Menyebar Cinta Kasih untuk Sesama

Jurnalis : Metasari (He Qi Utara), Fotografer : Thio Verna (He Qi Utara)

fotoPada saat survei dan pembagian kupon beras, keluarga Liem Lit Nio (83) memberikan celengan bambu yang mereka miliki. ”Ini celengan bambunya sudah terisi penuh,” ujar Lin Wan, salah satu anak Lim Lit Nio.

 

 “Memiliki kemampuan dan menggunakannya untuk membantu orang lain adalah wujud rasa syukur. Dengan saling bersyukur dan membantu setiap orang bisa hidup sejahtera dan penuh sukacita.” (Kata Perenungan Master Cheng Yen)

 

 

“Menyebar Cinta Kasih untuk sesama”, kutipan ini yang terpampang di depan spanduk pembagian beras cinta kasih. Cinta kasih sesuatu yang indah yang dapat kita sebar terhadap sesama, tampak melihat perbedaan yang ada. Pada pagi hari itu cuaca sangat cerah, pukul 7 pagi, insan Tzu Chi sudah hadir di lokasi PT. Intilion yang terletak di jalan KH. Moh Mansyur, Jakarta Barat. Hari ini tepat pada tanggal 21 Agustus 2011 akan diadakan pembagian beras cinta kasih, love from Taiwan. Beras cinta dari  Taiwan ini diberikan kepada warga di Kelurahan Tanah Seral, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Diawali dengan pembacaan surat cinta kasih Master Cheng Yen kepada masyarakat Indonesia. “Kepada masyarakat Indonesia yang tercinta,” begitu kalimat pembuka pada kop surat Master Cheng Yen yang dibacakan oleh Adenan Shixiong. Master Cheng Yen sangat mengerti bahwa bantuan beras cinta kasih ini suatu saat akan habis, namun cinta kasih dan rasa syukur yang terkandung di dalamnya akan berlangsung sepanjang masa.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang hadir dalam pembagian beras cinta kasih memberikan sambutannya, “Terima kasih kepada Yayasan Budha Tzu Chi karena turut serta memerhatikan warga tanah sereal.” Fauzi Bowo sendiri sudah sering turut berpartisipasi hadir dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, khususnya di wilayah DKI Jakarta.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebelum beras dibagikan, relawan menyampaikan pesan cinta kasih dari Master Cheng Yen kepada warga.(kiri)
  • Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma memberikan beras kepada salah satu warga di Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat pada tanggal 21 Agustus 2011.(kanan)

Pukul 8 pagi, pembagian beras pun dimulai. Terdapat 178 relawan yang tergabung dalam wilayah He Qi Utara, baik dari Hu Ai Jembatan lima, Jelambar, Angke,Pluit, PIK, dan Sunter. Matahari yang terik pada pagi itu tidak membuat insan Tzu Chi tidak bersemangat, senyuman, sapa, dan salam pun terlontar dari bibir relawan Tzu Chi. Terdapat 3.027 karung beras yang terbagi hari itu. Bukan hanya beras dan minyak goreng yang dibagikan, namun Yayasan Buddha Tzu Chi juga memberikan paket perlengkapan kepada korban kebakaran di wilayah tanah sereal. Kebakaran ini di ketahui pada saat relawan insan Tzu Chi melakukan survei pembagian kupon pada tanggal 14 Agustus 2011. Kebakaran tersebut terjadi pada tanggal 13 Agustus 2011, pukul 10.00 WIB yang menghabiskan 9 rumah di RT 05, RW  14. Inilah jodoh insan Tzu Chi dengan warga tanah sereal.

Jodoh Baik dengan Keluarga Liem Lit Nio
Salah satu warga Kelurahan Tanah Sereal, Ibu Liem Lit Nio (83) yang tinggal di RT 05/RW 15 hidup dengan keluarga besarnya dalam satu rumah. Rumah tersebut ditempati oleh 5 keluarga. Total orang yang tinggal di rumah ini ada 37 orang, dan mereka semua bersaudara. Rumah yang terlihat kokoh dan memiliki ciri khas ini teryata adalah rumah cinta kasih Tzu Chi. Rumah ini telah dibedah oleh Tzu Chi pada tahun 2003. Jodoh baik yang dimiliki keluarga Liem Lit Nio dengan Tzu Chi berawal dari permohonan pengobatan katarak pada mata Liem Nio yang diajukan pada awal tahun 2003, relawan Tzu Chi kemudian berkunjung ke ruma Liem Lit Nio dengan niatan untuk melakukan survei pengobatan. Di saat relawan tiba di sana, saat itu hujan besar, di dalam rumah tetesan air hujan membasahi lantai. Para relawan merasakan bahwa rumah tersebut kurang layak untuk dihuni.  Atap rumah tersebut sudah tidak rapat, dan pondasi rumah yang terbuat dari kayu sudah rapuh. Lantai yang tergenang air dan atap yang bocor membuat semua anggota keluarga tidak dapat tidur saat musim hujan tiba. Dengan jodoh baik yang ada, Yayasan Buddha Tzu Chi kemudian memberikan bantuan perbaikan rumah kepada keluarga Liem Lit Nio.

foto  foto

Keterangan :

  • Warga yang telah memiliki kupon menukarkannya dengan beras (20 kg) dan minyak goreng. Terdapat 3.027 karung beras yang terbagi hari itu. (kiri)
  • Memberi bantuan adalah sebuah sarana mengembangkan cinta kasih dan welas asih setiap insan manusia.(kanan)

Dan ternyata jalinan jodoh baik keluarga ini dengan Yayasan Buddha Tzu Chi masih terus berlanjut. Keluarga Liem Lit Nio juga mendapatkan beras cinta kasih pada hari Minggu, 21 Agustus 2011. “Makasih banyak Emak sama Yayasan Buddha Tzu Chi. Rumah Emakudah dibangun sama yayasan, sekarang Emak dapet beras juga, bener-bener membantu,” ungkap Liem Lit Nio sambil melipat tangannya bersikap anjali.

Sebelum Yayasan Buddha Tzu Chi datang dan mau membedah rumah keluarga Liem Lit Nio, keluarga ini sempat berpikir untuk menjual rumahnya karena tidak ada uang untuk memperbaiki rumah. “Kami sudah berpikir rumah ini ingin kami jual saja, pindah rumah, setidaknya rumahnya tidak seperti mau roboh,” cerita emak mengenang.

Pada saat survei dan pembagian kupon beras, keluarga Liem Lit Nio memberikan celengan bambu yang mereka miliki. ”Ini celengan bambunya sudah terisi penuh,” ujar Lin Wan, salah satu anak Lim Lit Nio. Penuhnya celengan bambu tidak menandakan bahwa keluarga ini berhenti untuk turut bersumbangsih terhadap sesama. “Emak mau lagi celengan bambunya,” pintanya. Rasa ingin membantu sesama tumbuh di dalam hati emak. Tidak hanya mendapatkan bantuan saja, namun rasa untuk membantu sesama pun ada. Melalui celengan bambu— dana kecil, amal besar – berarti kita belajar untuk bersumbangsih. Membantu orang lain adalah wujud dari rasa syukur kita terhadap apa yang kita miliki.

Rasa syukur dalam diri Lim Lit Nio sangat dalam, cinta kasih Tzu Chi yang ia rasakan begitu besar untuk keluarganya. Tidak henti-hentinya ia berterima kasih kepada relawan. “Makasih banyak Emak dapet kiriman beras dari Tzu Chi, makasih banyak,” ucapnya. Rasa syukur yang terlihat di wajah Emak membuat kita berpikir, Emak yang hidup dengan sangat sederhana masih terpikirkan untuk bersumbangsih terhadap sesama. Walupun kemampuan materi yang dimilikinya terbatas, tetapi ia masih mau berdana lewat celengan bambu. Seperti kata perenungan Master Cheng Yen di atas, “Dengan membantu orang lain, berarti kira mewujudkan rasa syukur atas apa yang kita miliki sekarang.”

  
 

Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun: Menguatkan Tekad di Hati

Pemberkahan Akhir Tahun: Menguatkan Tekad di Hati

22 Januari 2016
Sederhana namun bermakna. Inilah kesan dalam Pemberkahan Akhir Tahun yang diadakan Tzu Chi Bali pada 17 Januari 2016. Acara ini diikuti oleh 85 orang relawan dan donatur beserta keluarganya.
Donor Darah di Bulan Penuh Berkah

Donor Darah di Bulan Penuh Berkah

28 April 2023

Kelangkaan pasokan darah sering terjadi saat bulan Ramadan, Tzu Chi Batam mengadakan Aksi Sehat Donor Darah dan berhasil menghimpun 100 kantong darah.

Penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan

Penutupan Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan

25 November 2016

“Selamat pagi Papa Mama dan Xiao Pu Sa,” sapaan bersemangat Vera membuka kegiatan penutupan kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan Kelas Baru 2016. Para murid atau Xiao Pu Sa dan juga orang tua menjawab sapaan Vera tak kalah semangatnya.

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -