Menyalin Sutra dan Menyerap Dharma
Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)Jumat, 1 Juni 2018
untuk keenam kalinya kelas menyalin Sutra ini diadakan di Gedung Tzu Chi
Kompleks Jati Junction lantai 5 dan diikuti sebanyak 33 relawan.
Menyalin Sutra bukan hanya sekedar goresan tinta ataupun sekedar belajar kaligrafi, tetapi harus diresapi isinya dan makna sesungguhnya dari kalimat yang akan disalin. Di dalam menyalin sutra ini, ada buku khusus yang digunakan yaitu buku Sutra Makna Tanpa Batas yang dicetak oleh Tzu Chi Indonesia. Buku ini memudahkan relawan yang tidak mengerti bahasa mandarin, karena di dalam buku ini sudah ada tulisan yang dicetak tipis sehingga relawan bisa mengikuti garisnya.
Untuk awal belajar menulis, relawan dianjurkan menggunakan pensil dan demi pelestarian lingkungan. Untuk melatih gerakan tangan, dianjurkan untuk menggunakan pulpen merah untuk salinan yang kedua kalinya dan untuk selanjutnya menggunakan tinta biru, terakhir baru menggunakan pulpen khusus untuk menulis kaligrafi.
Jumat, 1 Juni 2018 untuk keenam kalinya kelas menyalin Sutra ini diadakan oleh relawan Tzu Chi Medan di Gedung Tzu Chi Kompleks Jati Junction lantai 5. Sebelumnya, untuk pertama kalinya kelas salin sutra ini diadakan pada 1 Mei 2018 yang lalu.
Kelas menyalin sutra
ini dipandu oleh Jusni Lina.
Kelas menyalin sutra ini dipandu oleh Jusni Lina. Suasana yang tenang dan khidmat memenuhi seluruh ruangan. Sebanyak 33 relawan telah siap dengan buku dan peralatan menulisnya. Karena banyak relawan yang baru pertama kali ikut kegiatan salin sutra, maka Jusni lina mengulangi penjelasan mengenai salin sutra ini.
“Yang kita salin ini adalah sutra yaitu Sutra Makna Tanpa Batas. Saya harap semua relawan dapat memahami arti yang terkandung dalam sutra ini dan juga bisa menyalin semua sutra ini sampai bab terakhir,” pesan dari Jusni Lina.
Sebelum menyalin sutra, relawan diajak untuk bersama-sama membaca arti sutra dalam bahasa Indonesia, kemudian barulah mendengar penjelasan sutra ini dari ceramah Master Cheng Yen. Pertemuan kali ini sudah sampai ke bab “Sepuluh Pahala”. Bab ini menjelaskan sepuluh jasa pahala yang berkaitan dengan hubungan antar manusia secara terperinci yang bertujuan mendorong pikiran seluruh makhluk untuk menemukan kebijaksanaan Buddha.
Melihat kesungguhan
hati Lim Ik Ju (kanan) sebagai Ketua Hu
Ai di wilayah Medan Timur, maka Jusni Lina menganjurkan agar di Medan Timur
juga dibuka kelas Salin Sutra.
Dalam bab ini, Bodhisatwa mencapai berbagai pahala setahap demi setahap. Dimulai dari diri sendiri, di mana menyadari kekotoran batin dan menemukan metode menjernihkan hati sendiri dari jasa pahala pertama, pelatihan spiritual, berlanjut hingga jasa pahala ke 10 yang merupakan tingkatan Bodhisatwa tertinggi. Setelah memahami arti dari sutra yang akan disalin, barulah para relawan memulai menyalin sutra.
Vivie Jayanti, relawan dari Tzu Ching Medan yang baru pertama kali ikut menyalin sutra merasa tidak gampang menyalin sutra. Namun penjelasan dari ceramah Master Cheng Yen dapat lebih mudah dimengerti.
“Ini pertama kali saya ikut salin sutra. Ini benar-benar melatih kesabaran karena cara pegang pulpennya beda dengan cara biasa kita pegang pulpen. Cara menulisnya agak gemetaran tapi makna dalam sutra ini dengan mendengar ceramah Shi Gong, ada yang bisa diingat seperti biasanya membantu orang lain itu, sering kali kebaikan itu selalu diungkit-ungkit, dari salin sutra ini saya jadi mengerti bahwa melakukan kebaikan itu harus ikhlas,” ungkap Vivie.
Vivie Jayanti, anggota
Tzu Ching Medan yang baru pertama kali ikut menyalin sutra merasa tidak gampang
menyalin sutra. Namun penjelasan dari ceramah Master Cheng Yen dapat lebih
mudah dimengerti.
Memang tidak gampang menyalin sutra dengan sikap dan metode jari tangan penulis kaligrafi, apalagi setiap goresan mengandung Dharma yang mendalam, namun Lim Ik Ju, Relawan Komite Tzu Chi Medan yang pernah belajar kaligrafi dan menguasai bahasa mandarin mengatakan, menulis kaligrafi ibarat meringankan semua bagian tubuh.
“Jari tangan bagaikan menari-nari melukis di atas kertas. Dengan menulis kaligrafi, kita melepas semua beban pikiran atau laksana menenangkan diri dan secara perlahan-lahan jari bergerak seiring dengan pikiran kita yang menentukan apa langkah selanjutnya. Ini juga melatih pikiran kita bagaimana kita merencanakan dan akhirnya menentukan langkah–langkah dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Lim Ik Ju.
Melihat kesungguhan hati Lim Ik Ju sebagai Ketua Hu Ai di wilayah Medan Timur, maka Jusni Lina menganjurkan agar di Medan Timur juga dibuka kelas Salin Sutra. Lim Ik Ju menyambut maksud baik Jusni Lina, maka Minggu, 3 Juni 2018, di Depo Pelestarian Mandala diadakan kelas Salin Sutra yang dikoordinir oleh Yanni selaku fungsionalis pendidikan di wilayah Tzu Chi Medan Timur.
Minggu, 3 Juni 2018,
di Depo Pelestarian Mandala diadakan kelas Salin Sutra yang dikoordinir oleh
Yanni selaku fungsionaris pendidikan di wilayah Tzu Chi Medan Timur. Kelas ini dihadiri 29 relawan,
termasuk delapan Bodhisatwa cilik dari Kelas Kata perenungan Master Cheng Yen.
Kelas ini dihadiri 29 relawan, termasuk di dalamnya 8 orang Bodhisatwa cilik dari Jingsi Ban atau kelas kata perenungan Master Cheng Yen. Para Bodhisatwa cilik sehabis kelas, lebih memilih tidak pulang dan melanjutkan ikut kelas salin sutra.
Tata cara menyalin sutra di Depo Pelestarian Mandala tidak berbeda dengan yang dibawa oleh Jusni Lina, semua relawan termasuk relawan cilik diajak memahami makna sutra dulu baru mulai menyalin sutra. Sebagai pertemuan pertama, Sutra Makna Tanpa Batas yang disalin adalah bab “ Sifat Luhur”.
Dharma yang terkandung dalam bab Sifat Luhur ini dijelaskan melalui ceramah Master Cheng Yen tentang bagaimana membina diri dan menjalankan praktik untuk mencapai sifat luhur. Seorang guru agung yang memiliki sifat luhur yang patut diteladani yaitu welas asih, kebijaksanaan, ketulusan, ketenangan , keteguhan dan keseimbangan batin.
“Hari ini adalah untuk pertama kalinya kelas salin sutra di Depo Mandala. Adapun tujuan diadakannya salin sutra di sini adalah untuk memudahkan para relawan ataupun warga di sekitar sini untuk ikut dalam kegiatan salin sutra,” terang Yanni selaku koordinator salin sutra.
Melihat antusias dari para relawan yang mengikuti kelas menyalin sutra, Jusni Lina merasa bahagia sekali, “Saya berharap dengan salin sutra ini kita saling melatih meditasi dari masing-masing batin kita, di mana dalam Sutra Makna Tanpa Batas ini sebenarnya adalah Sutra yang mengajarkan kita untuk menjalankan jalan Bodhisatwa. Jadi dengan adanya salin sutra ini, kita berharap bahwasanya setiap sutra, makna-maknanya bisa meresap ke dalam batin kita di mana kita juga akan merenungkan arti dari tiap-tiap kata yang kita salin dengan melihat penjelasannya dari ceramah Master Cheng Yen,” imbuh Jusni Lina.