Menyebar Cinta Kasih di Butala Bangka

Jurnalis : Riani Purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas), Fotografer : Hari Sasongko Septrias A., Riani P., Viny K., Ilham (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas)

fotoDalam pemeriksaan mata ini, para murid diberikan kesempatan untuk memilih sendiri bentuk frame kacamata yang diinginkannya.

 “Perbuatan baik harus diwujudkan dalam tindakan nyata, kebijaksanaan yang tumbuh dari perbuatan baik ini baru benar-benar bermanfaat dalam kehidupan.” (Master Cheng Yen)

 

 

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Mata adalah salah satu indera tubuh manusia yang sangat kompleks dan berfungsi untuk melihat. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun seringkali kurang diperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak dapat diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan. Gangguan penglihatan yang paling sering dialami adalah rabun, dapat berupa rabun jauh atau rabun dekat yang biasanya dialami oleh mereka yang berusia di atas 40 tahun. Penyakit rabun sendiri dapat diatasi dengan menggunakan kacamata.

Dengan mengusung tema kesehatan mata masyarakat, Tzu Chi Perwakilan Sinarmas mengadakan bakti sosial pemeriksaan kesehatan mata dan pemberian kacamata bagi 11 sekolah di Kabupaten Bangka Barat. Budi Shixiong yang merupakan koordinator kegiatan baksos ini telah menyurvei 11 sekolah tersebut terlebih dahulu sebelum akhirnya diputuskan untuk melakukan pemeriksaan. Maka sejak tanggal 20 - 23 September 2011, dilakukan baksos secara marathon oleh 223 relawan.

Kehadiran Tzu Chi Perwakilan Sinarmas dalam menyebarkan cinta kasih di Butala Bangka, turut didukung oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bangka Barat. Terdapat 2 orang pejabat dari Dinas Tenaga Kerja maupun Dinas Pendidikan yang hadir dalam baksos yang berjalan selama 4 hari ini, Widiyandari dan Wahyu. Pemerintah daerah membantu proses baksos agar dapat berjalan dengan lancar dan tepat sasaran. “Kami dari Pemda merasa terbantu dengan adanya bakti sosial ini, karena biasanya masyarakat di sini harus menempuh perjalanan jauh ke Pangkal Pinang apabila mereka mau memeriksakan matanya. Semoga kegiatan seperti ini dapat terus berkesinambungan,” ujar Widiyandari.

foto  foto

Keterangan :

  • Para murid yang ingin memeriksakan mata, membentuk barisan untuk mendaftar di bagian pendaftaran. (kiri)
  • Relawan Tzu Chi mulai menguji ketajaman mata para murid untuk mengetahui berapa ukuran lensa kacamata yang benar untuk murid tersebut.(kanan)

“Kepedulian terhadap masyarakat terdekatlah yang menyebabkan adanya baksos kesehatan ini. Tentunya kami telah melakukan riset terlebih dahulu mengenai bentuk bantuan yang tepat untuk masyarakat dan pemeriksaan kesehatan mata dan pemberian kacamata adalah bantuan yang terbaik. Para murid jarang yang menggunakan kacamata selama ini, namun kita jangan berbangga hati. Mereka memang tampak sehat panca indranya, namun terkadang kesehatan mata kurang diperhatikan. Dan terbukti dari jumlah yang signifikan ketika pemeriksaan telah selesai dilakukan,” ujar S. Shamugham Shixiong yang merupakan Region Controller Bangka-Belitung.

Anak yang Berbakti
Ada seorang remaja putri berusia 13 tahun dari SMPN 1 Kelapa yang sangat menonjol. Putri Aprilia namanya, siswi yang duduk di kelas 7 SMPN 1 Kelapa sejak bulan Juli 2011 ini memiliki prestasi yang bagus di sekolahnya. Ayahnya berprofesi sebagai seorang pembuat mi dan merupakan penduduk asli Kota Bangka, sedangkan Ibu dan seluruh keluarganya merupakan pendatang dari Kota Solo sejak 20 tahun silam. Anak kedua dari 5 bersaudara ini merupakan anak yang berbakti kepada orang tuanya. Putri selalu ringan tangan kala kedua orang tua sibuk bekerja membuat mi. Namun, pernah suatu kali Putri mengeluhkan kepada sang ibunda bahwa matanya agak buram, “Memang Putri bilang kalau matanya agak kabur, tapi setelah saya ditanya lagi, Putri bilang nggak apa-apa. Mungkin dia nggak mau membuat orangtuanya khawatir. Setelah hari ini diperiksa di sekolah sama relawan, baru ketahuan kalau Putri memang ada gangguan mata,” ujar sang bunda.

Jika para siswa ini ingin memeriksakan matanya, mereka diharuskan untuk melakukan perjalanan jauh menuju Ibukota Pangkal Pinang dengan jarak tempuh 2-3 jam jika menggunakan angkutan umum. Tentunya dengan harga yang cukup mahal ini, menjadi salah satu kendala bagi keluarga Putri. Uang pula alasan utama mengapa toko optic hanya berjumlah sedikit di kota besar ini. Dalam kesehariannya Putri harus belajar dengan tidak nyaman untuk mendapatkan nilai yang memuaskan, namun dengan jalinan jodoh yang terjalin inilah, masa depan yang cerah seorang anak kembali terbuka.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan penuh perhatian relawan membimbing dan mendampingi para murid memeriksakan kesehatan matanya. (kiri)
  • Relawan membimbing para murid yang telah diperiksa matanya untuk memilih frame kacamata yang sesuai dan cocok dengan wajah mereka. (kanan)

Sambutan yang hangat pun datang dari Kepala Desa Pangkal Beras Kecamatan Kelapa, M. Ali Rijan. Beliau merupakan tokoh masyarakat terpandang di Kecamatan Kelapa. “Kami sangat bersyukur dengan adanya baksos ini. Memang Bangka sudah memiliki Puskesmas untuk melayani kesehatan, namun optik adalah toko yang sangat langka dan hanya terdapat 1 buah di Pangkal Pinang. Tentunya tidak semua masyarakat dapat menjangkau tempat maupun harga dari sebuah kacamata untuk mengatasi gangguan penglihatan ini,” ungkapnya.

“Untuk menjangkau orang yang tepat dibantu tidaklah mudah. Banyak perihal yang dapat  menyatukan pemberi bantuan dengan penerima bantuan. Maka kami dari sekolah pun hanya berharap bahwa kegiatan baksos dengan Yayasan Buddha Tzu Chi ini dapat terus berlanjut,” ujar guru Bahasa Indonesia dari  SDN Dusun Baginda, Bandiya S.Pd dan Kepala Sekolah SDN 21 Jebus Mukmin. “Mereka yang dibantu adalah anak-anak yang akan mengikuti Ujian Nasional. Tingkat kelulusan tahun pelajaran 2010-2011 hanya 80%. Saya berharap kacamata ini dapat membantu jajaran guru untuk mengajar di kelas dengan lebih baik, dan tingkat kelulusan anak akan bisa mencapai 90 % atau bahkan 100 %,” ujar Kepala SMKN 1, Zaryati.

Charlie, adalah salah satu siswa kelas XII yang akan menempuh Ujian Nasional di tahun 2012. Cita-citanya ingin menjadi seorang sutradara, sebuah mimpi yang diyakininya akan berubah karena impiannya untuk dapat bergabung bersama di barisan para Askeb di Bukit Perak Estate, sebuah sekolah yang memberikan keterampilan pertanian, terletak tepat di samping tanah dari Bukit Perak Estate. “Mata saya minus karena seringnya saya bermain internet. Kadang sejam, kadang dua jam. Ya, harus menabung, baru bisa sewa Warnet,” kata Charlie, “Saya tahu, kalau internet digunakan untuk pengetahuan saya akan menjadi lebih pintar dan berwawasan. Nah di sinilah, saya mendapat kacamata untuk mendukung pembelajaran saya di sekolah.”

“Panca indera membantu para siswa untuk meraih apa yang dicita-citakan. Dengan mata yang sehat, siswa tidak perlu maju ke depan untuk melihat apa yang ditulis gurunya. Ini membantu efektivitas belajar dan ilmu dari sang guru dapat lebih cepat terserap,” ujar Shixiong Jhon Piter. “Dengan terserapnya ilmu dalam jumlah yang banyak, otak anak-anak itu akan dipenuhi dengan ilmu yang akan dapat diterapkan di masa depan,” kata Shixiong Adrian.

Dengan pemeriksaan yang dilakukan selama 4 hari lamanya, sebanyak 1.411 siswa dan guru telah diperiksa dan 307 diantaranya menerima bantuan kacamata. Mereka umumnya mengalami gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kerabunan yang dideritanya. Dampak kepedulian terhadap masyarakat terutama siswa di sekolah dapat mengantarkan kita ke dalam era kehidupan baru yang lebih baik bagi semua orang. Seperti setetes air, itu mungkin tidak berarti. Tetapi bila tetes-tetes air dalam jumlah tak terbatas itu digabungkan, bukan tak mungkin tetes-tetes air itu berubah menjadi samudera yang luas. Sebab kepedulian kita sekecil apapun jika dilakukan secara bersama-sama dan terus-menerus dapat menciptakan perbedaan yang sangat besar di kemudian hari.

  
 

Artikel Terkait

Memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah, yang Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI

Memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah, yang Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI

18 Agustus 2021
Dalam rangka Bulan Tujuh Penuh Berkah yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI, relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Pusat memasak nasi tumpeng mini bernuansa 17 Agustus-an.
Bersukacita Melakukan Daur Ulang

Bersukacita Melakukan Daur Ulang

16 Maret 2011

Sejak pukul 09.00 WIB pada hari Minggu tanggal 20 Februari 2011 di Posko Daur Ulang Tzu Chi Tebing Tinggi telah berkumpul para relawan biru putih, abu putih, dan relawan rompi sebanyak 30 orang. Para relawan tampak begitu bersemangat dalam memilah sampah yang dapat didaur ulang.

Paket Lebaran 2022: Cinta Kasih Tzu Chi di Bulan Suci Ramadan

Paket Lebaran 2022: Cinta Kasih Tzu Chi di Bulan Suci Ramadan

20 April 2022

Relawan Tzu Chi di Komunitas He Qi Barat 1 membagikan 5.300 paket cinta Kasih di dua titik, yakni di Wihara Yan Sen Bio dan Sekolah Dharma Widya, Kec. Neglasari, Kota Tangerang, Banten.

Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat, akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -