Menuntun Pasien Lepas dari Penderitaan

Jurnalis : Katrina (He Qi Utara1), Fotografer : Katrina, Yusniaty (He Qi Utara1)

doc tzuchi indonesia

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 mengadakan Baksos Degeneratif yang kedua di RPTRA “Angke Interaktif” di Muara Angke, Jakarta Utara pada tanggal 18 Maret 2018. Salah satu relawan Tzu Chi menghibur pasien yang sedang menunggu antrian untuk memeriksakan kesehatannya.

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 mengadakan Baksos Degeneratif yang kedua di RPTRA “Angke Interaktif” di Muara Angke, Jakarta Utara. Baksos diadakan pada hari Minggu, 18 Maret 2018 pukul 08.00 wib sampai dengan 12.00 wib dan dihadiri oleh 56 relawan, 7 Dokter, 1 Analis Lab, dan 10 Apoteker. Para relawan sangat antusias dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya dalam mempersiapkan baksos sejak pukul 06.30 WIB. Semua relawan berbagi dan melakukan tugas dengan baik dan setulus hati.

Di sela-sela kesibukan relawan mempersiapkan peralatan dan perlengkapan baksos, terlihat sepasang suami istri yang sudah datang dari pagi menunggu baksos dimulai. Namanya Salimi (65) dan Maunah (58). Mereka merupakan pasien baksos yang pertama di RPTRA Muara Angke bulan lalu. Keduanya merasakan adanya perubahan setelah berobat saat baksos yang pertama, karena merasakan perubahan tersebut penuh semangat mereka datang kembali untuk berobat.

“Bulan lalu suami saya ikut berobat di sini, sebelum datang berobat suami saya batuk, pilek, puyeng, dengkul juga sakit dan nyeri. Ini Alhamdulillah sudah minum obat tinggal sakit dengkul saja, obatnya juga sudah pada habis,” cerita Maunah, istri Salimi.

“Saya juga ikut berobat. Penyakit saya ada gula, kaki kesemutan lemas, jalan juga gemetaran. Tapi Alhamdulillah minum obat itu sekarang jalan sudah lumayan. Cuma ya mata nih sebelah masih kabur, tadi mah dua-duanya kabur. Sekarang yang sebelah ini sudah bisa lihat terang juga,” lanjutnya.

doc tzuchi indonesia

Salimi (kiri) datang kembali untuk memeriksakan kesehatannya. Dokter yang menangani menyarankannya agar menerapkan pola hidup sehat dan menjaga pola makan.

doc tzuchi indonesia

Sejak pagi, Salimi bersama istrinya, Maunah (kiri) datang paling awal untuk mengikuti kegiatan baksos ini.

Hasil diagnosa untuk Salimi saat baksos yang pertama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dengan tekanan darah 140/80 mmHg dan sudah termasuk hipertensi yang menyebabkan Salimi merasa pusing. Sedangkan untuk Maunah saat baksos pertama hasil diagnosa adalah diabetes, tekanan darah 130/80 mmHg dan GDS 436 mg/dl (gula darah tinggi).

Pada baksos kedua ini, dokter yang memeriksa pun menyarankan agar Salimi menerapkan pola hidup sehat seperti mengonsumsi makanan sehat, mengurangi konsumsi garam dan kafein, serta berolahraga secara teratur. Sedangkan Maunah oleh dokter disarankan agar mengurangi makanan manis-manis, minum kopi hitam dengan gula sedikit saja, dan banyak minum air putih.

“Saya dan istri sudah pergi berobat ke Puskesmas tetapi tidak ada perubahan. Kalau mau berobat ke rumah sakit nggak mampu, nggak punya uang juga. Alhamdulillah di sini ada buka pengobatan gratis bisa bantu-bantu kita yang sudah tua,” tutur Salimi penuh syukur.

Bukan hanya Salimi dan Maunah yang merasakan manfaat dari baksos ini. Di pintu gerbang RPTRA terlihat seorang pasien lemas dan berjalan tertatih-tatih dituntun oleh anak perempuannya. Melihat hal tersebut relawan menghampiri dan segera menolong pasien untuk duduk di kursi roda. Pasien ini adalah Jujun (62) dan anaknya Jumiati (47).

doc tzuchi indonesia

Relawan Tzu Chi membantu salah satu pasien, Jujun yang berjalan tertatih-tatih dan lemas mendatangi lokasi baksos.

doc tzuchi indonesia

Tim medis Tzu Chi memeriksa kondisi kesehatan Jujun yang ditemani anaknya, Jumiati yang didiagnosa menderita penyakit TB (Tuberkulosis) akut.

“Sudah lama ibu saya sakit dan karena itu saya berhenti bekerja di kampung dan datang kemari untuk merawat ibu saya. Adik-adik saya rumahnya jauh. Sudah tiga bulan ibu saya tidak berobat dan harus berbaring di kasur karena tidak ada yang menemani berobat,” cerita Jumiati.

Selain merawat ibunya, Jumiati harus mencari nafkah untuk anak-anak, sehingga tidak bisa fokus merawat ibunya. “Tetangga beritahu saya ada pengobatan gratis di RPTRA ini, jadi saya bawa ibu karena sudah dua hari ibu perutnya sakit,” sambungnya.

Hasil diagnosa dokter mengatakan bahwa Jujun mengidap penyakit TB (Tuberkulosis) yang sudah akut sehingga harus segera dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dokter memberikan surat rujukan ke rumah sakit karena Jujun harus benar-benar mendapatkan perawatan yang intensif. Dokter menerangkan bahwa Jujun akan menjalani perawatan dengan jangka waktu minimal 6 bulan.

“Besok saya akan langsung membawa ibu ke rumah sakit. Bersyukur sekali karena dokter mau memberikan surat rujukan karena keterbatasan biaya saya tidak bisa bawa ibu periksa ke dokter,” tutur Jumiati.

Dalam baksos ini, Tim Medis Tzu Chi melayani sebanyak 66 pasien. Mengutip Kata Perenungan Master Cheng Yen bahwa, “Lakukan perbuatan baik yang pantas dilakukan dengan sepenuh hati, tidak perlu menghitung berapa banyak perbuatan yang telah dilakukan” relawan Tzu Chi terus menggenggam kesempatan untuk bersumbangsih melayani warga dalam memulihkan penderitaan mereka.

Editor: Yuliati


Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-137: Kisah Arif Pasien Operasi Katarak

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-137: Kisah Arif Pasien Operasi Katarak

14 Maret 2023

Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan RS. Bhayangkara HS. Samsoeri Mertojoso Surabaya berhasil menangani 186 pasien (katarak, pterygium, bibir sumbing) dalam baksos kesehatan yang dilakukan selama dua hari: 10-11 Maret 2023. 

Baksos Kesehatan Tzu Chi untuk Warga Desa Takari, NTT

Baksos Kesehatan Tzu Chi untuk Warga Desa Takari, NTT

15 April 2021

Tim Medis Tzu Chi Memberikan pelayanan pengobatan untuk warga korban banjir bandang di Takari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Rabu, 14 April 2021.

Baksos Kesehatan Tzu Chi Bandung di HUT Bhayangkara

Baksos Kesehatan Tzu Chi Bandung di HUT Bhayangkara

10 Juni 2014 Kesehatan sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagaian masyarakat Indonesia. Kadang pekerjaan dan kebutuhan hidup lebih diutamakan oleh masyarkat. Kebutuhan ekonomi menjadi alasan yang kuat dalam menjalani roda kehidupan.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -