Menumbuhkan Welas Asih dengan Bervegetaris

Peserta kelas memasak sedang menyimak Vivian Fan yang sedang menjelaskan cara memotong sayuran untuk menu five Pigment Diet.

Isu Global Warming sangat santer, bahkan dampaknya sudah mulai kita rasakan seperti sering terjadinya bencana alam akibat cuaca ekstrem, serta banyaknya penyakit yang mewabah. Alasan seseorang menjadi vegetaris adalah ingin hidup sehat, jauh dari penyakit dan juga menghemat. Mungkin itu adalah manfaat yang dapat segera dirasakan, tapi secara tidak langsung seorang vegetaris juga ikut mencegah pemanasan global.

Setiap satu bulan sekali di hari Jumat pekan ketiga, Tzu Chi Surabaya rutin menggelar kelas memasak vegetarian. Pada bulan ini dilangsungkan pada Jumat 15 Februari 2019. Selain banyak berbuat kebajikan, relawan juga mensosialisasikan gaya hidup vegetarian dan menyayangi bumi dengan pelestarian lingkungan. Salah satu bentuk kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan adalah kelas memasak vegetarian. Kelas ini sudah berlangsung selama tujuh bulan sejak Agustus tahun 2018 lalu yang menarik perhatian banyak kalangan yang mengikuti sejak awal hingga saat ini.

Setelah memasuki sesi kelas memasak, mereka mendengarkan ceramah Master Cheng Yen kemudian kemudian sharing vegetaris yang disampaikan oleh Becky.  

Para peserta dengan kesungguhan hati sedang menyimak demo kelas memasak.

Peserta dihimbau untuk membawa barang daur ulang dan juga membawa alat makan sendiri agar turut bersumbangsih dalam Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Memasuki bulan ketujuh ini para peserta sudah akrab satu sama lain, bahkan sudah saling berbagi informasi begitu juga dengan para relawan.

Kelas memasak yang diadakan di salah satu kantor relawan ini menarik sekitar 32 orang dari berbagai kalangan. Acara dimulai pada pukul 13.00 WIB. Setelah melakukan absensi mereka berkumpul di satu meja untuk membahas kegiatan Tzu Chi yang dijelaskan oleh para relawan. Setelah memasuki sesi kelas memasak mereka mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, kemudian sharing vegetaris yang disampaikan oleh Becky.                                                     

Di Kelas Memasak Vegetarian kali ini, peserta diajak untuk menyimak cara pembuatan White Jade Tofu dan Five Pigment Diet yang dibawakan oleh Vivian Fan. Selain menjadi lahan untuk pelatihan diri, menjadi chef dalam kelas memasak menurut Vivian juga untuk melatih kesabaran dan meningkatkan kreativitas dalam memasak.

Selain memasak menu-menu vegetarian, juga ada resep menu olahan dari DAAI Mie  yang dibawakan oleh Becky satu bulan lalu.

Peserta kelas memasak dipersilahkan untuk mempraktikkan ilmu yang didapat di kelas memasak.

“Minimal setiap kali menjadi chef saya berlatih 2-3 kali sebelum hari H. Saya sangat senang dan untung karena bisa belajar dan meningkatkan kreativitas dalam memasak,” paparnya.

Dalam kelas ini Vivian membagikan tips agar masakan olahan vegetarian menjadi menarik. “Vegetarian biasanya disajikan sayuran biasa. Ini adalah cara menarik peminat agar tidak bosan dengan bentuk makanan vegetarian yang polosan. Jika kita bisa belajar untuk plating makanan kenapa tidak belajar saja,” tambahnya.

Setelah demo memasak yang pertama, dilanjutkan dengan pemutaran kilas balik kelas memasak bulan lalu kemudian dilanjutkan demo pembuatan sup jagung yang ditampilkan oleh Vonny Angdy.

Di dekat meja pendaftaran juga terdapat stan Jing Si dan juga DAAI Mie yang selalu ramai dikunjungi oleh peserta.

Kesan baik disampaikan oleh Ie Ting salah satu peserta yang rutin mengikuti kelas memasak vegetarian. “Saya merasa Tzu Chi memiliki tujuan yang sangat bagus, tujuan mulia mengenalkan dan menyadarkan manusia hidup untuk mengerti lingkungan yang ramah,” ujarnya.

Selain memasak menu-menu vegetarian, juga ada resep menu olahan dari DAAI Mie. Di dekat meja pendaftaran juga terdapat stan Jing Si dan juga DAAI Mie yang selalu ramai dikunjungi oleh peserta. Dengan adanya kelas memasak ini, relawan Tzu Chi Surabaya berharap bisa mengenalkan berbagai macam masakan vegetarian, mengajak banyak orang untuk berbuat kebajikan dengan bervegetaris dan ikut melindungi masa depan bumi.

Editor: Khusnul Khotimah