Tzu Chi Medan berkolaborasi dengan DAAI TV Medan mengadakan pelatihan videografi dan editing bagi relawan Zhen Shan Mei. Kegiatan ini diikuti 40 relawan dari Medan, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, dan Bireuen.
Pada Sabtu, 1 Juni 2024, diadakan pelatihan videografi dan editing bagi relawan Zhen Shan Mei hasil kolaborasi Tzu Chi Medan dengan DAAI TV Medan di lantai 6 Gedung DAAI TV yang berlokasi di Kompleks Jati Junction Blok P No. 1 Jl. Perintis Kemerdekaan, Medan. Pelatihan yang terdiri dari sesi teori dan praktik ini diikuti oleh 40 relawan dari Medan, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, dan Bireuen. Pelatihan ini merupakan lanjutan dari pelatihan fotografi dan jurnalistik pada 5 Mei 2024 yang lalu.
Pelatihan ini bertujuan membekali relawan dengan wawasan dan pengetahuan videografi dan editing sehingga dapat memperpanjang barisan pencatat sejarah Tzu Chi. “Selain foto dan artikel, video juga memegang peran penting dalam dokumentasi kegiatan Tzu Chi. Video menampilkan sumbangsih nyata relawan dalam menjalankan misi-misi Tzu Chi dan merangkum setiap kegiatan sebagai satu cerita yang menginspirasi orang banyak untuk berbuat kebajikan dan bersumbangsih,” ungkap Liani, koordinator utama pelatihan.
Materi videografi dibawakan oleh Efri Gunanda Zulkarnain, Koordinator
Cameraman dan Produksi DAAI TV Medan sejak 2015. Dengan alat peraga berupa
camera video, materi diawali dengan pengenalan bagian utama
camera video seperti lensa dan
body camera, serta fitur-fiturnya. Semua materi dibawakan dengan gaya bahasa sederhana dan diselingi canda tawa sehingga peserta dapat memahaminya dengan mudah dan suasana tidak terasa membosankan.
Para peserta pelatihan memperhatikan dengan seksama teknik pengambilan gambar pada sesi praktik.
Vinson Theodoric, relawan yang juga staf DAAI TV Medan membimbing peserta pelatihan melakukan proses editing video.
Kemudian sesi editing dibawakan oleh Vinson Theodoric, staf DAAI TV Medan bagian editing dan juga relawan Tzu Chi Medan. Vinson memaparkan secara rinci tentang prinsip dasar editing dan elemen-elemen penting dalam mengedit sebuah video, yakni informasi, motivasi, komposisi, suara, dan kesinambungan gambar. Vinson juga membagikan langkah-langkah sederhana untuk melakukan proses editing video dan beberapa pedoman agar hasil editing memiliki cerita yang menarik dan taste (daya tarik) untuk dapat dinikmati penonton.
Setelah dibekali teori, peserta pelatihan diberi kesempatan praktik langsung di Jing Si Books and Café Medan di lantai 1 dengan dipandu staf DAAI TV Medan. Peserta yang memiliki kamera video bebas mengambil video objek bergerak berdurasi 8-10 detik berdasarkan arahan mentor (pemateri), kemudian kembali ke ruang pelatihan untuk melakukan proses editing menggunakan software. Peserta yang tidak memiliki laptop bergabung dengan peserta yang memiliki laptop untuk belajar bersama.
Nuraina Ponidjan, salah satu relawan Zhen Shan Mei berbagi kesan dan pengalamannya menjadi pencatat sejarah Tzu Chi Medan kepada para peserta.
Dalam sesi sharing, Nuraina Ponidjan, salah satu relawan Zhen Shan Mei penulis artikel Tzu Chi Medan, berbagi kesan dan pengalamannya yang menginspirasi. Berawal pada 2010, Nuraina menyertai suami sebagai relawan Tzu Chi Medan dan pada 2013 bergabung dengan Zhen Shan Mei di penulisan artikel. Ia menjuarai perlombaan menulis artikel yang diadakan oleh Zhen Shan Mei Jakarta pada 2014 dan pernah mengikuti pelatihan Zhen Shan Mei di Hualien, Taiwan pada pertengahan tahun 2015.
Ia juga mendalami video dan editing karena pada masa itu tidak ada relawan Zhen Shan Mei video. Setiap kegiatan selalu mengharapkan peliputan dari DAAI TV. “Pelatihan ini adalah kesempatan berharga yang jarang ada, oleh karena itu, kita harus belajar dengan bersungguh hati. Yang paling penting adalah mempraktikkan apa yang telah didapat dan dipelajari dari pelatihan ini,” pesan Nuraina kepada peserta. “Video dan editing memang tidak mudah, butuh latihan terus-menerus. Asalkan ada kemauan dan semangat belajar, pasti akan membuahkan hasil yang sempurna. Saya yakin shixiong shijie sekalian mampu menjadi pencatat sejarah Tzu Chi Sumatera Utara,” sambungnya memberi semangat.
Relawan dari Bireuen, Teo Siao Phing, mendapat pengetahuan dan pengalaman baru dari pelatihan ini karena belum ada relawan Zhen Shan Mei yang mumpuni di daerahnya. Tentu saja, pelatihan Zhan Shan Mei sekali pun belum pernah diikutinya. Tergerak oleh tekad untuk menjadi pencatat sejarah Tzu Chi, jarak bukanlah halangan baginya. Ia pun membekali dirinya dengan kamera dan laptop supaya lebih maksimal mengikuti pelatihan.
“Saya sangat bersyukur dan bahagia dapat mengikuti pelatihan videografi dan editing. Pelatihan ini memberi manfaat besar bagi saya. Tim DAAI TV Medan sangat ramah membimbing dan memberi arahan,” tutur Siao Phing. Ia melanjutkan bahwa pada kegiatan bakti sosial pembagian beras di Bireuen tahun 2023 lalu, ia merasa hasil dokumentasinya tidak memuaskan. “Maka, saya bertekad untuk belajar, menjadi yang pertama, dengan harapan dapat menginspirasi orang lain. Hidup sampai tua, belajar sampai tua, seperti pesan Master Cheng Yen, yaitu senantiasa menggenggam kesempatan dan waktu,” sambungnya optimis.
Setelah kegiatan selesai, peserta pelatihan berfoto bersama yang diikuti oleh Wakil Ketua Yayasan Tzu Chi Medan, Sylvia Chuwardi dan Ketua He Qi Jati, Lim Ik Ju.
Hal yang sama dirasakan oleh relawan TIMA Medan, dr. Sunario Salim, yang juga baru pertama kali mengikuti pelatihan Zhen Shan Mei. “Saya tertarik mengikuti pelatihan ini karena foto dan video merupakan suatu media penyampaian pesan dan cerita yang bisa memberi inspirasi dan motivasi bagi orang banyak. Foto dan video juga diperlukan dalam kegiatan-kegiatan TIMA. Bersyukur sekali mendapat kesempatan ikut pelatihan ini,” kata dr. Sunario. Ia berharap dengan adanya pelatihan ini, para relawan TIMA memiliki skill dokumentasi terutama dalam hal foto, video dan editing sehingga dapat mendokumentasikan setiap kegiatan.
Wakil Ketua Tzu Chi Medan, Sylvia Chuwardi, dalam pesan cinta kasihnya sangat mengapresiasi adanya pelatihan ini dan berterima kasih kepada seluruh relawan Tzu Chi Medan dan tim DAAI TV Medan atas kesungguhan hatinya berpartisipasi dalam pelatihan ini. “Sungguh luar biasa semangat para relawan mengikuti pelatihan ini dari awal hingga akhir, baik teori maupun praktik. Semoga apa yang telah didapat dari pelatihan hari ini dapat diterapkan untuk mencatat sejarah di komunitas masing-masing. Semoga bisa tumbuh lebih banyak lagi tunas baru pencatat sejarah Tzu Chi Sumatera Utara,” tutup Sylvia.
Editor: Arimami Suryo A.