Para Bodhisatwa Persamuhan sedang menyelami Sutra Makna Tanpa Batas.
Minggu, 14 Januari 2024 menjadi hari yang istimewa bagi insan Tzu Chi Pekanbaru. Selain merupakan hari Pemberkahan Akhir Tahun 2023 sesi relawan, insan Tzu Chi Pekanbaru berkumpul dan bersama-sama menyatukan kembali hati dan tekad untuk terus mendalami ajaran Buddha dan menelusuri jalan Tzu Chi lewat Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra Makna Tanpa Batas merupakan jalan dan semangat Tzu Chi, terdiri dari tiga bab yakni Bab Sifat Luhur, Bab Pembabaran Dharma, dan Bab Sepuluh Jasa Pahala. Sebanyak 146 Bodhisatwa penyelam sutra yang terdiri dari xiao pu sa (relawan cilik) hingga lao pu sa (relawan lansia). Selain relawan komunitas Pekanbaru, relawan Perawang dan Dumai turut menjadi Bodhisatwa Persamuhan.
Lie Mie Kiau, benih pertama Tzu Chi Pekanbaru, karena kondisi kesehatan yang kurang baik sehingga agak jarang mengikuti kegiatan. Namun, ia mengenggam jalinan jodoh untuk menjadi Bodhisatwa Persamuhan “Saya memahami bahwa mempunyai kesempatan untuk menjadi bagian dari Persamuhan Dharma adalah sebuah berkah, jadi saya bertekad, saya harus mempunyai kemauan yang kuat menyemangati diri untuk belajar. Jika di dalam hati setiap orang terdapat keyakinan, maka akan ada kekuatan tekad yang tak ada habisnya,” tutur Lie Mie Kiau yang mengikuti persamuhan dari awal hingga akhir.
Para Bodhisatwa Persamuhan tampak khidmat dan agung memperagakan bait demi bait.
Lie Mie Kiau meneguhkan tekad untuk mengikuti Persamuhan dari awal hingga akhir.
Lie Mie Kiau juga berharap insan Tzu Chi Pekanbaru bisa bersama-sama menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk dengan keyakinan, ikrar dan praktik, seperti zhufu atau pemberkahan yang diberikan oleh Master Cheng Yen kepada seluruh insan Tzu Chi di dunia. Juga menerapkan pola makan nabati dan bersama-sama berbuat kebajikan demi melindungi bumi.
“Saya terkesan dengan lirik lagu Semangat Kemandirian Jing Si, yaitu ‘Sehari Tidak Bekerja, Sehari Tidak Makan’. Ketika saya datang ke Taiwan dan menyaksikan sendiri prinsip ini dilaksanakan oleh Master di Griya Jing Si, saya sangat tersentuh. Prinsip ini sangat dalam, mengajarkan kita untuk menggenggam setiap waktu dan kesempatan untuk membantu orang lain, agar kita tidak menyia-nyiakan waktu yang kita miliki,” kata Kennardy Salim yang bersama ayahnya, Mulyady Salim menjadi penyelam sutra.
Kennardy Salim (tengah) sangat tersentuh akan Semangat Kemandirian Jing Si, yang mana ia mana beliau telah membuktikan sendiri saat kunjungan ke Griya Jing Si Hualien, Taiwan.
Relawan Tzu Chi bersyukur dan berterima kasih kepada Master Cheng Yen yang telah menciptakan dunia Tzu Chi, sehingga dapat berbuat kebajikan menciptakan berkah bagi dunia, dan mendengar Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Relawan juga bertekad untuk mengikuti langkah Master Cheng Yen dari kehidupan ke kehidupan. Harapan ini adalah bentuk dari tekad dan kesungguhan hati relawan, yang amat menyayangi Master Cheng Yen dan berharap dapat terus menjadi murid Master Cheng Yen; berjalan di jalan Tzu Chi; serta turut menyebarkan Dharma ke seluruh dunia bersama Master Cheng Yen.
Para relawan kemudian membentuk formasi Perahu Dharma Tzu Chi, bersama-sama menggaungkan tekad membangun ikrar agung. Bentuk Perahu Dharma Tzu Chi adalah perwujudan kendaraan besar untuk membawa dan menyeberangkan seluruh makhluk menuju pantai kebahagiaan. Tzu Chi mengenal cinta kasih universal, dan karenanya, ikrar agung Tzu Chi tidak hanya mencakup seluruh manusia, melainkan mencakup seluruh makhluk, sesuai dengan kalimat ‘Demi Ajaran Buddha, Demi Semua Makhluk Hidup’.
Sebanyak 146 Bodhisatwa penyelam sutra yang terdiri dari xiao pu sa (relawan cilik) hingga lao pu sa (relawan lansia).
Para relawan dengan penuh ketulusan berikrar untuk terus menyebarkan Dharma untuk menyebarkan Bodhisatwa dunia ke seluruh tempat; bervegetarian dan menyosialisasikan vegetarian sepanjang waktu; menghimpun cinta kasih dari seluruh penjuru; dan dengan kesatuan hati dan keharmonisan mengemban misi Tzu Chi. Ikrar ini akan menemani perjalanan Insan Tzu Chi Pekanbaru dalam mengemban misi-misi Tzu Chi Pekanbaru.
Dharma akan senantiasa berada di dalam hati dan tindakan Insan Tzu Chi Pekanbaru. Persamuhan yang usai tidak menandakan bahwa penyelaman Dharma Insan Tzu Chi Pekanbaru sudah selesai, melainkan menandakan bahwa Insan Tzu Chi Pekanbaru telah menyatukan hati dan tekad, bersama-sama terus menjadikan Dharma dan ikrar yang telah mereka gaungkan sebagai jalan hidup mereka.
Editor: Khusnul Khotimah