalam masyarakat melalui Celengan Bambu. ‘’Di Yayasan Buddha Tzu Chi tidak hanya orang kaya saja yang bisa berbuat baik, tetapi semua orang dapat berbuat baik. Yayasan Budha Tzu Chi seperti yang ibu tahu, menolong orang sakit, lalu bedah rumah dan lainnya, seperti tempat tinggal ibu sekarang (rusun -red), adalah hasil sumbangan dari masyarakat banyak bukan hanya satu atau dua orang. Yayasan Buddha Tzu Chi membantu pasien untuk berobat itu uangnya darimana? Dari kita semua, termasuk ibu dan adik dan juga dari pasien lainnya yang dibantu oleh yayasan. Karena telah dibantu berobat membuat pasien tergerak untuk ikut membantu orang lain yang membutuhkan melalui celengan bambu,” jelas Posan Shixiong.

foto   foto

Keterangan :

  • Relawan juga berinteraksi langsung dengan para pasien untuk mengetahui lebih dekat kondisi kehidupan mereka saat ini (kiri).
  • Berkat keramahan para relawan, interaksi yang terjadi pun lebih mudah dan terbuka (kanan).

Bisa menolong tentunya lebih baik daripada ditolong. Walaupun jumlahnya tidak seberapa, ternyata setelah digabungkan dengan sumbangan dari orang lain jumlahnya menjadi banyak, dan oleh Tzu Chi uang sumbangan itu digunakan untuk menolong orang yang membutuhkan bantuan. “Jadi ibu ada uang seratus atau dua ratus rupiah atau berapapun setiap harinya, masukkan saja ke dalam celengan bambu dan disertai ucapan, saya mau menolong orang. Dengan begitu pikiran dan tangan kita telah berbuat baik dan juga berdoa semoga dengan uang ini bisa menyembuhkan orang yang sakit, karena ibu berdoa untuk orang lain agar cepat sembuh juga termasuk mendoakan diri ibu sendiri.”   

Dengan mengikuti kegiatan kunjungan kasih, relawan dapat melihat dan memberikan laporan tentang kondisi terbaru dari pasien yang telah dibantu, apakah pasien tersebut sudah kembali pulih atau karena berbagai sebab membuat kondisi kesehatannya menjadi lebih buruk, sehingga bisa segera ditindak lanjuti oleh Tzu Chi. Selain itu, kegiatan kunjungan kasih juga menumbuhkan rasa bersyukur dalam diri relawan. Kunjungan dari relawan yang ramah dalam memberikan perhatian, hiburan dan dukungan semangat bagaikan keluarga sendiri membuat pasien merasa terhibur juga sangat senang dan bahagia. Seperti yang dikatakan oleh Posan Shixiong dalam sharing-nya usai kegiatan ini, ‘’Kita sebagai relawan memang bukan dokter yang bisa menyembuhkan penyakit fisik pasien, tetapi dengan memberikan perhatian yang tulus  kita bisa menyembuhkan kondisi batin pasien itu.”

  
 

Artikel Terkait

Bertukar Budaya dan Belajar Bersama

Bertukar Budaya dan Belajar Bersama

08 Agustus 2016 Pada tanggal 27 Juli – 05 Agustus 2016, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kedatangan rombongan dari SD Tzu Chi Hualien, Taiwan. Kunjungan ini diikuti oleh 26 peserta yang terdiri dari kepala sekolah, guru, relawan 3in1 Tzu Chi Taiwan, dan murid SD Hualien.
Tzu Chi Sigap Memberikan Bantuan Banjir

Tzu Chi Sigap Memberikan Bantuan Banjir

03 Februari 2020

Bencana banjir yang melanda Jabodetabek dan Banten pada 1 Januari 2020 telah menyisakan dampak yang begitu parah. Kerugian materi juga menimbulkan korban jiwa, dan ribuan orang mengungsi. Relawan Tzu Chi dengan sigap menyalurkan bantuan langsung kepada korban.

Paket Berkah untuk Warga Kelurahan Grogol

Paket Berkah untuk Warga Kelurahan Grogol

03 Mei 2021

Pada Sabtu, 1 Mei 2021 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 bekerjasama dengan TNI dan Polri membagikan 250 paket Bantuan Sosial Peduli Covid-19 kepada warga yang terdampak secara ekonomi akibat penyebaran Covid-19 di Kelurahan Grogol, Jakarta Barat.

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -