Menyadari Berkah, Menghargai Berkah, dan Menciptakan Berkah Kembali

Jurnalis : Miki Dana (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Clarissa, Sharon Tanamas

Beberapa games dimainkan dalam kamp ini untuk meningkatkan keakraban dan kerjasama antar Tzu Ching.

Pada tanggal 5-7 September 2014, Pekumpulan Muda – Mudi Mahasiswa Tzu Chi Indonesia berkumpul di Aula Jing Si dalam rangka Kamp Pengurus Tzu Ching 2014. Kamp Pengurus Tzu Ching diadakan satu tahun sekali dengan tujuan agar setiap relawan Tzu Ching se-Indonesia dapat memberikan laporan tahunan perkembangan setiap daerah dan juga menjalin rasa persaudaraan dengan relawan luar kota. Perserta juga ditemani oleh mentor yaitu relawan komunitas sebagai mama dan papa selama di kamp ini.

Tema pada kamp ini adalah menyadari berkah, menghargai berkah dan menciptakan berkah kembali, dimana kita selalu belajar bersyukur atas berkah yang telah kita miliki serta menciptakan berkah kembali untuk semua mahkluk. Total perwakilan ada 84 perserta dimana setiap daerah ada delapan yaitu Palembang 4 perserta, Bandung 7 perserta, Makassar 5 perserta, Medan 7 perserta, Pekanbaru 2 perserta, Tangerang 6 perserta, Batam 4 perserta, dan Jakarta 49 perserta. Umumnya setiap Kamp Pengurus Tzu Ching selalu bertepatan dengan ulang tahun Tzu Ching Indonesia yaitu tepat tanggal 7 September, sekarang sudah berumur 11 tahun.

Kesempatan yang cukup langka bisa mendengar perjalanan Tzu Chi di Indonesia oleh Su Mei Shigu sebagai Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam sharing-nya beliau menceritakan jalinan jodoh yang baik Indonesia dengan Master Cheng Yen (Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi). Sekarang sudah genap 20 tahun Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, mungkin sekarang kita bisa melihat Gedung Aula Ji Si sangat besar namun kita perlu melihat juga sumbangsih relawan-relawan yang selalu berkerja keras menjalankan Visi dan Misi Tzu Chi. kita sebagai Tzu Ching harus selalu bersemangat karena Tzu Ching adalah penerus Tzu Chi ujar Su Mei Shigu.

            Setiap pagi pukul 05.00 selama Kamp berlangsung perserta dan panitia memanfaatkan waktu dengan baik untuk mendengar Xun Fa Xiang (Menghirup Keharuman Dharma di pagi hari) Sesi ini sudah menjadi rutinitas setiap hari di Tzu Chi Indonesia dan juga Tzu Chi di seluruh dunia. Berisi video ceramah Master Cheng Yen dimana Dharma yang di sampaikan setiap harinya selalu berbeda dan dapat meningkatkan kebijaksana kita. Hal yang harus kita sadari adalah setiap harinya Master Cheng Yen bangun sekitar jam 03.00 pagi untuk mempersiapkan ceramah. Pada sesi Xun Fa Xiang di akhirnya terdapat sharing hal yang didapat dari ceramah tersebut. Suprato relawan Tzu Ching dari Medan “Saya merasakan manfaat dari Xun Fa Xiang, Saya belajar bangun pagi setiap hari dan setiap harinya selalu ada hal yang dapat dipelajari dan dipraktikkan dari Dharma tersebut. Di Medan, kami Tzu Ching membuat grup di handphone untuk berbagi pendapat dan setiap hari dibagi tugas untuk membuat inti sari dari ceramah Master Cheng Yen”. 

Lim Ji Shou Shibo, relawan Tzu Chi Malaysia yang menjelaskan sesi Wisdom Life GPS.

Kesempatan yang baik juga kedatangan relawan dari Malaysia yaitu Lim Ji Shou Shibo yang menjelaskan sesi Wisdom Life GPS. Sekarang masuk di Era Postmodern dimana dunia semakin parah. Ji Shou Shibo menjalaskan diperlukan kebijaksanan, Dalam kebijaksanaan ada 2 hal yang harus di perhatikan yaitu pertama kita harus dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah lalu yang kedua adalah dapat membedakan saja tidak cukup kita juga harus dapat melayani sesuatu dengan sama rata. Selain itu didunia sekarang ini kita harus bisa menjadikan diri kita rendah hati karena sekarang ini manusia sering menjadi sombong dan egois, kita harus malu betapa besarnya bumi ini dan kita selalu menuntut dan merusak bumi ini.

Di malam hari kedua perserta dikejutkan dengan merayaan kue bulan yang berada di lapangan upacara di Sekolah Tzu Chi. Pada sesi ini setiap peserta dan mentor saling berbagi perasaan dan apa yang di dapat selama Kamp ini. Peserta dari Palembang bernama Margaretta ia akan melakukan sesuatu untuk kedua orang tuanya dirumah, karena pada sesi Sudarno Xuezhang tentang berbakti kepada orang tua dan melakukan kebajikan dimana kita peserta diajak untuk relaks dan merenungkan tentang kedua orang tua kita dan berusaha memaafkan kesalahan mereka. Sering kali ini masih menyimpan rasa kesal dan benci dalam sesi ini kita membuang jauh-jauh dan meninggalkan perasaan itu.

Semoga dalam Kamp Pengurus Tzu Ching 2014, kita dapat terus belajar menjadi bijaksana. Dengan menyadari berkah, kita harus dapat menghargai berkah. Menghargai berkah dapat di lakukan dengan dua hal selain bersyukur dalam ucapan, kita juga harus dapat bersyukur dengan tindakan nyata sehingga kita dapat menciptakan kembali berkah yang baru.


Artikel Terkait

Aku, Kamu, dan Kita Adalah Berkah

Aku, Kamu, dan Kita Adalah Berkah

11 September 2014 Saya bertekad untuk terus menghargai orang tua saya, papa, mama, meskipun saya masih sering berbuat salah kepada mereka, meskipun saya sering dimarahi oleh mereka, tapi tiada sedetikpun saya akan lupa untuk menyayangi mereka, saya sayang papa, mama sampai angka 13 di temukan di jarum jam.
Tzu Ching Camp VII: Pengalaman Menjadi Mentor

Tzu Ching Camp VII: Pengalaman Menjadi Mentor

01 November 2012
Tiga hari mengikuti Tzu Ching Camp, saya katakan Camp ini “LUAR BIASA”. Panitia menyiapkan acara dan materi secara apik dan mengemasnya dengan cantik. Mulai dari tema, topik, slogan dan gaya bicara pembicara disesuaikan dengan jiwa anak muda.
Tzu Ching Camp VII: Menguatkan Barisan

Tzu Ching Camp VII: Menguatkan Barisan

30 Oktober 2012 Di penghujung kegiatan, tanggal 28 Oktober 2012, para muda-mudi Tzu Chi kembali saling berbagi pengalaman di kota mereka masing-masing. Sebanyak 186 orang peserta dari berbagai penjuru Indonesia memadati ruang Jing Si Da Ting.
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -