Menyadari dan Bertobat
Jurnalis : Stephen Ang (He Qi Utara), Fotografer : Melliza Suhartono, Stephen Ang (He Qi Utara) Melihat dan berinteraksi langsung dengan pasien penerima bantuan Tzu Chi membuat hubungan antar sesama menjadi erat dan tumbuh rasa syukur dalam diri setiap orang. |
| ||
Minggu, 2 Juni 2013, aku bangun dari tempat tidurku yang cukup nyaman. Karena sedikit telat, aku pun tergesa-gesa untuk segera berangkat menuju Jing Si Books & Café Pluit tempat dimana biasanya para relawan berkumpul sebelum berangkat kegiatan. Setelah sejenak menenangkan hati dan pikiran, pukul 9 pagi aku bersama 4 relawan Tzu Chi lainnya menuju ke sebuah rumah kos yang terletak di jalan TPI II, Pasar Gang Kantong, Kelurahan Pejagalan Jakarta. Suasana sekitar jalan ramai dan penuh dengan aktivitas warga. Lain halnya ketika masuk ke dalam rumah kos yang cukup luas terdiri dari banyak kamar penghuni ini terasa sepi dan sejuk. Kami menaiki tangga menuju lantai tiga untuk melakukan kunjungan kasih kepada seorang pasien penerima bantuan Tzu Chi bernama Arman. Perubahan Hidup Arman seorang pria berusia 33 tahun, bertubuh besar. Saat aku datang ia sedang duduk sendirian di kasur menyandar ke tembok. Besi panjang dan pen dalam tulangnya terlihat sekilas sangat menyakitkan, namun Arman terlihat kuat dan dapat menerima kondisinya. Saat ini ia tinggal bersama calon istri bersama dua anak di salah satu kamar di lantai bawah. Sedangkan mamanya tinggal di lantai tiga bersebelahan kamar dengan adik laki-lakinya yang juga sudah berkeluarga. Ketika kami mengunjunginya, Arman menceritakan perjalanan hidupnya yang cukup menarik sekaligus menjadi pelajaran kehidupan. “Sewaktu muda dulu, saya adalah seorang anak yang sangat bandel. Kalau orang bilang adu mulut itu sudah biasa, tapi saya ini bersikap kasar terhadap mama. Pekerjaan saya juga tidak tetap yang penting halal. Ada orang yang memberi nasehat kepada saya. Saya juga sering ke wihara sembahyang dan bantu orang tanpa mengharapkan imbalan. Saya bertobat dan berlutut minta maaf kepada mama dan akhirnya mama pun memaafkan saya. Tetapi perbuatan saya selama ini sudah tercatat dan tidak bisa dihapus. Sekarang saya sudah membuang dan melepas semua yang buruk dalam batin saya. Kalau saya tidak menjalaninya mungkin kejadiannya bisa lebih parah dari yang ini,” tutur Arman sambil menahan air matanya. Seseorang yang biasanya selalu aktif seperti Arman menjadi tidak bisa berjalan bahkan sulit untuk bergerak akibat kecelakaan. Tentu tidak mudah mengalami perubahan yang cukup besar dalam kehidupannya. Bagi dirinya, ini merupakan sebuah teguran dan hukuman atas perbuatannya. Saat ini Arman berhenti kerja dan tidak memperoleh penghasilan. Semua biaya tempat tinggal kos masih sanggup ditanggung oleh adik perempuannya yang bekerja di Serpong. Tetapi untuk biaya kehidupan sehari-hari dan periksa ke dokter masih memerlukan bantuan. Dari kejadian inilah jalinan jodohnya dengan Tzu Chi menjadi lebih erat. Mamanya Arman yang bernama Chen Xiu Hua pernah mengikuti kegiatan masak vegetarian bersama relawan Tzu Chi di kantin lama Jing Si Pantai Indah Kapuk. “Dulu pernah antar mama ke Tzu Chi yang di PIK dan saat itu bangunannya belum jadi. Dapurnya masih masuk dari pintu samping,” jelas Arman ketika ditanya bagaimana bisa mengenal Tzu Chi. Chen Xiu Hua mengajukan permohonan ke bagian bakti amal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk bantuan pengobatan terhadap Arman. Setelah dilakukan survei oleh relawan akhirnya Arman disetujui dan menjadi pasien penerima bantuan Tzu Chi. Keterangan :
Arman sangat bersyukur karena dirinya masih diberikan kesempatan untuk hidup. Ia bertemu banyak orang yang membantunya saat kecelakaan terjadi, memiliki seorang dokter yang baik dan ikhlas merawatnya, juga dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah membantu pengobatan dan membagikan beras cinta kasih. Arman berharap agar kakinya bisa segera dioperasi dan cepat pulih agar bisa beraktivitas kembali. Ia merasa sedih melihat kondisi mamanya yang sudah tua dan adik perempuannya yang menopang hidupnya. Arman juga tidak ingin menambah kekhawatiran mamanya. Refleksi Diri Tanpa terasa sudah satu setengah jam berbincang-bincang dengan Arman. Aku pun terus memberikannya semangat untuk berjuang dan semoga di lain kesempatan dapat berkunjung kembali. Menjelang pukul 12 siang kami pamit pulang dan membawa perasaan terharu ini untuk dapat berbagi kisah dengan orang lain agar dapat menginspirasi lebih banyak orang berbuat kebajikan. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Oleh karena itu hendaknya kita sebagai manusia dapat menyadari perbuatan buruk yang pernah dilakukan dalam kehidupan dan mau bertobat dengan tulus sepenuh hati. Selamat dari sebuah bencana bukan berarti kita menghiraukan begitu saja. Tetapi harus tetap mawas diri dan melalui pertobatan kita belajar untuk mengikis lima racun batin, yaitu ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan dan keraguan. Sehingga batin kita dapat menjadi bersih dan terang kembali. | |||
Artikel Terkait
Paket Lebaran 2022: Bersatu Hati Menyebarkan Cinta Kasih
22 April 2022Para relawan Tzu Chi di komunitas JP2, yang termasuk bagian dari He Qi Pusat membagikan 865 paket cinta kasih berupa sembako bagi warga prasejahtera di Kelurahan Kartini dan Pasar Baru.
Sukacita Bulan Tujuh Penuh Berkah dalam Wujud Bervegetaris
15 Agustus 2024Pada perayaan Bulan Tujuh Penuh Berkah yang diadakan pada tanggal 4 Agustus 2024, Tzu Chi Batam mengadakan sosialisasi pola makan vegetaris yang diikuti 434 peserta.