Menyapu Duka

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 
 

foto
Di mulai dari jam 10 pagi, relawan Tzu Chi telah berkumpul dan memulai membagikan kupon pada 110 KK yang menjadi korban kebakaran pada 21 Agustus 2012 lalu.

Bagaikan kehilangan jiwa, saat mengetahui tempat tinggal satu-satunya dilalap bencana hingga habis tak bersisa, begitulah yang dirasakan Qotijah. Warga perantauan asal pulau Madura ini adalah salah satu dari mereka yang rumahnya habis terbakar oleh lalapan api pada selasa, 21 Agustus lalu. Api yang timbul dari konsleting listrik di lantai 2 salah satu bengkel furniture tersebut begitu cepat menyebar dan akhirnya dengan mudah menyambar rumah-rumah disekitarnya, termasuk rumah Qotijah yang terletak persis di depan rumah tempat api berasal.

“Kejadiannya sekitar jam 12 siang dan kebetulan saya nggak mudik, jadi di daerah sini emanglagi sepi banget,” ujar Qotijah. Warga daerah Pondok Bambu, Duren Sawit memang kebanyakan merupakan warga pendatang dari Cirebon, Jawa Tengah, dan Madura yang merantau ke Jakarta untuk mencari nafkah. Dan sebagian besar warga yang menghuni RT 02/ RW 02 ini merupakan pengrajin mebel atau furniture dari kayu, hingga tak heran bahwa api dapat dengan cepat menghabiskan wilayah ini. Selain banyak barang yang berbahan baku kayu, busa dan juga tiner, terdapat pula bengkel daur ulang plastik yang semakin memudahkan api membesar.

“Sehari-hari saya kerja ngumpulin plastik buat di daur ulang, jadi disini saya punya bengkel buat giling plastik (daur ulang) di sebelah sana,” tutur ibu satu anak ini sambil menunjukkan bekas mesin gilingnya yang kini sudah tinggal bangkainya saja. “Kalau sehari-hari juga banyak yang bekerja disini, banyak pemulung juga yang ngasih (jual) plastik mereka ke sini, entah botol bekas minuman, ember-ember plastik yang udah nggak kepake, atau yang lain. Sekarang mahsudah habis nggak ada sisa,” ujarnya. “Ini juga cuma bisa nyelametin ijazah, yang lain nggaksempet. Karyawan juga saya suruh nggak usah balik lagi ke sini, sudah nggak bisa kerja,” tambahnya sambil membuka boks paket bantuan dari Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Kebakaran akibat konsleting listrik ini mengakibatkan 20 rumah permanen dan 85 bengkel furniture yang juga digunakan sebagai tempat tinggal habis terbakar (kiri).
  • Qotijah mengucap syukur saat membuka boks paket bantuan dari Tzu Chi. Warga perantauan asal pulau Madura ini adalah salah satu dari mereka yang rumahnya habis terbakar oleh lalapan api (kanan).

Dirinya kemudian menyerukan ucapan syukur setelah berhasil membuka boks paket bantuan Tzu Chi. Setelah mengeluarkan dan memilah barang dari dalam boks, seklumit senyum tersungging di bibir ibu satu anak ini. “Alhamdulillah, dapet baju, sandal, ada baju buat anak juga,” timpalnya. “Makasih kepada Yayasan (Buddha Tzu Chi), semoga kebakaran tidak terulang lagi,” pungkasnya.

Menyuguhkan Perhatian
Siang itu, sabtu 25 Agustus 2012, sebanyak 25 relawan yang tergabung dalam He Qi Selatan telah berhasil membagikan 110 kupon paket bantuan kebakaran bagi korban kebakaran di Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur. Dimulai dari jam 10 pagi relawan telah berkumpul di lokasi pembagian bantuan, cuaca yang tidak terlalu panas seakan mendukung kegiatan yang berlangsung di tengah lokasi kebakaran tersebut. Sisa puing kayu yang kebanyakan telah habis dan asap kebakaran masih terlihat  di lahan yang luasnya mencapai 5000 m2 ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Penyerahan bantuan secaara simbolis dilakukan oleh relawan bersama dengan RW dan aparat setempat (kiri).
  • Pembagian bantuan berjalan cukup singkat namun juga lancar karena kerjasama yang berlangsung baik antara berbagai pihak (kanan).

Kebakaran akibat konsleting listrik ini mengakibatkan 20 rumah permanen dan 85 bengkelfurniture yang juga digunakan sebagai tempat tinggal habis terbakar. “Penduduk warga Rt 02 memang cukup padat, ditambah lagi kebanyakan warga sedang mudik dan jalanan yang sempit, hingga proses pemadaman api cukup sulit untuk dilakukan,” jelas Ahmad Sahil Hakim, yang merupakan ketua Rw setempat.

Menanggapi bantuan yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, Ahmad mengucapkan banyak terimakasih dan juga berharap bahwa warganya dapat kuat menjalani cobaan yang menimpa pada saat lebaran ini. “Kami sangat berterimakasih sekali pada yayasan Buddha Tzu Chi yang telah membantu. Kami bersyukur, kami berdoa semoga kebaikan ini dapat bermanfaat bagi warga kami dan bagi Yayasan. Kami lihat yayasan begitu perhatian bagi warga kami, hingga pemberian bantuan ini begitu singkat, cepat, tepat dan berjalan dengan sangat lancar,” tukasnya. “Saya juga berharap semoga warga dapat kuat menjalani cobaan yang menimpa pada lebaran ini,” tambahnya.

Hemming Suryanto Shixiong selaku koordinator kegiatan mengaku prihatin terhadap kebakaran yang belakangan ini menimpa wilayah Jakarta. Namun dalam proses pemberian bantuan, dirinya mengaku tidak mengalami kendala yang berarti.

 

 
 

Artikel Terkait

Relawan Tzu Chi Pekanbaru Ramaikan Earth Ethical Eating Day

Relawan Tzu Chi Pekanbaru Ramaikan Earth Ethical Eating Day

09 Januari 2017
Jelang Earth Ethical Eating Day, para Relawan Tzu Chi Pekanbaru sudah bergerak untuk meramaikannya. Relawan melakukan sosialisasi kepada warga saat Car Free Day di sepanjang Jalan Diponegoro, Pekanbaru dengan membawa berbagai atribut. Relawan juga membuat ajakan untuk ikut serta dalam Earth Ethical Eating Day yang diunggah ke media sosial.
Saatnya Bergabung Dalam Barisan Relawan Tzu Chi

Saatnya Bergabung Dalam Barisan Relawan Tzu Chi

02 Desember 2021

Minggu, 28 November 2021, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan pelatihan relawan baru. Ada 30 orang peserta yang mengikuti pelatihan relawan Tzu Chi.

Merekam Jejak Sejarah Dengan Budaya Humanis Tzu Chi

Merekam Jejak Sejarah Dengan Budaya Humanis Tzu Chi

06 September 2023

Sebanyak 20 peserta dan 10 relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Pusat mengikuti Pelatihan Relawan Budaya Humanis untuk meningkatkan kemampuan relawan dalam mendokumentasikan jejak kegiatan misi Tzu Chi dalam bentuk foto, video, dan tulisan.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -