Menyatukan Hati dan Tekad di Jalan Bodhisatwa
Jurnalis : Henny (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir, Lily Hermanto, Liani Oei, Augustina (Tzu Chi Medan)Para peserta Pelatihan Relawan Abu Putih ke-2
tahun 2018 di Tzu Chi Medan bersama para mentor bersiap memasuki ruang
pelatihan di lt. 5, Gedung Da Ai, Tzu Chi Medan.
Mengawali pekan kedua bulan Juli 2018, Tzu Chi Medan melaksanakan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-2 tepatnya pada Minggu, 8 Juli 2018. Semangat para relawan yang menjadi panitia sudah tampak sehari sebelumnya saat melakukan persiapan. Kemudian pada hari pelaksanaan, panita juga sudah bersiap sejak pukul 07.00 WIB untuk menyambut relawan abu putih yang akan mengikuti pelatihan. Para peserta yang telah hadir kemudian melakukan daftar ulang dan berbaris rapi dibimbing oleh Duifu (mentor) memasuki ruangan di lt.5 Gedung DaAi Medan.
Setelah seluruh peserta berkumpul, pelatihan ini pun diawali dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen, menyanyikan Mars Tzu Chi, dan membacakan Sepuluh Sila Tzu Chi yang di pandu oleh Dinarwaty sebagai pembawa acara. Salam sambut dari Ketua Kelas Pelatihan, Nelly Tandy pun melanjutkan sesi berikutnya sebelum masuk ke materi pelatihan. Ia menyampaikan beberapa kesepakatan kepada 61 relawan peserta agar pelatihan berjalan dengan lancar serta memberi yel-yel yang diikuti dengan isyarat tangan agar peserta tetap bersemangat selama mengikuti pelatihan.
Salah satu relawan Tzu Chi Medan, Su Pun Wui
membawakan Materi yang Yi Xin Yi Zhi Yi
Fang Xiang kepada para peserta pelatihan.
Setelah mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, pembawa acara menyampaikan tema Pelatihan Relawan Abu Putih ke-2 yaitu “Yi Xin, Yi Zhi, Yi Fang Xiang” (satu hati, satu tekad, satu arah) di Jalan Bodhisatwa Dunia Tzu Chi. Tema ini pun sekaligus menjadi materi yang akan dibawakan oleh salah satu relawan Tzu Chi Medan, Su Pun Wui adalah dalam sharingnya. Ia pun menjelaskan bahwa satu hati adalah hati Buddha yang memiliki empat sifat luhur yang harus dibangkitkan tanpa batas dalam hati kita yaitu cinta kasih yang luas, belas kasih dengan tekad kokoh, sukacita dalam kegembiraan, dan keseimbangan batin dengan penuh rasa syukur. Sehingga kita mampu mempraktekkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kejujuran serta selaras dengan tekad Master Cheng Yen yaitu Demi Ajaran Buddha dan Demi Semua Makhluk Hidup.
Kemudian di akhir sharingnya, Su Pun Wui juga menjelaskan inti dari materi yang dibawakannya adalah menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri, tekad Master Cheng Yen sebagai tekad sendiri, dan peningkatan jiwa kebijaksanaan sebagai arah kehidupan kita. Para peserta kemudian dipersilahkan beristirahat sejenak sembari menikmati makanan kecil yang telah dipersiapkan oleh tim konsumsi sebelum lanjut ke sesi berikutnya.
Juliana (kiri) membawakan materi Xun Fa Xiang You Fa Du dan Shu Tjeng
(kanan) mengkisahkan jalinan jodohnya dengan Xun Fa Xiang.
Memasuki materi kedua, dua relawan Tzu Chi Medan, Juliana dan Shu Tjeng menjelaskan tentang “Xun Fa Xiang You Fa Du” (Menghirup keharuman Dharma dengan Dharma membimbing orang lain). Mereka juga menjelaskan mengapa Master Cheng Yen bersusah payah menyiapkan Xun Fa Xiang dan mengapa kita harus mengikuti Xun Fa Xiang. Rupanya Master Cheng Yen menyiapkan Xun Fa Xiang adalah demi menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan pelatihan diri untuk murid-muridnya. Sebagai penutup sesi ini, Shu Tjeng juga menyampaikan pemahamannya mengenai materi yang disampaikannya. “Seperti pesan Master Cheng Yen bahwa Dharma Buddha tidak akan habis dipelajari, setiap hari saya pelajari dalam hidup saya, juga tidak bisa habis saya pelajari,” jelasnya.
Setelah istirahat dan makan siang, pelatihan ini memasuki materi ketiga yaitu Yi Nian Xin (Sebersit Niat) yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi Medan, Sylvia Chuwardi. Dalam sharingnya, ia menceritakan awal jalinan jodohnya ke Tzu Chi adalah dibawa oleh ibunda mengikuti pelatihan ke Taiwan. Sejak itu dalam pemikirannya berbuat kebajikan dan berbakti kepada orang tua tidak dapat ditunda, sehingga ingin mengajak keluarganya untuk bergabung ke Tzu Chi.
Fitri, salah satu peserta yang sering mengikuti
pelatihan saat memberikan sharing kepada peserta lainnya. Dalam kesempatan ini,
ia pun bertekad akan lebih giat lagi mengikuti kegiatan Tzu Chi.
Menurutnya hidup harus bergerak, sambil belajar dalam berbuat dan sadar melalui pembelajaran, hal yang benar lakukan saja seperti yang selalu Master Cheng Yen sampaikan. “Kita harus memiliki hati murni seperti bayi, sabar seperti seekor unta, berani seperti seekor singa. Biasanya orang mudah berikrar namun sulit mempertahankan ikrarnya karena lupa pada niat awal bergabung di Tzu Chi,” ungkap Sylvia. Kemudian ia juga mengajak peserta pelatihan bersama menyanyikan lagu Yi Nian Xin karena memiliki lirik yang sederhana namun mengandung makna mendalam.
Materi terakhir adalah “Apa itu Zhen Shan Mei?” yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi Medan, Amir Tan. Dalam sharingnya Amir menjelaskan prinsip dasar Zhen Shan Mei adalah Zhen (Benar) sesuai dengan kenyataan yang terjadi, Shan (Bajik) mengandung nilai-nilai kebajikan, dan Mei (Indah) disampaikan dengan bahasa dan kata yang indah. Zhen Shan Mei merupakan salah satu implementasi Misi Keempat dari Tzu Chi yaitu Budaya Humanis. Aspek yang meliputinya pun berupa dokumentasi kegiatan yang dilakuakn relawan Tzu Chi melalui video, foto, dan teks (artikel).
Sebanyak 61 peserta Pelatihan Relawan Abu Putih
ke-2 tahun 2018 di Tzu Chi Medan melakukan doa bersama menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
Sebagai penutup di akhir sesi materi yang ia bawakan, Amir juga mengajak seluruh peserta pelatihan yang bersedia menjadi relawan Zhen Shan Mei untuk bersama-sama merekam jejak langkah Tzu Chi. Hal ini disampaikan karena setiap orang mampu menjalankan fungsi sebagai Zhen Shan Mei sekaligus menjadi relawan Tzu Chi dalam kegiatan lainnya.
Setelah keseluruhan materi yang disampaikan selesai, kegiatan dihentikan untuk beristirahat sejenak dan dilanjutkan dengan sharing para peserta pelatihan. Sharing pertama disampaikan oleh Bennedict. Kegiatan ini adalah pelatihan kedua yang ia ikuti. “Materi yang paling berkesan bagi saya adalah materi yang dibawakan oleh Su Pun Wui yakni Zhe Zhu Gan En Shan Jie Bao Rong (berpuas diri, bersyukur, berlapang dada toleransi),” ungkapnya bersemangat. Kemudian sharing berikutnya disampaikan oleh Fitri yang telah sebelas kali mengikuti pelatihan. Selama ini, Fitri masih kurang bersungguh hati sehingga beberapa waktu lalu tidak aktif di Tzu Chi. “Setelah mendengarkan sharing materi demi materi dalam pelatihan ini, saya pun mencoba bertekad untuk kembali lebih giat mengikuti kegiatan Tzu Chi,” ujar Fitri.
Kemudian sharing peserta yang ketiga disampaikan oleh Inggrid. Selain menjadi relawan, Inggrid juga salah satu karyawan Jing Si Book & Cafe Medan. Selama ini berusaha mengikuti Xun Fa Xiang dengan berangkat lebih pagi dari rumah. “Biasanya berangkat dari rumah pukul enam pagi demi bisa ikut Xun Fa Xiang. Namun karena daerah rumah tinggal saya agak sulit mendapatkan angkutan umum, jadi mengikuti Xun Fa Xiang hanya lima belas menit karena jam 8 saya harus bekerja,” jelasnya.
Setelah sesi sharing selesai, para peserta juga diberikan pesan cinta kasih bahwa pelatihan bukanlah semata-matabertujuan untuk memenuhi syarat untuk menjadi relawan abu logo, namun untuk menambah pengetahuan relawan dalam menjalankan Visi dan Misi Tzu Chi. Setelah menyaksikan kilas balik pelatihan Relawan Abu Putih ke-2 tahun 2018, peserta kemudian berdoa dan melakukan penghormatan kepada Master Cheng Yen untuk mengakhiri pelatihan.
Artikel Terkait
Melatih Diri di Jalan Bodhisatwa
23 April 2018Setiap Tanggung Jawab Merupakan Kesempatan untuk Bertumbuh
20 September 2023Minggu, tepatnya tanggal 3 September 2023, Tzu Chi Batam mengadakan Pelatihan Abu Putih Ke-4 di Aula Jing Si Batam. Di pelatihan ini, relawan Tzu Chi Batam disajikan dengan kisah perjuangan perintisan kantor Tzu Chi di Tg. Balai Karimun dan Selatpanjang.
Menumbuhkan Semangat, Bersukacita Menjadi Bodhisatwa
01 April 2022Master Cheng Yen sering berkata bahwa ketika kita sambil berjalan, hendaknya kita sambil membentangkan jalan agar orang-orang di belakang kita, bisa mengikuti kita berjalan di jalan Bodhisatwa.