Menyelami Dharma di Hati
Jurnalis : Lisda (He Qi Utara), Fotografer : Sjukur Zhuang (He Qi Utara) Di Tzu Chi kita merasa senang saat datang menjadi relawan, dan kita harus senantiasa bersukacita dalam mengemban setiap misi-misi Tzu Chi. |
| |
Hendry Chayadi adalah seorang penerjemah Ceramah Master Cheng Yen dalam program Sanubari Teduh yang disiarkan DAAI TV Indonesia setiap hari Sabtu dan minggu pada pukul 06.30 WIB. Sejak 4 Juli 2010, pertama kali Sanubari Teduh ditayangkan di Indonesia, ia menjadi orang yang lebih dahulu mendengar dharma Master Cheng Yen itu, sebelum tayangan tersebut disiarkan kepada para permisa DA AI TV di Jakarta dan Medan. Tema yang dibahas malam hari itu adalah “Menyelami Dharma di Hati“. Hendry mengatakan ia tidak sendiri menjadi pembicara malam itu, ia mengajak Master Cheng Yen hadir melalui tayangan-tayangan Ceramah Master Cheng Yen. Dalam bedah buku malam tersebut dikatakan, Master Cheng Yen ingin kita semua bertobat, semua makluk hidup diliputi kekeruhan yang tebal, kekeruhan noda batin, kekeruhan pandangan, kekeruhan makhluk hidup dan kekeruhan usia. Siapa yang tak pernah melakukan pelanggaran dan siapa yang tak pernah melakukan kekeliruan? Dimana-mana manusia selalu bertikai, rumput dianggap musuh, tidak ada saling percaya satu sama lain dan selalu saling mencurigai. Manusia selalu bertindak bodoh akibat diliputi kegelapan batin. Awal dari kegelapan batin adalah ketidaktahuan hingga membuat kita selalu berbuat kesalahan, menciptakan karma dan harus menerima buah karma itu sendiri . ‘’Yang pertama dari sepuluh tingkatan Bodhisatwa adalah tingkatan sukacita. Apa yang membuat kita menjadi tidak sukacita? Apakah ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, keraguan?“ tanya Hendry kepada para peserta. Tentu saja pertanyaan tersebut tidak mudah untuk dijawab. “Master Cheng Yen ingin kita sebagai insan Tzu Chi selalu menyelami dharma dan beliau sangat khawatir pada insan Tzu Chi yang setengah hati dalam menyelami dharma. Kita harus mau bertobat dengan air dharma, menyucikan hati kita dari kekotoran batin, senantiasa berlindung pada dharma, menyelami kitab suci dan menumbuhkan kebijaksanaan bagai samudra,” kata Hendry menjelaskan. Berikutnya Hendry menayangkan gambar seorang bayi yang tersenyum, namun kemudian bayi itu menangis. “Di Tzu Chi ketika kita datang dan menjadi relawan, kita sangat senang dan bahagia, namun ketika diberikan tugas untuk mengemban tanggung jawab, hati kita mengeluh, merasa berat dan merasa waktu kita akan banyak tersita. Empat puluh lima tahun sudah Master Cheng Yen menjalankan visi dan misi Tzu Chi. Di hati Beliau tidak pernah mengenal kata mengeluh dan tidak pernah mengenal kata lelah,” tegas Hendry. Master Cheng Yen tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri, karena beliau hanya menyediakan waktu untuk melakukan kebajikan. Dimulai pukul 03.45 pagi, beliau sudah bangun dari tidurnya dan bersiap diri untuk membabarkan dharma kepada murid-muridnya. Di larut malam ketika kita sudah tertidur lelap, beliau masih harus menyiapkan tugas -tugas kemanusiaan yang sudah menantinya. “Pengorbanan Master Cheng Yen begitu besar. Kita sebagai insan Tzu Chi harus mau membantu dan membalas budi beliau. Jika kita (saat ini) menjadi seperti gambar bayi yang menangis tersebut, maka kita harus segera kembali menjadi bayi yang tersenyum,” ajak Hendry dengan penuh semangat.
Keterangan :
Bervegetarian Di hadapan para peserta bedah buku, Hendry juga memberikan sharingnya tentang vegetarian. Ketika ia diberi tugas sebagai penerjemah, ia merasa belum nyaman karena belum bervegetarian. Dulu, semua foto-foto staf penerjemah Ceramah Master Cheng Yen di Indonesia diperlihatkan di Taiwan, termasuk foto dirinya. Ketika ditanyakan apakah sudah bervegetarian, ia yang belum bervegetarian berjanji akan melakukannya. Lalu saat itu timbullah keinginannya untuk makan makanan non vegetarian untuk terakhir kalinya dan setelah itu ia berjanji dalam hati untuk bervegetarian. Namun esok harinya tetap saja ia makan makanan non vegetarian. Ia berpikir mana ada orang yang tahu jika ia masih belum bervegetarian. Dalam kesehariannya sebagai penerjemah program Sanubari Teduh, hatinya selalu diliputi rasa bersalah. Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen senantiasa berkata kepada semua orang untuk ikut menyelamatkan dunia ini, salah satunya dengan bervegetarian. ”Master Cheng Yen selalu mengimbau setiap orang untuk bervegetarian, tetapi saya orang yang selalu mendengarkan ceramahnya belum melakukannya,” kata Hendry mengenang masa lalu. “Suara Kasih itu menyadarkan saya dan sampai saat ini saya sudah bervegetarian dan saya sangat bersyukur,“ lanjut Hendry sembari mengakhiri acara bedah buku pada Kamis malam itu. Di dalam kehidupan ini, kita selalu disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari, baik itu di dalam maupun di luar rumah. Tapi Kita juga harus senantiasa ingat untuk meluangkan waktu sejenak mengisi batin kita dengan dharma. Dengan menyelami dharma maka dapat menyadarkan hati kita dari kegelapan batin dan menyadarkan hati kita agar mau bertobat. Hingga kita dapat menumbuhkan kebijaksanaan dan mengembangkan welas asih dalam diri kita. |
Artikel Terkait
Kebahagiaan Warga Sungai Bambu Menerima Bantuan Sosial Peduli Covid-19
24 Maret 2021Dengan menaiki mobil Satpol PP, beberapa relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Timur menyalurkan Bantuan Sosial Peduli Covid-19 ke beberapa rumah warga kurang mampu di Kelurahan Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tak hanya ditemani pengurus RW dan Kelurahan Sungai Bambu, relawan juga ditemani Danramil 03/Tg.Priok, Mayor Inf Agus Wicaksono dan jajarannya.
Baksos Kesehatan di Tulang Bawang
12 Mei 2011Genggam Kesempatan untuk Terus Bersumbangsih
02 Juni 2023Sosialisasi Relawan Baru yang digelar Tzu Chi Medan kali ini sedikit lain dari biasanya. Yang mana, 11 calon relawannya kebanyakan berasal dari kota Stabat dan Tanjung Pura yang berjarak sekitar 60 km dari Kota Medan.