Menyalakan Pelita Harapan Melalui Operasi Katarak

Jurnalis : Ruth Putryani Saragih (Tzu Chi Sinar Mas), Fotografer : Handi Senjaya, Yudha Arya Putra, Sikap Ginting, Choirul Azis, Purwoputro Ganevantoro, Elvin Junaedi Silaban, Perwita Jaka W., Ruri Kurniawan, Heri Pur

Selama tiga hari lamanya, bakti sosial pengobatan dilakukan  di wilayah Kalimantan Tengah, Sampit.

Master Cheng Yen mengungkapkan bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di berbagai pelosok gelap di dunia. Ungkapan ini direalisasikan di sebuah kota  di wilayah Kalimantan Tengah, Sampit. Melalui kegiatan bakti sosial operasi katarak yang diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas sejak 25-27 Februari 2016 ini,   warga yang tinggal di pelosok gelap berangsur-angsur mulai memiliki pelita harapan. Dalam kegiatan ini relawan Tzu Chi dibantu oleh TIMA dan anggota TNI yang juga turut andil.

Sejak pagi hari para calon pasien yang dinyatakan lolos screening pada 19 Februari 2016 lalu mulai memenuhi sudut-sudut lapangan kodim. Dengan dipenuhi rasa syukur dan haru para pasien ini dengan sabar menanti giliran untuk dioperasi. “Saya udah enggak sabar nunggu hari ini, enggak sabar pengen melihat dunia dengan terang dan jelas,” ungkap salah satu pasien operasi katarak, Sarifudin.

Pembina 6 Xieli (komunitas) di Kalimantan Tengah,  Edy Saputra Suradja mengapresiasi acara tersebut, terlebih perjuangan para relawan yang telah mengerahkan segala tenaga dan pikiran untuk kelancaran acara baksos. Bagi  Edy, bakti sosial ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk menebarkan benih cinta kasih dalam skala yang lebih besar lagi. Terlebih dibantu oleh pihak TNI membuat jangkauan pasien yang ikut dalam operasi katarak menjadi lebih luas.

Edy menambahkan, salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan adalah dimulai dari kesehatan yang baik. Jika indera penglihatan saja tidak berfungsi dengan optimal, rasanya mustahil untuk mewujudkan sebuah bangsa yang maju dan sejahtera. 

Para relawan Tzu Chi Sinar Mas kerap mendampingi pasien hingga sampai pada saat operasi selesai dilakukan


Pasca operasi, relawan juga membimbing pasien untuk beristirahat di tempat pemulihan hingga pasien sudah fit dan bisa kembali ke rumah mereka masing-masing.

“Mata adalah segalanya. Kita bisa bayangkan, tanpa mata maka semuanya akan gelap. Rasanya tidak akan lengkap apabila kita tidak bisa melihat. Maka dari itu, sangat penting agar kita juga bisa membantu orang yang kurang penglihatannya agar bisa sempurna. Jadi dengan melihat, maka bisa mensyukuri,” tutur Edy Saputra Suradja.

Di hari terakhir bakti sosial operasi katarak, tepatnya pada Sabtu, 27 Februari 2016 digelar upacara seremonial di lapangan Kodim 1015 Sampit yang dihadiri oleh seluruh relawan Tzu Chi Sinar Mas, aparat TNI, pemerintah daerah setempat, dan juga perwakilan pasien yang sudah dan akan menghadapi operasi katarak. Dalam upacara seremonial ini, tiga orang pasien diberikan penghargaan dari para relawan, diantaranya Riady selaku pasien termuda dengan usia 22 tahun, Abdulah Asma selaku pasien dengan usia tertua yakni 86 tahun, dan Sadimi selaku pasien dengan kediaman yang paling jauh dari lokasi operasi katarak.

Danrem Panju Panjang, Kol. Arh. Purwo Sudariyanto mengungkapkan melalui kegiatan bakti sosial dengan misi kesehatan ini, Yayasan Buddha Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas membantu masyarakat yang tidak mampu untuk dapat menikmati alam semesta nan indah melalui mata yang normal. Kol. Arh. Purwo Sudariyanto mengapresiasi segala bentuk kebaikan yang telah diberikan relawan kepada mereka yang berhak untuk mendapatkannya. Terlebih warga yang kediamannya jauh dari lokasi operasi tak perlu mencari akomodasi dan transportasi karena semuanya telah dipersiapkan oleh para relawan Tzu Chi Sinar Mas.

Rasa syukur juga diungkapkan oleh Bupati Kotawaringin Timur, Supian Hadi dan Bupati Seruyan, Sudarsono karena ratusan pasien yang ikut menjalani operasi katarak dan pterygium sebagian besar berasal dari kabupaten Kotawaringin Timur dan Seruyan. Akses yang jauh dari pusat kota serta perekonomian yang tergolong di bawah layak membuat warga sulit bahkan mustahil untuk berobat sendiri. Supian Hadi mengungkapkan, kegiatan ini sekaligus membantu pemerintah daerah dalam membangun dan mengembangkan Kabupaten Kotawaringin Timur. Supian Hadi sependapat bahwa kemiskinan dapat diberantas jika warganya dalam kondisi yang sehat, karena kesehatan menjadi faktor penting dalam kehidupan.

Dalam kegiatan ini relawan Tzu Chi dibantu oleh anggota medis Tzu Chi (TIMA) dan anggota TNI yang juga turut membantu mendampingi pasien.

Hal senada juga disampaikan oleh Sudarsono. Pelayanan dalam bentuk bakti sosial kesehatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas dinilai dapat meringankan dan membantu pemerintah dalam melayani kesehatan warga. Kegiatan bakti sosial operasi katarak ini membuktikan bahwa tidak hanya masyarakat yang membutuhkan saja yang terbantu, namun pemerintah setempat pun merasakan manfaat dan wujud cinta kasih itu.

Dalam waktu tiga hari, tim medis baik dari TIMA maupun TNI mampu menyelesaikan permasalahan penyakit mata terhadap 309 pasien, diantaranya 247 pasien menjalani operasi katarak dan sisanya sebanyak 62 orang menjalani operasi pterygium. Selama menjalani pengobatan, para pasien terus didampingi oleh para relawan dan tim medis hingga sampai pada saat operasi selesai dilakukan. Ratusan pasien  benar-benar dipastikan dalam kondisi sehat ketika kembali ke rumah agar mereka bisa beraktivitas seperti biasa dengan penglihatan yang baru, karena dengan penglihatan yang jelas maka kita dengan mudah mensyukuri segala nikmat yang telah diberi.

Sebagai rasa syukur atas terlaksananya operasi katarak dan post-operasi dengan lancar, para relawan baik dari Tzu Chi Sinar Mas, TIMA, maupun TNI menggelar acara gathering di kantor perwakilan Sinar Mas di Kota Sampit. Bakti sosial operasi katarak ini adalah wujud cinta kasih dari para insan Tzu Chi Sinar Mas, TIMA, dan anggota TNI, karena Cinta kasih adalah unsur terindah di dalam kehidupan.


Artikel Terkait

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -