Menyatukan Hati dalam Persaudaraan Sejati
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto * Ratna Kumala membimbing masuk Lim Tjoen Nio yang baru saja tiba dari rumah salah satu anaknya di Cikarang. Mengetahui relawan Tzu Chi hendak berkunjung ia pun kembali ke rumah anaknya yang di Bojong Indah, Jakarta. | Dua relawan Tzu Chi tampak duduk menunggu di dalam rumah Lim Tjoen Nio, sementara dua relawan lainnya sedang berkeliling melihat dan memperhatikan para perajin membuat tahu yang berada di sekitar rumah itu. Empat relawan Tzu Chi, seorang dokter, dan seorang perawat RSKB Cinta Kasih ini tidak sedang melaksanakan bakti sosial kesehatan seperti biasa. Dari Rabu pagi, 6 Mei 2009, mereka telah bergegas meninggalkan RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Hari itu, sedianya mereka akan melakukan kunjungan kasih ke rumah 6 mantan pasien khusus yang menjalani operasi katarak November tahun lalu. Dikatakan pasien khusus karena mereka sebelumnya 2 kali gagal menjalani operasi di baksos kesehatan yang diadakan oleh Tzu Chi karena berbagai sebab. |
Salah satu mantan pasien ini adalah Lim Tjoen Nio (79) yang saat hendak dioperasi “terpaksa” menggunakan bantal sebagai sandaran kepala karena tubuhnya yang kini telah sangat membungkuk. Saat itu, Lim tampak sangat kecewa karena diberitahu tidak bisa dioperasi. Lalu dr Kurniawan yang kemudian melihatnya memiliki ide untuk menggunakan bantal sebagai sandaran kepala. Setelah dicoba, operasi pun jadi dilaksanakan. Usai mengunjungi Liem In Tay (68) di Palmerah, Jakarta Barat, tim kunjungan kasih ini menuju rumah Lim Tjoen Nio di Bojong Indah, Jakarta Barat. Setibanya di sana, Giok, anak dari Lim mengatakan bahwa sang mama masih dalam perjalanan dari salah rumah anaknya di Cikarang, Jawa Barat. Karenanya relawan pun menunggu kedatangan Lim Tjoen Nio. Lim Tjoen Nio sudah 15 tahun ini tinggal di rumahnya yang sekarang, namun jika bosan ia akan tinggal bersama salah satu anaknya yang tinggal di Cikarang. Setengah jam kemudian, sebuah mobil boks tiba, Lim telah datang. Relawan Tzu Chi, Ratna Kumala pun segera membukakan pintu mobil dan memapahnya masuk ke dalam ruang tamu. Sekilas masih terlihat jelas kelelahan di wajahnya. Relawan pun menyapanya dan mendudukkannya di bangku. Di usia senjanya, Lim tetap saja memperhatikan anaknya Eeng yang rumahnya di Cikarang. Ia selalu terpikir Eeng karena belum lama berselang, sang anak yang bekerja di Mangga Dua ini mengalami patah kaki karena terjatuh dari bus busway. “Cape oma?” tanya Oey Hoey Leng seraya bertanya kondisi sang oma. “Baik-baik aja,” jawabnya tersenyum. Oma pun lantas bercerita bahwa pinggangnya kini sakit, beruntung ia minum obat, maka ia pun tetap bisa jalan. Ia pun lantas mengeluarkan obat yang dimaksud dan memberikannya kepada dr Kurniawan. “Oh, ini vitamin, oma. Minum aja tidak apa-apa asal makan dulu dan cukup 1 kapsul dalam sehari,” ujar dr Kurniawan. Ket : - Lim Tjoen Nio menerima foto-foto dirinya bersama relawan Tzu Chi pada saat kunjungan kasih terdahulu. Ratna Kumala lantas mengeluarkan sebuah album foto yang dibuat dari barang daur ulang dan memberikannya kepada Oey Hoey Leng. “Oma, coba lihat, ini siapa?” tanyanya. Oma yang kemudian memegang album foto itu pun melihat dirinya sedang berfoto bersama dengan para relawan. Seketika, senyum manis keluar dan wajahnya pun berseri-seri gembira. Lantas, dr Kurniawan pun melihat catatan medis Oma dan kemudian melakukan pemeriksaan medis. Saat ia ditensi, tekanan darahnya 160/100. “Oma cape dan tegang yah?” tanya dr Kurniawan. “Oma mikirin apa? Oma mikirin anak Oma yang di Bali?” tanya Ratna Kumala juga. “Ga, oma ga mikirin apa-apa. Cuma pusing aja,” jawabnya. “Oma, setiap anak itu punya hokinya sendiri-sendiri. Oma jangan terlalu banyak pikiran,” ujar Oey Hoey Leng. Oey Hoey Leng lalu meminta segelas air untuk oma. Dengan sungguh-sungguh, ia memegangi gelas air mineral yang isinya sedang diminum oma. “Mau lagi, oma?” tanyanya. “Udah dulu, cukup,” jawabnya. Oey Hoey Leng pun lalu mengusap-usap dahi oma seperti memberikan kasih sayang kepada mamanya sendiri. Oma lalu berkata kepada Giok, sang anak yang berdiri di samping para relawan. “Ambilin celengan mama yah!” pintanya. Giok pun lantas masuk ke kamar, mengambil celengan bambu, dan memberikannya kepada sang mama. “Ga banyak jumlahnya,” ujar oma. Dr Kurniawan lantas membuka dan menghitung bersama uang yang ada. “Ini saya tambahin lagi,” ujarnya seraya mengeluarkan uang dari dompetnya. “Sudah oma, jangan. Itu buat jajan sehari-hari aja,” jawab Oey Hoey Leng. Namun, oma tetap memaksa dan mengatakan tidak apa-apa. Terharu Oey Hoey Leng menerima pemberian dana untuk Tzu Chi itu. Ket : - Di usianya yang telah 79 tahun, Lim Tjoen Nio tetap mendapatkan cinta kasih dari banyak orang, salah “Oma udah makan belum?” tanya Ratna Kumala tiba-tiba. “Tadi udah minum susu di Cikarang,” jawabnya. “Kalo gitu Oma makan nasi uduk bikinan mamanya Ratna yah. Enak lho,” ujar Oey Hoey Leng. Awalnya oma menolak saat akan disuapi oleh Oey Hoey Leng, namun berkat kesabaran dan ketelatenannya, oma pun mau disuapi dan menguyah beberapa sendok nasi uduk. “Bener enak khan, gurih,” tandas Oey Hoey Leng. Ia pun mengangguk setuju. “Nah Oma, ini obatnya. Jangan lupa cek rutin darahnya,” ujar dr Kurniawan. Oma pun lantas menerima pemberian obat itu dan menyimpannya baik-baik. “Oma, sekarang kita mau pulang. Oma jaga kesehatan. Jangan banyak pikiran,” kata Oey Hoey Leng. Sebelum pulang, tim kunjungan kasih pun kemudian berfoto bersama di ruang tamu keluarga. Saat berfoto, kini senyum bahagia terlukis jelas di wajahnya. Bahkan saat relawan Tzu Chi meninggalkan rumahnya, senyum bahagia itu tetap ada. Sampai ketemu di kunjungan kasih berikutnya, Oma! | |