Menumbuhkan Rasa Welas Asih

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

fotoDavid (19) yang bergolongan darah AB ini menyadari bahwa golongan darahnya terbilang cukup jarang, karena itulah ia bertekad untuk mendonorkan darahnya secara rutin untuk menolong orang lain yang memerlukan.

Wajah David tampak tegang, sesekali mahasiswa Jurusan Planologi Universitas Tarumanegara ini menyeringai ngeri. Padahal, saat itu jarum transfusi sama sekali belum menyentuh kulitnya. Tangan kanannya mengepal bola karet kuat-kuat hingga tangannya pun tampak mengeras. Beberapa kali petugas dari PMI harus memijat-mijat lengan kanannya, namun tetap saja ia masih kesulitan mencari pembuluh darah David.

“Susah, nggak kelihatan pembuluh darahnya,” kata petugas kepada rekannya. Setelah dibantu sang rekan, akhirnya petugas itu pun berhasil memasukkan jarum transfusi ke lengan pemuda berumur 19 tahun itu.

Tak Menyurutkan Niat
Di penghujung bulan Januari 2010, tepatnya 30 Januari, relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Barat mengadakan kegiatan donor darah di Lantai 2, RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Minat dan antusias para donor cukup tinggi yang ditandai dengan adanya 90 orang yang mendaftar. Namun setelah dilakukan tes dan pemeriksaan, ada 15 orang di antaranya yang dinyatakan tidak layak untuk menjadi donor. Penyebabnya beragam, selain kadar Hb (hemoglobin) yang rendah, tekanan darah yang terlalu tinggi ataupun rendah juga menjadi indikator kurang sehatnya donor. Sampai pukul 12 siang, tercatat 75 kantong darah yang berhasil dikumpulkan oleh relawan.

Bagi David, bukan kali ini saja kejadian petugas PMI sulit untuk menemukan pembuluh darahnya. David yang bertubuh cukup gemuk ini mengaku saat-saat pencarian pembuluh darahnya itulah yang membuat “ngeri”. Meski begitu, hal ini tidak membuat David kapok atau menyurutkan niatnya untuk membantu sesama. “Untuk membantu orang lain yang membutuhkan darah. Lagi pula kalau kita donor darah, bisa menyehatkan tubuh kita juga,” jawab David ketika ditanyakan alasannya donor darah. Bagi David, Ini merupakan kedua kalinya ia mendonorkan darah di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi.

foto  foto

Ket : - Selain relawan, masyarakat juga berpartisipasi. Tercatat 90 orang mendaftar, dan 75 orang berhasil               mendonorkan darah. Lainnya gagal karena Hb atau tekanan darahnya terlalu tinggi atau rendah. (kiri)
          - Drg Hendry mulai donor darah sejak 2 tahun lalu. Meski awalnya ia sempat merasa takut dengan jarum              tranfusi, tetapi ketakutannya itu terkalahkan oleh niatnya untuk membantu sesama. (kanan)

Pemilik golongan darah AB ini juga tidak khawatir jika setelah mendonor kesehatan tubuhnya akan menurun ataupun ia akan mengalami kekurangan darah. “Nggak takutlah, tubuh kita kan punya daya regenerasi untuk membuat sel-sel darah baru,” tegasnya. David juga menyadari jika golongan darahnya ini cukup jarang, sehingga ia pun merasa harus mendonorkan darahnya untuk orang-orang yang sedang memerlukan. Ia pun bertekad selama tubuhnya masih kuat dan sehat, ia akan terus mendonorkan darahnya.

Ditemani sang Papa, Sugianto Cayadi, ketegangan David pun sedikit mencair. Sugianto yang juga Koordinator Relawan di wilayah He Qi Barat ini memang sengaja mengajak putra bungsunya untuk donor. “Kegiatan ini bagus ya, bisa menumbuhkan rasa welas asih dan mau peduli pada sesamanya,” terangnya.

Memperlancar Tugas Kemanusiaan
Kebutuhan darah untuk menunjang jalannya operasi bagi pasien sangat disadari betul oleh drg Hendri Mudjono. Dokter gigi yang berpraktik di RSKB Cinta Kasih ini sudah 5 kali mendonorkan darahnya. Kegiatan donor darah ini sendiri ia lakukan selepas lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dua tahun silam. “Baguslah bisa nyumbang darah, mumpung masih sehat dan muda,” ujarnya. Drg Hendri kerap melihat saat-saat operasi seringkali tertunda gara-gara pihak rumah sakit kekurangan darah. “Jadi kalau stok darahnya banyak, ini akan memperlancar jalannya operasi,” katanya beralasan.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi tengah menghibur dan memberi perhatian kepada para donor agar mereka merasa              tenang, nyaman, dan tenteram. (kiri).
         - Para donor saling berinteraksi dengan relawan dan donor lainnya di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. (kanan)

Dari informasi medis yang didapatnya dan juga informasi yang diperolehnya dari internet, drg Hendri yakin jika mendonorkan darah tidak akan mengganggu kesehatannya. “Untuk kita sendiri banyak manfaatnya, karena kalau kita sumbang darah, berarti darah kita kembali lagi produksi, dan bahkan bisa produksi lebih banyak,” terangnya. Menurut informasi yang didapatnya, tubuh setiap manusia akan memberi respon yang sangat baik kalau mendonorkan darah. Yang lama akan diganti yang baru. “Semua begitu, tubuh kita kan hebat, punya daya regenerasi yang hebat. Semakin kita latih, rutin, maka tubuh kita akan semakin kuat,” katanya, “jadi nggak ada alasan bakal kekurangan darah, apalagi asupan makanannya cukup, nggak ada masalah.”

Selain itu, Hendri juga pernah punya pengalaman pribadi saat dirinya dimintai tolong untuk donor darah oleh salah keluarga pasien karena saat itu sedang membutuhkan darah untuk menjalani operasi. “Kebetulan saya pas bisa, ya udah saya langsung donor darah aja,” pungkasnya. Dari situ ia menjadi lebih mengerti betapa pentingnya “darah” bagi orang yang sedang membutuhkan dan keluarganya. Meski awalnya sempat takut dengan jarum transfusi, tapi Hendri menguatkan mentalnya untuk bisa menjadi donor. Hal ini menurutnya banyak dialami oleh mereka yang baru pertama kali mendonorkan darah. “Awalnya memang menakutkan, apalagi melihat jarumnya (agak besar). Tapi kita harus bisa mengatasi ketakutan itu, ingat tujuannya adalah untuk membantu orang lain,” katanya berpesan.

  
 
 

Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Menumbuhkembangkan Kurukunan Antar Sesama

Banjir Jakarta: Menumbuhkembangkan Kurukunan Antar Sesama

27 Januari 2014 Relawan Tzu Chi yang berinteraksi langsung dengan penerima bantuan dan memberikan jenis bantuan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Memberikan bantuan secara langsung kepada mereka yang benar-benar layak dibantu.
Edukasi Kesehatan Melalui Baksos Degeneratif

Edukasi Kesehatan Melalui Baksos Degeneratif

28 Februari 2020
Tzu Chi Bandung mengadakan baksos kesehatan degeneratif bagi warga Kelurahan Campaka, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Baksos kesehatan diadakan pada Minggu, 23 Februari 2020 di Sekolah Dasar Negeri 091 Cibereum .
Bulan Tujuh Penuh Berkah

Bulan Tujuh Penuh Berkah

14 September 2018

Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun rutin mengajak setiap orang untuk bervegetaris selama satu bulan penuh pada Bulan Tujuh Penuh Berkah. Relawan menyediakan bekal makan pagi dan siang dalam berbagai variasi menu untuk memudahkan mereka dalam bervegetaris.

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -