Menyelami Ajaran Jing Si
Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Sjukur Zhuang (He Qi Utara) Pada tanggal 4 Oktober 2012 diadakan “Malam Ramah Tamah dan Gathering Bedah Buku Indonesia” yang diikuti sebanyak 44 orang relawan dari berbagai daerah |
| ||
Momen yang sangat berharga dan langka ini dipergunakan untuk bersama-sama menambah jiwa kebijaksanaan para relawan-relawan yang telah tiba atau menginap di Aula Jing Si dengan tema menyelami dan mewariskan ajaran Jing Si. Antusiasme yang tinggi tampak dari acara ini yang dihadiri oleh 44 orang peserta bedah buku dari berbagai daerah, seperti: Malang, Medan, Tebing Tinggi, Pekanbaru, Pematang Siantar, Surabaya, dan lain-lain yang dapat mengikuti acara yang dipandu oleh Sudarno Shixiong, yang membuka acara dengan pada pukul 19.18 WIB dengan penuh khimad. “Kerjakan dengan benar dan lakukan dengan benar pula” menjadi acuan landasan pencetakan buku-buku Jing Si di Indonesia demikian Sudarno Shixiong yang bertindak sebagai pemandu acara membuka bedah buku malam ini. Manager PT. Jing Si Indonesia ini mengatakan Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan ajaran kebenaran yang dapat diwariskan dengan buku-buku yang diterbitkan. Sudarno shixiong mengatakan meski buku 20 kesulitan dalam kehidupan sudah dicetak 10.000 eksemplar, namun PT. Jing Si menyadari pentingnya Dharma Master Cheng Yen agar dapat berkembang disebarluaskan kepada masyarakat luas, maka tgl 5 Oktober telah diresmikan Jing Si Books & Café Pantai Indah kapuk,, yang merupakan toko buku ketiga yang diresmikan tahun ini. Su Shixiong demikian sapaan akrabnya kemudian memperkenalkan Andy Wang Shixiong yang diserahkan tanggung jawab membantu penerbitan buku-buku Jing Si di Indonesia. Andy Wang Shixiong mempromosikan sebagian buku-buku Jing Si yang diterbitkan pada tahun 2012 (Januari 2012 – Dharma Master Cheng Yen bercerita, Feb 2012 – Bulu emas yang hilang, Juli 2012 – Pedoman Guru Humanis dan tanggal 7 Oktober penerbitan buku bergambar yang berjudul Membeli Kebijaksanaan.) Dengan lebih banyak buku-buku Dharma Master Cheng yen yang diterjemahkan maka diharapkan dapat meningkatkan kebijaksanaan para insan Tzu Chi khususnya. Karena waktu berlari dengan cepat dan semuanya akan berlalu. Kita harus dapat menggengam setiap kesempatan yang ada “Hidup manusia tidak kekal, bersumbangsihlan pada saat Anda dibutuhkan dan lakukanlah selama Anda masih bisa melakukannya,” demikian kutipan kata perenungan Master Cheng Yen.
Keterangan :
Suasana ketegangan para peserta bedah buku sontak menjadi cair dengan nyanyian lagu yang dibawakan oleh Po San Shixiong. “Di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang. Mengapa kita senang?” Demikian koordinator bedah buku He Qi Utara ini menanyakan para hadirin. Seorang relawan dari Padang mengatakan, “Saya senang bisa berkumpul dengan banyak relawan”. Benar Master Cheng Yen sering berkata bahwa kita dapat bertemu di Tzu Chi karena ada ikatan jalinan jodoh baik di kehidupan sebelumya. Oleh karena itu, kita haruslah mengenggam jodoh baik ini dan senantiasa bersyukur. Namun yang dikhawatirkan oleh Master Cheng Yen adalah apabila Kebijaksanaan murid-muridnya tidak berkembang. Didalam ceramah-ceramah Master Cheng Yen yang sering disiarkan oleh DAAI TV, kita sering mendengarkan bahwa berkah dan Kebijaksanaan hendaknya berkembang bersamaan. “Melakukan kegiatan-kegiatan Tzu Chi adalah pelatihan diri keluar dan mengikuti bedah buku adalah pelatihan diri ke dalam”. Buku Lingkaran keindahan adalah buku kegemaran Po San Shixiong, sebab cerita-cerita di buku ini adalah kisah nyata dan tidak menyebabkan kantuk. Shixiong memiliki senyum khas ini mengaku dulu tidak gemar membaca buku. “Shixiong Shijie, saat ini kita harus gemar membaca buku Master agar dapat bertemu lagi sebab bila tidak mau membaca buku-buku Jing Si, saya jamin kita tidak dapat bertemu dengan Master Cheng Yen dalam kehidupan berikutnya,” ujar Lim Ji Shou Shixiong, relawan asal Malaysia melanjutkan diskusi yang penuh inspiratif ini. Beberapa peserta tampak tertegun dengan pernyataannya ini. Ji Shou Shixiong menegaskan Bedah buku bukan menjadi kegiatan Tzu Chi tetapi harus menjadi kewajiban bagi insan Tzu Chi untuk melakukannya. Hal inilah yang dilakukan oleh para relawan Malaysia sehingga mereka menjadi berkembang dengan pesat dan sifatnya disiplin. “Disiplin berasal dari kata Disciple (Murid). Jadi sebagai murid Master Cheng Yen hendaknya kita membina sifat disiplin dalam membina diri di jalan bodhisatwa ini. Dharma bagaikan air yang dapat membersihkan noda-noda batin manusia, mengikuti bedah buku juga dapat menambah jiwa kebijaksanaan. Kita harus senantiasa belajar dalam hidup sebab dari belajar, kita akan mendapatkan sesuatu dan kemudian merasakan perubahan diri menjadi lebih positif. Menyucikan batin sendiri adalah lebih sulit, “Musuh terbesar adalah diri sendiri” Jadi kita harus dapat mengalahkan semua hambatan-hambatan yang merintangi jalan menuju pencerahan. Semua ini harus dipraktikkan secara nyata (Ehipassiko) sehingga mampu menginspirasi orang lain untuk sama-sama menebarkan cinta kasih universal dengan melakukan banyak kebajikan di Tzu Chi. | |||