Sejumlah 380 relawan Tzu Chi dari seluruh komunitas di Jakarta dan Tangerang, staff badan misi Tzu Chi Indonesia dan DAAI TV membersihkan seluruh Aula Jing Si, Gedung DAAI serta Gedung Gan En dalam rangka menyambut hari Tzu Chi Indonesia yang jatuh pada bulan September 2022.
Dalam rangka memperingati hari Tzu Chi Indonesia yang jatuh pada bulan September 2022, seluruh komunitas relawan yang berada di Jakarta dan Tangerang beserta staf badan misi Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan DAAI TV melaksanakan kegiatan bersih-bersih Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara pada Minggu, 18 September 2022.
Sejumlah 380 relawan dan staf membersihkan seluruh Aula Jing Si, Gedung DAAI serta Gedung Gan En. Seluruhnya terbagi dalam beberapa lantai dan tugas, mulai dari mengelap dinding kayu, kursi kayu, mengepel, membersihkan toilet, hingga menjemur kasur, bantal, juga selimut yang ada di aula, yang biasa diperuntukkan apabila ada kegiatan training relawan.
Seluruh relawan maupun staf terbagi dalam beberapa tugas, mulai dari mengelap dinding kayu, kursi kayu, mengepel, membersihkan toilet, hingga menjemur kasur, bantal, juga selimut.
Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menuturkan pada bulan September 2022 ini Tzu Chi Indonesia memasuki tahun 29 tahun dan selama dua tiga tahun ini karena pandemi, relawan pun jarang berkumpul bersama. “Hari ini kita bersih-bersih, kita membersihkan segala yang jelek-jelek untuk menyambut segala yang baik tahun depan. Semoga di tahun ke depan kita juga bisa membuat aktivitas Tzu Chi lebih berakar lagi,” kata Liu Su Mei. “Seperti kata Master Cheng Yen, kita membersihkan yang di luar kita juga membersihkan batin kita, jadi kita hari ini membersihkan Aula Jing Si, kita juga membuat batin kita semakin cemerlang,” lanjutnya.
Kegiatan ini pun menjadi pengingat yang terus memacu semangat relawan dalam berbuat kebajikan. Seperti yang diungkapkan oleh Usman Sutanto, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 dimana baginya kegiatan ini terasa seperti Tzu Chi akan menyambut sesuatu hal yang besar dan baik. “Dimana kita sudah tiga tahun tidak aktif berkegiatan karena pandemi, nah bersih-bersih ini seperti kita akan memulai sesuatu yang baru seperti pertama kali kita akan meresmikan Aula Jing Si dulu,” tuturnya.
Usman Sutanto (seragam biru) membalik kasur lantai yang dijemur di halaman Aula Jing Si. Cuaca yang terik dan panas dirasa membantu memudahkan pekerjaan relawan menjemur kasur, bantal, juga selimut.
Hari itu, Usman bersama relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 bertugas di Aula Jing Si lantai 6 dan 7. Dia bersama relawan laki-laki mengangkat kasur lantai, bantal, serta selimut dan menjemurnya di lantai bawah. Cuaca yang panas terik membuat mereka bersyukur karena memudahkan proses penjemuran. Setelah waktu tertentu, para relawan juga membalik ‘jemuran’ mereka sebelum kemudian mengangkatnya dan memasukkan kembali di kamar masing-masing.
“Walaupun lelah dan sangat panas di luar, tapi saya merasa gembira karena bisa mendapat kesempatan kembali melatih diri di Aula Jing Si. Jadi kita dengan rendah hati dan ulet dengan giat belajar untuk mengikis kekotoran batin kita ini,” tutur Usman, “Master Cheng Yen selalu mengingatkan kita untuk lebih tekun dan giat. Jadi hari ini ya harus dipraktikkan bagaimana mengikis sifat-sifat buruk dan kekotoran batin seperti kemalasan atau kebodohan batin.”
Satu persatu kasur, bantal, juga selimut dikeluarkan dari penginapan di area Aula Jing Si untuk dijemur.
Perasaan gembira dan sukacita juga dirasakan oleh Elly Widjaja, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2. Bersama relawan satu komunitasnya, Elly bertugas di Aula Jing Si lantai 4 dan 5. Ia sendiri dengan teliti mengelap kursi teratai di lantai 4 dengan teliti. Menurutnya, mengelap kursi teratai membutuhkan perhatian khusus karena mempunyai banyak lekukan dan juga banyak sisi.
“Secara tidak langsung, kita belajar kesabaran dan ketelitian karena satu kursi itu kita lap bukan hanya luarnya saja tapi dalamnya juga semua kita lap karena ada yang berjamur saking lamanya tidak digunakan. Jadi benar-benar butuh ketelitian juga dan kesabaran untuk membersihkan setiap sudut,” papar Elly Widjaja antusias. “Pokoknya hari ini excited sekali, senang,” tambahnya.
Relawan mengelap satu persatu kursi teratai dengan kesabaran dan ketelitian. Mengelap kursi teratai membutuhkan perhatian khusus karena mempunyai banyak lekukan dan juga banyak sisi.
Selain dari para relawan, para staf badan misi juga aktif dan ikut turun langsung dalam kegiatan ini. Margareta Amelia, salah satunya. Tidak sendiri, ia juga mengajak anaknya, Avila yang baru berusia 6 tahun untuk berkegiatan bersama. Tanpa keluhan, Avila bahkan dengan serius dan cekatan memegang alat pel untuk membantu relawan lainnya membersihkan bagian penginapan di Aula Jing Si.
“Jadi dari tadi udah bantu ngepel-ngepel, karena di rumah pun dia yang paling semangat ngepel dan bantu-bantu urusan bebersih rumah tangga,” cerita Amelia senang melihat Avila tidak kunjung lelah kesana kemari membantunya mengepel.
Margareta Amelia sendiri belum genap dua bulan bergabung menjadi Dept Head Divisi Bakti Amal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Kegiatan ini pun menjadi kegiatan pertamanya bersama Tzu Chi dan keluarga besar relawan.
Margareta Amelia dan Avila sama-sama bertugas mengepel lantai. Ibu dan anak ini semangat menyelesaikan kegiatan pertamanya bersama Tzu Chi dan keluarga besar relawan.
“Kegiatan pertama, langsung disuguhi kegiatan yang relawannya banyak sekali. Langsung merasa, wah.. semangat relawan sangat besar sekali,” tutur Amelia. Melihatnya, Amelia pun tak kaget karena karya Tzu Chi yang hampir 30 tahun ini memang terasa sangat menginspirasi banyak orang, sehingga banyak juga relawan yang mau bergabung menjadi relawan. Hal-hal baik itu juga dikembalikan lagi ke orang-orang dan relawan untuk merefleksi diri, saling berinteraksi, juga bersosialisasi satu sama lain untuk membantu dan saling mengispirasi.
Senada dengan doa relawan lainnya, pada momen ini Amelia berharap bahwa misi amal yang merupakan misi pertama Tzu Chi bisa terus berjalan lebih baik dengan dibantu koordinasi-koordinasi, juga penanganan-penanganan kasus. “Terus kompak karena tujuannya satu, untuk membantu banyak orang di luar sana,” ungkap Amelia.
Tzu Chi Indonesia sendiri sudah mulai beroperasional di Indonesia pada tahun 1993 dan pada tanggal 28 September ditetapkan sebagai hari Tzu Chi Indonesia. Dalam momen ini seluruh keluarga besar Tzu Chi tetap berharap bisa terus bisa memperpanjang barisan Bodhisatwa (relawan) dunia sehingga dapat mewujudkan seluruh misi dan terus berbagi kepada sesama yang membutuhkan.
Editor: Arimami Suryo A.