Menutup Luka yang Tergores di Lombok
Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo AKebahagiaan para korban luka berat gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat
saat dikunjungi oleh relawan Tim Tanggap
Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia di RSUD Dr. R. Soedjono Selong. Salah satunya
adalah Derli Kurniawan dan ibunya Usmiati.
Tidak ada firasat apapun bagi Dandi, jika gempa berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu pagi, 29 Juli 2018 akan menghancurkan rumah dan melukai anaknya. Pada saat kejadian, Dandi sedang bekerja memandu rombongan dari luar negeri untuk mendaki Gunung Rinjani. “Posisinya saat gempa saya sedang berada di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Spontan saya ingat keluarga dan langsung turun, kondisi di lokasi tempat saya berada juga panik,” ceritanya.
Dandi memberanikan diri untuk turun Gunung Rinjani walaupun jalur pendakian seperti yang diberitakan mengalami longsor. “Saya tidak tahu kalau jalur longsor, nekat saja karena mau cepet tahu keadaan keluarga. Pikiran saya saat itu ya hidup mati kan di tangan Tuhan,” ujar Dandi. Setelah sampai di Dusun Bedas, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, ia mendapati rumahnya hancur dan anak perempuannya yang berusia 7 tahun terluka akibat tertimbun reruntuhan bangunan.
Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia menyerahkan
santunan biaya hidup kepada Dandi didampingi pihak RSUD Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Solikin (baju putih) dan pihak Polda Nusa Tenggara barat.
Fatimah Tausadiah (7) anak dari Dandi kemudian dibawa ke Puskesmas Tanjung, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur untuk mendapatkan perawatan. Setelah diperiksa ternyata anak tersebut mengalami luka yang serius, kemudian segera dirujuk ke RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Setelah diperiksa Fatimah ternyata mengalami luka dalam sehingga saluran pembuangan di tubuhnya tidak berfungsi dan akan dilakukan operasi pada Rabu, 1 Agustus 2018. “Perutnya kembung tidak bisa buang air besar dan air kecil, kata dokter ada organ tubuh bagian dalam yang terluka,” ungkap Dandi.
Keluarga korban luka berat gempa Lombok di RSUD Provinsi Nusa Tenggara
Barat mengucapkan terima kasih setelah mendapat santunan dari Tzu Chi. Di rumah
sakit ini, Tzu Chi memberikan santunan kepada 12 korban gempa Lombok.
Di hari yang sama, Tim Tanggap darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia mengunjungi RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk memberikan perhatian kepada korban gempa Lombok dengan memberikan santunan. Dandi pun berjodoh dengan Tzu Chi dalam kesempatan ini. “Alhamdulillah, terima kasih. Semoga bapak-bapak yang memberikan bantuan diberikan kesehatan,” ujarnya setelah menerima santunan dari Tzu Chi yang rencananya akan dipakai Dandi untuk keperluan perawatan anaknya tersebut.
Sementara itu, pihak RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat juga mengakomodir seluruh perawatan medis untuk para korban gempa Lombok yang dirujuk ke rumah sakit ini. “Rumah sakit ini adalah tipe B, dimana sebagai tempat rujukan bagi rumah sakit tingkat regional dan provinsi. Jadi semenjak ada status tanggap darurat dari pemerintah pusat, kita mengakomodir semua perawatan pasien termasuk WNA yang ikut menjadi korban,” ujar Solikin, Kepala Sub Humas dan Kemasyarakatan RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Relawan TTD
Tzu Chi Indonesia juga membantu korban yang tidak bisa menggerakkan
tangannya untuk menerima santunan dari Tzu Chi.
Total korban yang dirujuk di rumah sakit ini terdapat 15 korban dengan rincian 12 warga lokal dan 3 warga negara asing. Relawan Tzu Chi kemudian memberikan santunan kepada 12 korban gempa yang berada di RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sementara untuk warga negara asing juga mendapatkan pendampingan dari dinas pariwisata setempat karena kondisinya mengalami trauma pascagempa.
Selepas memberikan santunan di RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat, relawan Tzu Chi kemudian beranjak menuju ke RSUD Dr. R. Soedjono Selong di Selong, Lombok Timur yang merupakan rumah sakit tingkat regional kabupaten. Menurut data yang terhimpun, di RSUD Dr. R. Soedjono Selong terdapat banyak korban luka berat yang dirawat.
Bukan hanya bantuan langsung, relawan Tzu Chi juga
memberikan perhatian kepada anak-anak yang menjadi korban musibah gempa
berkekuatan 6,4 SR di Lombok, Nusa Tenggara barat.
Setelah melakukan koordinasi dengan pihak RSUD Dr. R. Soedjono Selong, relawan mendata jumlah pasien korban gempa. Saat melakukan observasi di ruangan perawatan, relawan menemukan banyak korban luka berat. Sebanyak 29 santunan diberikan kepada korban luka berat yang sebagian besar adalah anak-anak dan sebagian lagi orang dewasa di rumah sakit ini.
Salah satu penerima bantuan santunan dari Tzu Chi adalah Usmiati (25), ibu dari Derli Kurniawan salah satu anak yang mengalami luka berat karena tertimbun material bangunan rumah pada saat gempa terjadi. “Anak dan suami saya lagi tidur, tiba-tiba gempa dan rumah saya ambruk. Posisi saat kejadian saya sedang di luar rumah. Suami saya sempat keluar rumah, tapi si Derli nggak sempat,” cerita Usmiati.
Sesaat setelah kejadian gempa, Usmiati histeris karena hanya mendapati suaminya yang berada di luar rumah sedangkan anaknya (Derli) tidak ada. Setelah menenangkan diri, mereka berdua kemudian mencari anaknya di antara reruntuhan bangunan rumah. “Sempat diam 5 menit, kemudian saya lari ke arah rumah karena dengar suara anak saya nangis minta tolong. ‘Tolong, pak. Derli di sini...’ begitu,” ujar Usmiati menceritakan kejadian anaknya. Setelah menggali beberapa saat, Usmiati menemukan Derli lemas dan bersimbah darah akibat luka di kepala, wajah, tangan, dan beberapa bagian tubuh lainnya. Saat mendapatkan perawatan di RSUD Dr. R. Soedjono Selong, mata sebelah kanan Derli lebam disertai luka lecet di beberapa bagian wajah, luka lecet di beberapa jari tangan kanan, luka di kepala bagian belakang, serta tangan kirinya patah. Selama dua hari Derli juga tidak bisa BAB dan buang air kecil.
Simbolisasi penyerahan bantuan langsung untuk korban luka berat gempa
Lombok di RSUD Dr. R. Soedjono Selong. Sebanyak 29 santunan diserahkan langsung
kepada keluarga korban yang sedang dirawat di rumah sakit tersebut.
Bantuan yang diberikan TTD Tzu Chi Indonesia sangat berarti bagi Usmiati dan keluarganya, pasalnya suaminya yang hanya bekerja sebagai petani belum bisa berbuat banyak untuk keperluan sehari-hari ditambah kondisi rumah mereka juga hancur. “Alhamdullilah, bersyukur sekali dikasih bantuan. Bapaknya kan belum bisa bekerja lagi, jadi bantuannya buat nanggung (biaya) hidup sekarang-sekarang ini,” kata Usmiati.
Saat bertemu dengan relawan Tzu Chi, Derli yang masih terbaring mendapatkan perawatan masih bisa berkomunikasi dengan relawan Tzu Chi yang memberikan perhatian kepadanya. “Pengen cepet sembuh, pengen pulang,” ucap anak kelas 3 sekolah dasar tersebut. Kendati demikian, Derli masih harus mendapatkan perawatan ditambah rumah tempat ia pulang juga sudah hancur dan kemungkinan akan tinggal sementara di tenda darurat yang rencananya akan dibuat orang tuanya di sekitar lokasi rumah mereka yang runtuh.
Selama dua hari kegiatan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, relawan Tzu Chi berhasil membagikan 47 santunan biaya hidup kepada para korban luka berat akibat gempa. Hal ini dilakukan karena para korban dan keluarga memang membutuhkan materi penunjang untuk kebutuhan sehari-hari untuk pemulihan pascagempa. “Kita utamakan untuk yang luka berat karena mereka saat ini memang butuh biaya untuk pemulihan seperti makan, biaya untuk transportasi ke rumah sakit bagi keluarga dan lain sebagainya,” jelas Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Indonesia menutup kegiatan bantuan Tzu Chi Indonesia untuk korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat.