Menyalin dan Menyelami Dharma
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
Minggu 29 April 2018, relawan Tzu Chi kembali ikut
dalam kelas menyalin Sutra Wu Liang Yi Jing. Empat kelas di Tzu Chi University
Continuing Education Center dipenuhi oleh 93 relawan Tzu Chi.
Suasana tenang dan khidmat menyapu seluruh ruang kelas di Tzu Chi University Continuing Education Center, Gan En Lou, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Minggu 29 April 2018. Empat kelas (A, B, C, dan D) di learning center tersebut dipenuhi oleh 93 relawan Tzu Chi yang tengah belajar menyalin Sutra Wu Liang Yi Jing dengan teknik kaligrafi. Kelas tersebut merupakan kelas lanjutan dari kelas Menyalin Sutra yang dilaksanakan bulan sebelumnya.
Berbeda dengan kelas sebelumnya, pertemuan kedua ini hanya diperuntukkan bagi relawan yang memahami bahasa Mandarin. Ernie Lindawati atau yang akrab dipanggil Mei Rong menjelaskan bahwa hal itu dilakukan untuk mendukung efektifitas kelas. “Agar relawan bisa benar-benar fokus sehingga bisa berlatih sekaligus menyelami Dharma dengan lebih baik lagi,” ucap PIC kegiatan ini.
Berbeda dengan kelas sebelumnya, pertemuan kedua ini hanya
diperuntukkan bagi relawan yang memahami bahasa Mandarin.
Selain itu, buku yang digunakan kali ini juga berbeda dari kelas sebelumnya. “Kalau di kelas sebelumnya relawan tinggal menebalkan huruf mandarin di bukunya, untuk kelas ini kami menggunakan kertas yang benar-benar polos. Di kesempatan kali ini, kami juga sekaligus belajar menulis kaligrafi,” tambah Mei Rong.
Sebelum menyalin Sutra dengan kaligrafi, masing-masing kelas menerima penjelasan tentang isi dari bab 1 – Sutra Wu Liang Yi Jing. Pada Bab 1 atau Bab Sifat Luhur, Buddha menjelaskan tentang keluhuran Buddha dan Bodhisatwa untuk membangkitkan keyakinan dalam diri semua makhluk.
Seorang guru Agung yang memiliki sifat luhur yang patut diteladani. Sifat luhur tersebut antara lain: welas asih, kebijaksanaan, ketulusan, ketenangan, keteguhan, dan keseimbangan batin. Pada bagian tersebut pula, relawan mendapatkan penjelasan yang detil melalui ceramah Master Cheng Yen tentang bagaimana membina diri dan menjalankan praktik untuk mencapai sifat luhur.
Peng
Suwarno, guru kaligrafi di kelas A mengaku sangat bersyukur karena ia tidak hanya
mengajarkan bagaimana menulis indah semata, melainkan mengajarkan menyalin
Sutra Buddha.
Chen Pei
Wen, relawan komite Tzu Chi Taiwan menyamakan belajar menulis kaligrafi dengan
berkegiatan Tzu Chi.
Ikut mendengarkan penjelasan dari Sutra tersebut, Peng Suwarno, guru kaligrafi di kelas A mengaku sangat bersyukur. Ditambah lagi kali itu ia bukan hanya mengajarkan bagaimana menulis indah semata, melainkan mengajarkan menyalin Sutra Buddha. “Perasaan saya bagaikan datangnya musim semi setelah kemarau yang panjang, sejuk. Intinya saya gembira sekali, senang sekali,” ungkapnya.
Memang bukan hal yang mudah bagi relawan untuk menyalin Sutra dengan kaligrafi. Di mana dalam setiap goresan kuas dan tinta, terkandung Dharma yang begitu dalam. Namun Chen Pei Wen, relawan komite Tzu Chi Taiwan menyamakannya dengan berkegiatan Tzu Chi. “Kita tidak bisa belajar hanya dalam satu atau dua hari saja. Seperti di Tzu Chi, kita harus berlatih untuk menghilangkan kebiasaan buruk setiap saat,” katanya.
Walau ada yang merasa susah, namun ada pula yang merasa sudah terbiasa, seperti Rosa Zhow. Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2 ini mengaku tidak terlalu susah menyalin dan menulis kaligrafi. “Dulu pas sekolah, kami diwajibkan untuk membuat satu karangan setiap minggunya. Setelah dikoreksi oleh guru, karangan itu disalin kembali dalam bentuk kaligrafi,” cerita Rosa.
Bagi Rosa, kaligrafi bisa melatih konsentrasi, meningkatkan fokus, dan menenangkan jiwa. “Menurut saya menulis Sutra dengan kaligrafi ini tidak jauh beda dengan meditasi,” katanya. “Selain itu kalau saya baca Sutra ini sepintas saja dan selalu mudah lupa, tapi dengan melatih diri untuk menulis, setiap kata setiap huruf bisa saya ingat, dan saya bisa menyelami makna sebenarnya,” imbuhnya.
Rosa Zhow mengaku tidak terlalu susah menyalin dan
menulis kaligrafi. Baginya, menulis kaligrafi bisa melatih konsentrasi,
meningkatkan fokus, menenangkan jiwa, sekaligus menyelami Dharma.
Liu Su Mei berterima kasih kepada Peng
Suwarno di akhir kegiatan. Ia juga berharap relawan Tzu Chi bisa memanfaatkan
kesempatan untuk berlatih dan menyelami Dharma bersama.
Kelas menyalin Sutra ini masih akan diadakan 8 kali pertemuan lagi hingga penghujung tahun 2018 nanti. Sungguh ini merupakan kesempatan yang luar biasa para relawan. Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berharap relawan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.
“Master Cheng Yen berharap semua relawan bisa memahami Dharma dan Dharma itu bisa masuk ke dalam hati. Jadi marilah kita menggenggam kesempatan dan jalinan jodoh yang baik ini,” ucap Liu Su Mei.
“Walaupun Sutra ini mempunyai makna yang dalam, namun setelah diterjemahkan, semua relawan bisa dengan mudah mengerti dan memahami Sutra. Saya pun berharap relawan Tzu Chi Indonesia bisa mendalami Wu Liang Yi Jing karena Sutra ini adalah intisari dari Tzu Chi,” imbuh Chia Wen Yu, relawan Komite senior Tzu Chi.
Artikel Terkait
Belajar dari Kelas Menyalin Sutra Makna Tanpa Batas
22 Mei 2018Pada Sabtu, 19 Mei 2018, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan kelas menyalin Sutra Makna Tanpa Batas untuk pertama kalinya, sebanyak 31 relawanikut berpartisipasi pada kegiatan ini.
Menyalin dan Menyelami Dharma
30 April 2018Kelas Menyalin Sutra, Bukan Sekadar Menggoreskan Tinta
26 Maret 2018Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar istilah Kelas Menyalin Sutra? Menulis ulang isi Sutra yang umumnya beraksara Mandarin? Atau bagaimana jadinya kalau tidak mengerti Mandarin? Pertanyaan dan rasa penasaran seperti ini jugalah yang mendorong ratusan relawan Tzu Chi dari berbagai komunitas di Jakarta berbondong-bondong mengikuti Kelas Menyalin Sutra yang digelar Tzu Chi Indonesia kemarin, Minggu siang, 25 Maret 2018.