Menyatukan Keping-Keping Kehidupan

Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat 2), Fotografer : Mery Hasan (He Qi Barat 2)


Cynthia memandu senam jari. Dengan senam jari ini diharapkan oma opa lebih semangat untuk banyak bergerak.  

Kehidupan bagai keping-keping puzzle yang terkadang porak poranda tanpa gambaran yang nyata. Namun ketika keping-keping itu disatukan akan terbentuk gambar indah dan sempurna. Itulah salah satu pelajaran yang dipetik dari Kunjungan Kasih yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di komunitas He Qi Barat 2 pada Minggu, 4 Agustus 2019.

Kunjungan Kasih ke Wisma Sahabat Baru yang terletak di Duri Kepa, Jakarta Barat ini diikuti oleh 17 insan Tzu Chi, dikoordinir oleh Ami Haryatmi. Wisma ini merawat oma dan opa yang sakit, dari sakit tua, sampai yang lumpuh raganya.

Dalam kunjungan ini tampak beberapa relawan baru. Mereka tak canggung berbagi kasih dan bercanda dengan para oma dan opa. Relawan tidak hanya sekedar menghibur, namun juga memberi manfaat, semangat dan memberikan kepercayaan diri untuk menjalani usia lanjut. Salah satu rasa percaya diri yang diberikan adalah dengan  memberi kesempatan pada Opa Budi untuk memimpin doa. Dengan suara yang lantang, Opa Budi memimpin doa. Opa yang muncul sifat kepemimpinannya ini ternyata dulunya adalah karyawan yang membawahi beberapa orang di suatu perusahaan.

Selesai Opa Budi menutup doa, dilanjutkan dengan Senam Jari dipimpin oleh Cynthia, relawan Tzu Chi. Senam jari diharapkan bisa memberi motivasi oma opa untuk lebih rajin bergerak, agar peredaran darah lancar dan sehat. Kemudian diteruskan dengan memijit tubuh semua oma dan opa.

 

Semua relawan memberikan sentuhan kasih dengan memijit oma dan opa yang tinggal di Panti Wisma Sahabat Baru yang terletak di Duri Kepa, Jakarta Barat.


Terapi daya ingat lewat permainan Fun Math Puzzle.

Setiap Kunjungan Kasih yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi, juga memberikan tambahan manfaat yang lebih berarti. Kali ini tambahan manfaatnya adalah menyegarkan daya ingat dengan permainan Fun Math Puzzle. Fun Math Puzzle adalah permainan dengan menyusun keping-keping gambar dan penjumlahan angka. Hal ini ditujukan agar bisa menyegarkan daya ingat oma opa dan menghambat kepikunan mereka.

Seru sekali permainan yang dipandu relawan seperti Susy dan kawan-kawan tersebut. Tak diduga ternyata oma opa masih sangat cerdas, bahkan para relawan merasa dikalahkan oleh mereka, hal ini membuat suasana semakin seru dan gembira. Salah satu oma yang cerdas dalam menjawab Fun Math adalah Oma Sartiyah. Dia selalu bisa menjawab penjumlahan dengan cepat dan tepat. Sambil bercanda seorang relawan bertanya:” Oma kok pintar sekali hitung-hitungan?”

Jawab Oma Sartiyah: “Saya dulu kan dagang nasi uduk, biasa hitung duit,” jawabnya membuat para relawan tergelak bahagia.

Lalu Oma yang bertubuh mungil ini menyusun puzzle, seraya menceritakan kehidupannya yang penuh suka duka. Gurat-gurat kesedihan terlukis di wajahnya, namun ketika puzzle terakhir berhasil disatukan dibantu oleh relawan, dia tersenyum bahagia.  Oma Sartiyah bahagia karena melihat gambar indah dari keping-keping yang tadinya berserak tidak karuan.

Suatu kebetulan, seusai permainan puzzle datanglah keluarga Oma Sartiyah, putri dan dua orang cucunya. Senyum bahagia semakin mengembang di wajahnya. Pancaran bahagia terlihat begitu sempurna. Dan yang lebih mengharukan adalah saat beberapa oma opa membagikan roti, pisang, kue kepada cucu Oma Sartiyah. Sungguh suatu moment manis yang sangat menyentuh.

 

Puzzle yang telah tersusun sebagai gambaran kehidupan.


Oma Sartiyah berbahagia bersama keluarga yang mengunjunginya.

Beberapa relawan bisa merasakan betapa Oma Opa lainnya juga sangat merindukan keluarganya dan ingin sekali dikunjungi seperti halnya Oma Sartiyah. Di sinilah nyata bahwa  keluarga adalah satuan puzzle yang tidak mungkin dicerai-beraikan. Ketika tercerai berai akan menciptakan gambar porak poranda yang tanpa arti. Namun bila tersusun dalam kesatuan yang rapi, akan hadir gambar indah yang berarti. Demikian juga kehidupan, pahit manis, suka duka bila dilihat satu persatu terasa tanpa makna, namun bila dirasakan dalam satu kesatuan, akan indah pada waktunya.

Melihat potret haru yang hadir dalam Kunjungan Kasih ini, mengingatkan  pada ajaran Master Cheng Yen bahwa: “Dua hal yang tidak boleh ditunda adalah berbuat kebajikan dan berbakti pada orang tua”. Ajaran tersebut mengajak siapapun untuk tidak menelantarkan orang tuanya ke panti Werdha. Tetapi bila hal itu terpaksa dilakukan, maka sebaiknya tetap sering dikunjungi. Seperti putri dan cucu-cucu Oma Sartiyah yang rutin berkunjung.

Dalam bincang singkat, putri oma Sartiyah mengatakan: “Saya terpaksa menitipkan ibu ke panti, bukan karena saya tidak berbakti, tapi karena saya orang tua tunggal dengan kondisi kaki saya yang pernah operasi karena kecelakaan. Saya tidak leluasa merawat ibu yang sakit. Walaupun Ibu di panti, tapi kami sekeluarga berusaha sesering mungkin mengunjunginya,” ungkapnya sedih.

Begitulah, kehidupan dan keluarga adalah sama seperti gambar puzzle yang dipelajari oleh semua yang hadir pada Kunjungan Kasih kali ini. Bila tidak bersatu maka hanya seperti keping-keping  yang berserakan tanpa makna. Namun bila disatukan, niscaya akan indah, bermakna dan bahagia.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -