Menyadari, Menghargai, dan Menciptakan Berkah
Jurnalis : Henny Yohannes (He Qi Utara 2), Fotografer : Stephen Ang, Melliza Suhartono(He Qi Utara 2)Sebanyak 178 peserta
mengikuti pelatihan relawan Abu Putih ke-2 di komunitas He Qi Utara 2 yang
digelar di Tzu Chi Center PIK, Minggu, 5 Mei 2019.
Minggu, 5 Mei 2019, di ruang Xi She Ting lantai 1 Tzu Chi Center, PIK berlangsung Pelatihan relawan Abu Putih ke-2 komunitas He Qi Utara 2. Pelatihan dihadiri sebanyak 178 peserta. Di sesi talkshow kali ini dikupas habis tema tentang Misi Amal.
Pagi itu Stephen Ang sebagai moderator di sesi talkshow mengundang Hoklay Shixiong yang merupakan Ketua Koordinator Amal di komunitas He Qi Utara 2, dan dua orang tim Misi Amal lainnya yaitu David Shixiong dan Nur Shijie. Karena masih banyak relawan yang belum paham tentang Misi Amal maka moderator mengajukan beberapa pertanyaan ke narasumber hari itu.
Melihat
Penderitaan, Menyadari Berkah
“Hoklay Shixiong,
bisa jelaskan kenapa Misi Amal begitu penting?”
“53 tahun yang lalu Yayasan Buddha Tzu Chi mulai terbentuk. Awal mulanya Master melihat adanya bercak darah saat di rumah sakit, kemudian bertemu dengan tiga biarawati. (Dari perbincangan dengan biarawati tersebut) sehingga akhirnya Master bertekad akan membangun rumah sakit. Dan terbentuklah Misi pertama Tzu chi yaitu Misi Amal, karena itu misi ini sangatlah penting,” jelas Hoklay.
Metta Shijie menceritakan kisah dan
kemandirian Master Cheng Yen bersama murid-muridnya.
Misi Amal dibentuk agar dapat membantu mereka yang kesusahan, dan membimbing mereka yang mampu untuk membantu mereka yang tidak mampu. Dengan adanya Misi Amal ini Master juga berharap relawan dapat terjun ke masyarakat langsung agar dapat merasakan dan melihat penderitaan secara langsung. Karena dengan melihat penderitaan mereka maka relawan akan memahami apa itu rasa syukur atau keberuntungan mengingat di luar sana banyak sekali orang-orang yang jauh-jauh di bawah baik secara ekonomi, kesehatan jasmani dan batinnya. Terjun ke masyarakat untuk belajar, belajar memahami kehidupan, belajar mengontrol hati dan pikiran.
Teksan Shixiong berbagi pengalamannya di Tzu Chi dalam menggalang hati para donatur.
Ketika ditanya kapan waktu yang tepat untuk relawan Tzu chi menjalankan Misi Amal, Hoklay menjawab, “Saat ini, genggamlah waktu saat ini. Shixiong Shijie sudah masuk ke sini berarti sudah mulai menapaki jalan Bodhisatwa, mulai melangkah, mulai mempunyai satu pikiran yang baik ingin membantu orang lain ingin berbuat kebajikan. Karena itu lakukan, Just Do It!.”
Sebuah
Niat Kecil, Bisa Menjalankan Misi Amal
David awalnya mengikuti kegiatan Tzu Chi saat menjadi relawan
muda-mudi Tzu Ching dan sering mengikuti kegiatan kunjungan kasih. Saat ibunya
jatuh sakit, dia mendapatkan pendampingan dari para relawan Misi Amal.
Livia Shijie menjelaskan salah satu bagian dari 10 Pahala di Sutra Makna Tanpa Batas.
“Saat itu saya dan keluarga merasa senang, karena kami mendapatkan perhatian dari para relawan. pPrhatian yang diberikan bukan hanya dari materi tetapi juga nonmateri, seperti dikunjungi dan diperhatikan walaupun itu hanya simple tetapi sangat bermakna bagi keluarga saya,” ungkap David.
Karena hal inilah juga membuat David memiliki niat untuk ikut terjun menjalankan misi Amal. “Saya tidak hanya ingin menerima-menerima terus, tetapi saya juga ingin memberi dan bisa bermanfaat bagi orang lain juga,” tambah David.
Melatih
Kebijaksanaan
Setiap orang pasti memiliki kesibukan masing-masing,
ada yang sibuk mengurus keluarga, ada yang sibuk kerja di kantor atau toko. Nur
Shijie menjelaskan tim relawan amal
mengatur waktu di malam hari setelah pulang kerja untuk melakukan survei kasus.
Kegiatan ini tidak dilakukan setiap hari dan jika tim yang bersangkutan tidak
bisa, maka ada tim lainnya. Karena relawan amal semua berkerjasama secara tim
dan selalu berkomunikasi.
“Setelah kita melakukan survei, kita akan melakukan meeting untuk mencapai hasil keputusan, nah bagaimana Hoklay Shixiong mengatasi pandangan relawan yang berbeda-beda?”
Stephen Ang Shixiong selaku moderator membawakan talkshow tentang Misi Amal bersama
Hoklay, David dan Nur.
“Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Tapi kita ini mau belajar untuk berbagi dan juga mau saling mengerti, saling bertolerasi. Jangan karena satu kasus kita ribut. Intinya para relawan ingin membantu mereka,” jawab Hoklay.
Menjadi relawan Tzu Chi harus punya satu visi yaitu mau belajar. Karena di Tzu Chi relawan belajar untuk mengasah kebijaksanan, belajar untuk mengembangkan cinta kasih, belajar menjadi orang yang sederhana, belajar menjadi orang yang jujur dan memahami jalan kebenaran.
Akhirnya sampai juga di penghujung acara talkshow. Pesan dari para narasumber pada pelatihan ini yaitu jangan pernah berhenti belajar, datang, rasakan dan orang bisa karena terbiasa.
Editor: Khusnul Khotimah