Menyambut Tahun Baru dengan Penuh Syukur
Jurnalis : Wardi (Tzu Chi Tebing Tinggi), Fotografer : Erik Wardi (Tzu Chi Tebing Tinggi)Anak dari Kelas Bimboingan Budi Pekerti berbaris menyambut para tamu undangan dengan menyanyikan lagu selamat datang.
Minggu, 4 Februari 2018, Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun 2017 yang merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Acara Pemberkahan Akhir Tahun di Tzu Chi Tebing Tinggi kali ini sangat meriah dan khidmat, dihadiri lebih dari 400 tamu.
Dengan tema Berpadu dalam cinta kasih untuk mewujudkan dunia yang penuh kasih sayang. Selangkah demi selangkah membentangkan jalan untuk melindungi bumi, bermakna menghimpun kekuatan cinta kasih dari setiap orang untuk merajut keharmonisan di antara sesama. Setapak demi setapak membentangkan cinta kasih ke setiap pelosok untuk menghimpun niat kebajikan dari semua orang agar bumi ini terselamatkan dan manusia juga ikut selamat.
Acara
dibuka dengan Gatha Pembuka Sutra. Suasana khidmat terasa saat para hadirin menyaksikan
Napak Tilas Tzu Chi Internasional 2017 dan Napak Tilas Tzu Chi Medan dan Tebing
Tinggi 2017 untuk melihat cinta kasih universal di dunia dan menghayati
ketidakkekalan di dunia. Insan Tzu Chi sebagai Bodhisatwa dunia terus berbuat
kebajikan dan menciptakan berkah, bertindak sebagai tamu yang tidak diundang
untuk memberikan bantuan. Insan Tzu Chi selalu melangkah paling awal dan
memberikan pendampingan sampai paling akhir, meninggalkan satu jejak, dan terus
melangkah maju dengan tegar.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh anggota Sangha, para Suster Katolik dari Harapan Jaya Siantar, para tokoh agama, dan tokoh masyarakat dari berbagai organisasi.
Relawan pelestarian lingkungan Desa Laut Tador juga tidak mau ketinggalan. Walaupun berbeda keyakinan, mereka merasakan kehangatan kekeluargaan di Tzu Chi dan menampilkan isyarat tangan Qing Sao Shi Wu Dao (Tarian Pelestarian Lingkungan).
Kegiatan ini juga menampilkan pementasan adaptasi Sutra, dua peragaan bahasa isyarat tangan yang dibawakan oleh relawan Pelestarian Lingkungan Desa Laut Tador dan Bodhisatwa cilik dari kelas bimbingan budi pekerti Tzu Chi Tebing Tinggi. Adaptasi sutra kali ini menampilkan Sutra Bhaisajya Guru Tathagata Bab 12 Ikrar Agung Bhaisajya Guru Tathagata. Sutra ini menyelami semangat Tabib Agung Bhaisajya Guru dalam melenyapkan segala penderitaan baik yang berwujud maupun yg tidak berwujud di dunia. Para Bodhisatwa cilik dari kelas bimbingan budi perkerti yang baru dibuka bulan lalu untuk pertama kalinya di Tzu Chi Tebing Tinggi begitu bersemangat dalam penampilan bahasa isyarat tangan berjudul Gan En, Zhun Zhong, Ai. Orang tua yang ikut menyaksikan anak-anak mereka juga larut dalam kegembiraan.
Relawan pelestarian lingkungan Desa Laut Tador juga tidak mau ketinggalan. Walaupun berbeda keyakinan, mereka merasakan kehangatan kekeluargaan di Tzu Chi. Setiap ada kegiatan di Tzu Chi, mereka selalu berpartisipasi, baik di misi pelestarian lingkungan, bakti sosial, dan setiap perayaan hari besar Tzu Chi mereka ikut ambil bagian. Kali itu mereka menampilkan sebuah isyarat tangan dengan judul Qing Sao Shi Wu Dao (Tarian Pelestarian Lingkungan).
Berbagi Kisah Haru
Suasana
haru terlihat saat dua orang penerima bantuan Tzu Chi membagikan kisahnya di
atas pentas. Sharing pertama oleh
Sartika Dewi Hia, seorang remaja berusia 23 tahun yang sejak SD telah menderita
penyakit duchenne progressive muscular dystrophy
(kelumpuhan syaraf). Menurut dokter, penyakit ini tergolong langka dan sulit
disembuhkan. Kondisi yang terjadi adalah pasien akan mengalami pengecilan otot
dan akhirnya akan membuatnya lumpuh.
Nenek Salimah (72 tahun) yang menderita benjolan di belakang punggung menceritakan kisahnya kepada para tamu undangan.
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh anggota Sangha.
Hidup dalam keluarga tidak mampu, keluarganya kemudian meminta bantuan ke Tzu Chi. Sejak saat itu, relawan rutin mengunjunginya untuk memberi bantuan material dan pendampingan. Kini raut wajah Dewi sudah berbeda. Ia terlihat lebih ceria, ia juga mau keluar rumah, dan datang ke Tzu Chi bertemu teman-teman di depo pelestarian lingkungan.
Dewi bukan satu-satunya penerima bantuan yang merasakan kehangatan perhatian maupun bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi. Ada pula Nenek Salimah yang sudah berusia 72 tahun. Nenek yang tinggal di Dusun VIII, Desa Paya Pinang ini begitu bersedih ketika relawan datang untuk melakukan survei. Di masa tuanya, ia menderita benjolan di belakang punggung dan dokter menganjurkannya melakukan operasi.
Salimah merasa berat untuk mengikuti saran dokter itu. Baginya, memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja susah, bagaimana mampu membayar biaya operasi. Di samping itu, ia juga harus menjaga seorang cucu yang mengalami keterbelakangan mental yang telah ditinggal oleh kedua orangtuanya.
Beruntung ia bertemu Dokter Inggrawati, yang adalah seorang relawan Tzu Chi. Ketika berobat, dokter Inggrawati merasa tersentuh dengan kondisi Nenek Salimah. Ia lalu tidak mengenakan biaya pengobatan, bahkan memberi biaya mengurus BPJS agar bisa segera dioperasi. “Nenek harus sehat agar bisa merawat cucu, ia membutuhkan perhatian nenek,” kata dr. Inggrawati menyemangati Nenek Salimah. Akhirnya relawan rutin mengunjungi nenek Salimah memberi bantuan materi dan pendampingan dan sekarang telah sehat kembali setelah menjalani operasi. Ia tidak khawatir lagi dan begitu akrab dengan relawan Tzu Chi layaknya keluarga sendiri. Bila relawan datang ke rumahnya, ia selalu gembira menyambut mereka.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Menyambut Kepulangan Gan En Hu dengan Rasa Syukur
11 Januari 2018Pemberkahan Akhir Tahun yang digelar Tzu Chi Tebing Tinggi, memberi makna mendalam bagi para relawan, juga para penerima bantuan. Suasana keakraban dan kekeluargaan sangat terasa.
Menyambut Tahun Baru dengan Penuh Syukur
12 Februari 2018Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun 2017 yang merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Acara yang dihadiri oleh 400 tamu ini sangat meriah dan juga khidmat.