Menyelami dan Mewariskan Ajaran Jing Si

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Ridwan (He Qi Utara), Teddy Lianto
 

fotoWen Yu Shijie memberikan kata sambutan saat acara Sosialisasi Bedah Buku dimulai. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 13 November 2011 di Jing Si Books & Cafe Pluit, Jakarta Utara.

Dear Shixiong-Shijie,
Luangkan waktu Anda dan genggamlah kesempatan langka dan pertama kalinya ini!
Menjadi Relawan Tzu Chi Komunitas Bedah Buku: Menyelami dan Mewariskan Ajaran Jing Si, sekaligus turut menyebarkan atau berdana Dharma melalui jaringan sosial terbesar dan paling berpengaruh di dunia saat ini. 

 

Pesan berupa undangan ini sejak beberapa minggu yang lalu telah menyebar di internet, khususnya melalui jaringan sosial Facebook. Setiap relawan yang memiliki account Facebook pasti menerima undangan tersebut. Minggu, 13 November 2011, di Jing Si Books & Cafe Pluit, adalah waktu dan tempat diselenggarakan kegiatan ini. Kegiatan yang dimotori oleh Sjukur Zhuang Shixiong dan dikoordinir oleh Posan Shixiong ini bertujuan mengajak setiap orang untuk selain mengikuti Bedah Buku, juga bisa menjadi Relawan Bedah Buku. Relawan yang hadir mencapai 95 orang, berasal dari He QiUtara, Barat, Timur, Selatan, dan ada juga yang datang dari luar kota, yaitu Singkawang.

Acara dimulai pukul 08.30 WIB, namun sejak pukul 07.00 WIB para relawan sudah berdatangan. Di lantai satu terlihat jejeran notebook yang dioperasikan oleh para relawan dari He Qi Utara. Absensi kali ini tidak seperti biasanya, memakai kertas dan pulpen, tetapi langsung di-input ke dalam komputer sehingga dapat menghemat sumber daya kertas dan waktu pengerjaan. Di lantai dua, para peserta disambut hangat oleh beberapa relawan penyambutan. Di sebelah kiri ruangan terlihat jejeran notebook yang lebih panjang, dimana notebook ini digunakan oleh panitia untuk mensosialisasikan dan praktik langsung bagaimana cara membuat dan mewariskan Ajaran Jing Si dengan menjadi Relawan Tzu Chi Bedah Buku Komunitas (TCBBK).

Membina Kebijaksanaan
Acara dimulai dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen. “Bedah buku adalah sebuah cara untuk menambah kebijaksanaan kita,” ujar Amelia Devina Shijie sebagai pembawa acara, dan mengajak peserta menyanyikan lagu pertobatan “Yi Xing Yuan Ming Zi Ran”. Wen Yu Shijie dengan senyum khasnya yang selalu terlihat bahagia, saat itu juga hadir memberi kata-kata sambutan. “Saya sangat terharu dan gembira, karena tim bedah buku sangat yong xin (bersungguh hati) menyelenggarakan acara ini, bertujuan agar semua orang dapat menyelami Dharma. Guru kita (Master Cheng Yen) khawatir kita hanya xiu fu bu xiu hui, hanya membina berkah tapi tidak membina kebijaksanaan. Marilah kita mengikuti bedah buku, membaca buku-buku Dharma dengan memakai hati, mendengar Dharma, dan juga berteman dengan orang yang ada Dharmanya. Banyaknya buku-buku Master Cheng Yen yang sudah diterjemahkan membuat saya merasa Tzu Chi Indonesia penuh dengan harapan.”

foto  foto

Keterangan :

  • Salah satu tim relawan bedah buku juga menyampaikan sharingnya mengenai komunitas bedah buku yang diikutinya. (kiri)
  • Peserta yang hadir menyimak dan mencatat setiap poin-poin penting yang diutarakan dalam kegiatan bedah buku ini. (kanan)

Setelah itu, Hendry Zhou Shixiong memberi sharing dengan tema “Mengapa Harus Bedah Buku?” Hendry Shixiong memperlihatkan beberapa gambar yang bila diperhatikan, ternyata ada dua perspektif yang berbeda. “Mengapa bisa berbeda? Karena perbedaan sudut pandang. Oleh karena itu kita perlu bergabung di bedah buku, sama-sama meluruskan hal-hal yang kurang jelas. Itulah perbedaan baca buku dengan bedah buku,” tuturnya. “Mari kita maju selangkah lagi, jangan hanya ikut bedah buku, tapi juga menjadi relawan bedah buku. Dengan mengikuti bedah buku, berarti kita mendapatkan ilmu, makin bijaksana. Kalau kita mau bijaksana sendiri, apakah itu bijaksana? Tidak. Karena Master Cheng Yen berkata, selain zi du (membimbing diri sendiri), kita juga harus du ren (membimbing orang lain). Fa mai yao xiang chuan, harus saling mewariskan Dharma. Kita mendapat manfaat dari membaca buku-buku Master Cheng Yen, Master sudah bekerja keras demi kita murid-muridnya, kita tentu harus bisa membalas budi Master. Dengan mengikuti bedah buku, kita seperti bertemu Master. Dengan menjadi relawan bedah buku, kita telah mewariskan ajaran Master, membantu orang lain untuk mengerti ajaran Master dan menambah kebijaksanaan.”

Sharing dilanjutkan oleh Kumuda Yap Shixiong dengan tema “Dharma Sebagai Penuntun Hidup.” Menurut Kumuda Shixiong, hidup tanpa mengenal Dharma sungguh berbahaya. “Ada orang yang bilang bahwa hidup itu untuk mengumpulkan materi, prestasi, harta, dan lainnya, tapi itu semua ditinggalkan Pangeran Siddharta. Mengapa Dharma begitu penting, Dharma bisa menghapus pandangan salah kita, karena ini adalah akar yang membuat manusia selalu berputar dalam alam samsara,” katanya. “Bila berada di jalan Tzu Chi tapi tidak mendalami ajaran Jing Si, ibarat orang buta yang memegang lentera. Ajaran kebenaran di depan mata, tapi tidak bisa melihat cahaya lentera. Bila tertabrak orang lain, malah akan marah-marah, juga tidak menyadari ternyata cahaya lentera yang dipegang sudah padam.” Kumuda Shixiong selalu memaparkan Dharma dalam kalimat dan contoh yang sangat mudah dipahami, membuat setiap peserta mendengar dengan penuh perhatian dan rasa ingin tahu. “Karena jalinan jodoh dengan Buddha, maka ada murid Buddha, seperti halnya saat ini kita berjodoh dengan Master Cheng Yen sehingga menjadi muridnya. Hendaknya kita bisa menjadi mata dan telinga Master, senantiasa berada di tempat terang, belajar Dharma, berkembang dari waktu ke waktu, sehingga bisa berjodoh kembali dengan Master ketika beliau bermanifestasi kembali. Dibandingkan dengan orang yang tidak berkesempatan belajar Dharma, kita yang berkesempatan belajar Dharma berkahnya luar biasa.”

Po San Shixiong, komite dan Koordinator Bedah Buku He Qi Utara juga sharing mengenai sejarah bedah buku He Qi Utara. “Bedah buku awalnya dari Ji Shou Shixiong dan Livia Shijie. Pada saat pertama kali bedah buku hanya dihadiri oleh lima orang peserta.” Setelah sekian lama membawakan kegiatan bedah buku, Po San Shixiong pernah berniat untuk mundur dan mencari pengganti. Namun niat itu akhirnya diurungkan setelah mendengar bahwa Master Cheng Yen yang telah bekerja selama puluhan tahun saja tidak pernah mengeluh apalagi berniat mundur dan mencari pengganti. “Master tidak sendiri, kita semua relawan bedah buku akan terus mewariskan ajaran Jing Si. Ini bukanlah akhir, tapi merupakan awal, sehingga ajaran Jing Si bisa menyebar lebih luas lagi. Saat ini sudah banyak kegiatan bedah buku di setiap komunitas, semoga bisa mewariskan ajaran Jing Si sedalam-dalamnya. Gan en kepada semuanya,” ucap Po San Shixiong yang selalu bertutur kata lembut mengakhiri sharingnya.

Datang, Lihat, Rasakan dan Buktikan
Selanjutnya, Wahyuni Shijie, relawan yang aktif dalam kegiatan bedah buku membawa materi dengan tema “Ehipassiko : Datang, lihat, rasakan, dan buktikan sendiri.” Menurut Wahyuni Shijie, Tzu Chi adalah sarana pelatihan diri. Mengikuti kegiatan Tzu Chi adalah pelatihan ke luar, sedangkan bedah buku adalah sarana pelatihan ke dalam. “Bedah buku bisa memperluas sudut pandang. Setelah mengikuti bedah buku, saya belajar dan kemudian berlatih. Dharma Master dapat memberi kita motivasi dan semangat serta bersyukur. Kita juga bisa belajar sharing, belajar dari pengalaman orang lain tanpa perlu mengalaminya sendiri.”

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan yang belum bergabung dalam facebook bedah buku komunitas dapat langsung mendaftar di counter yang telah disediakan. (kiri)
  • Melalui jaringan sosial facebook bedah buku komunitas, para relawan dapat mengetahui berita-berita terbaru mengenai kegiatan bedah buku.(kanan)

Setiap ucapan dari Shixiong Shijie yang memberi sharing terasa sangat menarik karena sangat dalam dan penuh makna. Mengikuti bedah buku ternyata memang sangat penting dan tidak bisa ditunda-tunda. Terlebih lagi bila dapat ikut serta dan aktif menjadi relawan bedah buku, mewariskan ajaran Jing Si, ini adalah berkah yang luar biasa. Bagaimanakah caranya? Tim bedah buku memaparkan langsung dan sharing mengenai apa saja dan bagaimana caranya mewariskan ajaran Jing Si seperti yang telah mereka lakukan selama ini. Di antaranya ada Sjukur Zhuang Shixiong, mensosialisasikan bagaimana cara menjadi anggota Group dan Page Tzu Chi Bedah Buku Komunitas (TCBBK) melalui jaringan sosial Facebook. “Dengan bergabung di group TCBBK, kita akan mendapatkan manfaat bedah buku, kita bisa ‘mengikuti’ acara bedah buku kapanpun kita mau walaupun tidak hadir.” Sjukur Shixiong juga memperkenalkan Bedah Buku e-mobile, dimana isinya yang berupa foto-foto, video, intisari, artikel dan informasi lainnya dapat kita akses secara mobile.

Sharing mengenai foto dan video dibawakan oleh Stephen Ang Shixiong. “Ada tiga jenis foto dalam bedah buku, yaitu foto materi, foto peserta, dan foto kegiatan.” Stephen Shixiong yang biasanya memang aktif di 3in1 ini memperlihatkan slide demi slide berisi foto-foto dalam kegiatan bedah buku selama ini, kemudian menjelaskan manfaat foto dan video dari kegiatan bedah buku. Sebagian peserta tanpa sadar tersenyum sendiri ketika melihat fotonya terpampang di slide. Suasana terasa agak rileks dan hangat oleh senyuman para peserta, terutama ketika Stephen Shixiong mengajak semua peserta untuk saling melihat dan memberi senyuman kepada orang yang duduk di samping. “Nah, semuanya tersenyum, terlihat sangat indah kan,” ujarnya juga dengan senyum.

Mei Hui Shijie, salah satu relawan bedah buku yang aktif menulis Intisari membawakan  materi mengenai Intisari. “Intisari Bedah Buku adalah catatan materi, sharing pembicara, dan sharing peserta bedah buku. Ada banyak manfaat dari Intisari, dengan menjadi penulis Intisari berarti kita telah menjadi pencatat sejarah, selain memahami materi secara lebih mendalam, juga membantu menyebarkan Dharma dan mewariskan ajaran Jing Si.” Mei Hui Shijie juga menegaskan Intisari bukan ditulis oleh orang-orang tertentu saja, tetapi semua orang boleh mencatat dan menulis Intisari. Contohnya Lina Lukman Shijie yang sharing pengalamannya dalam menulis Intisari. Dari tidak mengenal komputer hingga bisa upload sendiri melalui Facebook, ini semua tak lain karena tekad yang kuat sehingga timbul kekuatan. Makin hari tulisan Lina Shijie juga semakin bagus.   

Foto, Video, Intisari, Undangan, Bedah  Buku e-mobile, kesemua itu terangkum ke dalam yang namanya Jejak Kegiatan Bedah Buku (JKBB). Ayo, mari menjadi relawan bedah buku, saat ini sudah terdapat lebih dari 20 relawan yang aktif bergabung dalam tim relawan bedah buku. Mari mencatat, menyebarkan, dan wariskan ajaran Jing Si, menjadi pencatat sejarah dan pelindung Dharma, selain itu juga berdana Dharma. Pemberian Dharma mengalahkan segenap pemberian lainnya, dari semua dana, dana Dharma-lah yang tertinggi.

Di akhir acara, ketua Yayasan Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei Shijie memberikan pesan cinta kasih. Beliau merasa sangat gan en atas sumbangsih relawan selama ini. “Master menulis buku yang memberi pelajaran kebijaksanaan kepada kita, Master menginginkan kita bukan hanya membaca, tapi juga mendalami dan mewariskannya, oleh sebab itu bedah buku ini sangat penting. Benih-benih bukan saja dinikmati kita sendiri, tapi kita tanam, jaga, dan beri pupuk sehingga bisa tumbuh berkembang dan kita wariskan secara meluas, sehingga makin banyak yang bertumbuh kebijaksanaannya. Gan en kepada relawan yang telah bersumbangsih tanpa suara, semoga hasilnya bisa memberi kita kebijaksanaan. Gan en.”

 


Artikel Terkait

Kebersamaan di Bulan Suci Penuh Berkah

Kebersamaan di Bulan Suci Penuh Berkah

14 Juni 2019

PT. Intisumber Bajasakti (PT. ISBS) mengadakan acara buka puasa bersama untuk seluruh karyawannya, Muslim maupun nonMuslim, yang diadakan pada hari Sabtu, 11 Mei 2019 di kantor Cikupa dan 18 Mei 2019 di kantor Cibitung. Total sebanyak 246 karyawan hadir dalam dua acara ini.

Menggalang Hati Melalui Bazar Cinta Kasih

Menggalang Hati Melalui Bazar Cinta Kasih

19 Oktober 2018
Pada Minggu, 14 Oktober 2018, Tzu Chi Medan mengadakan Bazar Cinta Kasih untuk menggalang dana pembangunan Kantor Yaysan Tzu Chi Medan. Dalam kegiatan ini juga diadakan pula penggalangan dana untuk korban gempa dan tsunami di Palu dan Dongala, Sulawesi Tengah.
Akhirnya Aku Bisa Dioperasi

Akhirnya Aku Bisa Dioperasi

14 Desember 2010 Namaku Muhammad Fauzan. Aku berusia 1,5 tahun. Pagi ini aku bersama ayah (Jandes Hanafi) sedang berada di SMA Negeri 1 Padang. Pagi ini, aku datang untuk mengobati penyakitku. Sebetulnya selama ini aku tidak merasa sakit, hanya cukup repot saat hendak makan. Tapi menurut ayah, sejak lahir ke dunia aku memiliki kekurangan di bagian bibirku.
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -