Menyebarkan Cinta Kasih Melalui Budaya Humanis

Jurnalis : Triana Putri, Vincent Salimputra, Kelvin Pratama (He Qi Utara 2), Fotografer : Henny Yohannes, Triana Putri, Vincent Salimputra (He Qi Utara 2)

Umi (tengah) mengajarkan gerakan isyarat tangan dengan lagu yang berjudul “Rang Ai Chuan Chu Qu” kepada para peserta. Kesabaran dan ketekunan menjadi kunci keberhasilan dalam mempelajari isyarat tangan.

Pelatihan isyarat tangan (shou yu) kali ini dipandu oleh Variaty dan Umi, koordinator isyarat tangan He Qi Utara 2. Para relawan berlatih isyarat tangan dengan lagu berjudul Rang Ai Chuan Chu Qu. Sebelumnya Variaty mengajak peserta untuk membaca dan mempelajari lirik lagunya.

“Arti dari lagu ini adalah biarkanlah cinta kasih tersebar secara luas. Sebelum belajar, kalian harus belajar lirik lagunya dahulu agar kalian bisa tahu arti dari lirik lagu di dalamnya. Setelah tahu, tentu akan lebih mudah mempraktekkannya,” jelas Variaty. 

Lagu Rang Ai Chuan Chu Qu ini mengajak kita untuk melatih kesabaran dan kelembutan dalam berucap maupun bertindak. Terlebih dalam kegiatan kerelawanan yang kita ikuti, setiap perbuatan kita harus dilandasi dengan hati yang welas asih.

“Lagu ini sangat lembut sehingga dalam gerakan yang kita lakukan juga harus dilakukan secara lembut. Selain melatih gerakan tangan dan ingatan, juga melatih kesabaran kita,” ujar Umi. Hal ini juga termasuk ketika kita memperagakan kata kuai le (kebahagiaan) yang terkandung dalam lirik lagu tersebut, tetaplah harus ditunjukkan melalui gerakan yang lembut dan perlahan. “Gerakan yang dilakukan dalam latihan isyarat tangan, jangan dilakukan terburu-buru, tetapi secara perlahan-lahan, menunjukkan bahwa segala sesuatu tidak dilakukan secara berlebihan,” ucap Hok Lay.

Kesabaran dan ketekunan menjadi kunci keberhasilan dalam mempelajari isyarat tangan. Variaty dan Umi mengajarkan gerakan demi gerakan, mulai dari baris pertama lirik lagu hingga baris terakhir, kemudian mengulangnya kembali hingga beberapa kali agar peserta bisa mengingatnya. Setelah semua gerakan diajarkan, seluruh peserta diajak membentuk lingkaran sehingga mereka dapat saling memperagakan gerakannya dan mengetahui kekurangan dalam gerakan masing-masing.

Para peserta latihan isyarat tangan membentuk lingkaran agar bisa saling memperagakan gerakannya dan mengetahui kekurangan masing-masing. Variaty dan Umi mengajarkan gerakan demi gerakan, mulai dari baris pertama lirik lagu hingga baris terakhir, kemudian mengulangnya kembali hingga beberapa kali agar peserta bisa mengingatnya.

Mendengar, Memahami, dan Berbagi melalui Belajar Bersama 
Latihan isyarat tangan ini berakhir pukul 15.00 WIB, kegiatan berlanjut dengan belajar bersama yang pandu oleh Hoklay. Topik yang dibawakan bertema “Relawan Bertanya, Master Cheng Yen Menjawab”. Hoklay mengajak para peserta untuk ikut mengutarakan pendapat. “Forum belajar bersama ini adalah forum untuk sesama relawan, belajar mengungkapkan pendapat, bukan yang benar atau salah. Semua relawan berhak untuk mengungkapkan pendapatnya,” jelas Hoklay.

Kegiatan belajar kali ini dikemas sedikit berbeda, peserta diminta untuk memilih nomor tertentu yang telah ditampilkan pada layar presentasi. Di balik nomor-nomor tersebut tersimpan berbagai pertanyaan yang pernah diajukan oleh relawan Tzu Chi kepada Master Cheng Yen. Berbekal pengalaman dan kebijaksanaan yang dimiliki, peserta akan berusaha menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu sebelum moderator membuka jawaban yang telah disampaikan oleh Master Cheng Yen.

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan pertama yang dibahas bersama para peserta, yaitu “Seorang relawan yang ingin menjadi murid Master Cheng Yen yang penurut, tetapi dia merasakan kalau semakin mengalah, pihak lawan akan semakin menjadi, membuat marah setiap saat dapat meledak. Relawan itu bertanya apa yang harus dilakukan?”.

Kegiatan belajar bersama He qi Utara 2 ini di pandu oleh Hoklay. Hoklay mengajak para peserta untuk ikut mengutarakan pendapat.

Melalui sharing yang disampaikan, beberapa peserta mengungkapkan bahwa hal ini merupakan bentuk pelatihan diri yang tidak mudah untuk dilakukan. Menjalani kehidupan, kita akan menjumpai berbagai perilaku manusia, maka kita harus menghadapinya dengan penuh kewelasasihan.

Linah salahsatu peserta menjawab, “Tadi pagi saya baru mendengarkan ceramah Bhante Kheminda. Beliau berkata, ‘Sebenarnya kalau ada orang yang seperti ini kesabaran kita akan terasah. Harus selalu melatih diri. Jangan fokus dengan diri kita, ingat dia adalah guru kesabaran kita”. Terkait pertanyaan ini, Master Cheng Yen menjawab: “Kita harus memandang pihak lawan sebagai Buddha atau Bodhisatwa, serta menganggap kondisi sulit yang dihadapi sebagai ujian. Sebagai seorang yang menekuni ajaran Buddha, sudah seharusnya tidak boleh marah kepada Buddha atau Bodhisatwa.

Hoklay membacakan pertanyaan kedua yang dipilih oleh peserta, “Bagaimana kita dapat memahami dan memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan orang tersebut?”. Beberapa orang peserta mengungkapkan sering kali dalam memercayai seseorang untuk diberikan tanggung jawab, kita merasa ragu.

Perasaan yang sama dirasakan oleh Youmi, namun Youmi akan cermat menilai kemampuan orang terlebih dahulu. “Kita harus memberikan tanggung jawab kepada orang tersebut. Namun, harus bijaksana dan cermat dalam menilainya. Apabila ketemu orang tersebut, kita harus cepat genggam,” ucap Youmi.

Linah salahsatu peserta yang hadir mengutarakan pendapatnya dalam belajar bersama. Linah belajar untuk selalu melatih diri dengan kesabaran dan kewelasasihan.

Hoklay memberikan jawaban dari para peserta dengan mengumpamakan kemauan dan kemampuan seseorang yang berlatih menulis kaligrafi. “Apabila kita mempunyai kemauan dan kemampuan, kita harus selalu mengasah kemampuan kita. Misalnya, kita tidak mempunyai bakat untuk menulis kaligrafi. Tetapi kita selalu mengasah kemampuan kita, maka suatu saat kita akan melebihi orang yang mempunyai bakat, tetapi tidak pernah mengasah bakatnya,” ucap Hoklay. Isi jawaban Master Cheng Yen terkait masalah ini setiap orang hendaknya diberikan kesempatan agar kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dapat dipergunakan dengan baik.

Pertanyaan terakhir “Mengapa kita harus bekerja keras, padahal kita tidak tahu hari esok atau ketidakkekalan yang akan datang terlebih dahulu menjumpai kita?”. Rusni mengangkat tangannya untuk menjawab, ”Kita harus menggenggam setiap kesempatan dan harus menciptakan berkah dengan berbuat baik sebagai bekal kita apabila suatu saat menghadap Yang Kuasa.”

Terkait pertanyaan ini, Master Cheng Yen menjawab, “Hendaknya untuk menghadapi ketidakkekalan itu kita harus menjalankannya dengan cara aktif bukannya pasif. Master Cheng Yen  membimbing kita agar tekun bekerja dan melakukan perbuatan baik sehingga kita dapat terus-menerus menanam benih-benih kebaikan.

Kesan Pertama Para Peserta
Selain diikuti oleh sejumlah relawan yang rutin berpartisipasi, ada beberapa relawan yang baru pertama kali berpartisipasi dalam kegiatan ini. Para peserta sangat antusias mempelajari gerakan isyarat tangan maupun aktif berpendapat dalam belajar bersama.

Para peserta yang mengikuti belajar isyarat tangan dan belajar bersama berkesempatan untuk foto bersama dengan para relawan Tzu Chi yang membimbing setelah mengikuti kegiatan belajar bersama.  

Anthony yang baru mengikuti sosialisasi relawan Tzu Chi mengatakan sangat terkesan dalam pelatihan dan belajar bersama ini. “Saya sangat terkesan dengan acara belajar bersama ini. Menambah wawasan dan pengetahuan saya,” ucap Anthony.

Perasaan yang sama juga diraskan oleh Jenny Leo yang merasa gembira bisa melupakan rutinitas sejenak saat mengikuti kegiatan secara tatap muka. “Saya merasa enjoy dan hati saya gembira bisa ikut shou yu. Meskipun sedikit susah bagi pemula, tetapi dengan berlatih bersama, saya merasa happy. Banyak hal baru yang bisa kita dapatkan dari mengikuti shou yu dan bedah buku, melatih daya ingat dan membina diri,” jelas Jenny.

Hal serupa juga diungkapkan Ksanti yang tertarik belajar shou yu karena suka belajar pengalaman baru, terutama yang berhubungan dengan seni. “Ketika saya belajar shou yu Rang Ai Chuan Chu Qu, saya merasa termotivasi dan menjadi lebih semangat menyebarkan cinta kasih ke orang sekitar. Apalagi saya memang suka belajar banyak hal baru, terutama yang berhubungan dengan musik,” ujar Ksanti.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019: Belajar Memaknai Hidup Lewat Penampilan Isyarat Tangan

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019: Belajar Memaknai Hidup Lewat Penampilan Isyarat Tangan

14 Januari 2020
Rangkaian acara dalam Pemberkahan Akhir Tahun 2019 di Tzu Chi Indonesia, Minggu 12 Januari 2020 diselingi beberapa penampilan isyarat tangan Sutra Makna Tanpa Batas. Penampilan isyarat tangan ini membuat suasana pemberkahan terasa hangat namun tetap penuh makna. 
Berbagi Kasih, Memberi Kebahagian

Berbagi Kasih, Memberi Kebahagian

17 Maret 2015 Relawan Tzu Chi melakukan kunjungan pertama ke panti Asuhan Muhammadiyah PCM Kembangan. Panti ini mengasuh 36 anak. 18 anak di antaranya tinggal di panti dan sisanya adalah anak-anak tidak mampu yang tinggal di sekitar panti yang dirujuk oleh organisasi dari cabang Muhammadiyah di Jakarta Barat
Membabarkan Dharma Melalui Drama

Membabarkan Dharma Melalui Drama

08 September 2014 Pementasan drama diawali dengan Gatha Pembuka Sutra. Drama ini mengingatkan kembali para penonton kepada Sutra Buddha tentang budi agung orangtua yang sangat sulit untuk kita balas.Dalam salah satu bab menceritakan bagaimana setelah dibesarkan, anak mulai membangkang dan nakal.
Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -