Menyelami Dharma Melalui Isyarat Tangan
Jurnalis : Suyanti (He Qi Utara), Fotografer : Suyanti (He Qi Utara)Setiap hari Jumat, relawan Tzu Chi dari He Qi Utara (Hu Ai Sunter) berlatih isyarat tangan di RS Royal Progress, Sunter, Jakarta Utara. |
| |
Tetapi ajakan tersebut membuat Yen Chiu Shijie berpikir selama di Indonesia ia merasa malu karena tidak melakukan apa-apa, maka ia bersedia bergabung dan mau membuka kelas belajar shou yu (isyarat tangan) bagi relawan Tzu Chi di Hu Ai Sunter. Kelas belajar isyarat tangan ini baru terealisasi pada bulan September 2011 karena pada bulan Juni 2011 lalu semua relawan sibuk berlatih shou yu untuk drama dan bedah buku “Da Chan Hui”(Pertobatan) untuk perayaan Hari Ayah. Pada sesi pertama kelas shou yu terdapat 4 pertemuan. Tiap pertemuan, Yen Chiu Shijie akan mengajar 1 lagu baru. Kelas ini sedikit unik karena pada setiap pertemuan ada sharing dari relawan, baik tentang lagu yang akan dipelajari ataupun pengalaman relawan tersebut saat bergabung di Tzu Chi. Setiap pertemuan selanjutnya, selain mempelajari lagu baru, juga akan dilakukan review lagu sebelumnya. Pada tahun 1996 Yen Chiu Shijie bergabung dengan Tzu Chi. Ia bercerita bahwa setiap gerakan isyarat tangan mengandung Dharma Sang Buddha. Dharma itu terdiri dari sila, samadhi (meditasi), dan kebijaksanaan. Perpaduan keseimbangan antara pikiran, ucapan dan tubuh ini akan menciptakan suatu keindahan gerakan tangan. Setiap gerakan isyarat tangan akan berbicara, membabarkan, dan menyelami Dharma. Saat melakukan gerakan isyarat tangan berarti saat itu kita juga melakukan meditasi. Setiap gerakan tangan harus tepat, jelas, tegas, lembut, indah, cantik dan mengandung cinta kasih serta perasaan yang masuk di dalam gerakan tersebut.
Keterangan :
“Selesai melakukan pertunjukan (pertama) isyarat tangan, tidak ada tepuk tangan dari para penonton, situasi tenang dan penonton meneteskan air mata. Itulah Dharma, dapat menyentuh hati manusia,” cerita Yen Chiu Shijie saat pertunjukan isyarat tangan. Berikut adalah beberapa judul lagu yang terdaftar dalam sesi pertama, yaitu Xiang Shi Dou (Lambang Kerinduan pada Sang Guru), Xin Yuan (Tekad Hati) dan Cui Mei De Xiau Rung (Senyuman yang Terindah). Pertemuan pertama jatuh pada hari Jumat, 16 September 2011 di RS Royal Progress lantai 9. Pada pukul 18.58 WIB mulai terlihat relawan yang datang. Yen Chiu Shijie terlihat sedang berlatih shou yu. Ia terlihat senang karena melihat banyak relawan yang datang, itu artinya bahwa kelas ini banyak peminatnya. Pada pukul 19.00 WIB, latihan shou yu dimulai dengan melakukan penghormatan kepada Master Cheng Yen. Ia pun mulai mengajarkan posisi berdiri (agar tubuh tertopang dengan baik pada kedua kaki), posisi tangan dan cara berjalan, serta cara membaca gambar shou yu. Peserta yang hadir sebanyak 15 relawan. Pada pertemuan pertama, Tai Kim In Shijie, komite senior, berbagi cerita, “Ada seorang awam berjanji akan memberikan sebatang pohon pisang ke Jing Si Tang (aula Jing Si) di San Chong, Taiwan. Beberapa hari sebelum pohon pisang ini dipindahkan, daunnya mulai menguning, dan layu. Ketika pohon tersebut ditanam di Jing Si Tang, relawan berdoa memohon pada pohon pisang agar tumbuh baik. Mereka selalu menyirami air, sehingga akhirnya tumbuh bagus.” Dari cerita ini, kita harus seperti pohon pisang tersebut, harus selalu bekerjasama, berusaha, saling membantu, menyebarkan cinta kasih, tidak hanya mengejar materi, dan selalu bersyukur.
Keterangan :
Pada latihan pertemuan kedua, kamis, 22 September 2011, jumlah peserta yang datang sebanyak 10 relawan. Pada pertemuan ini Nony Intan Shijie mengajak semua relawan Hu Ai Sunter saling mengenal DAN belajar melatih diri. Xin Yuan (tekad hati), suatu kebahagiaan menyelami Dharma dan bersama bersumbangsih untuk bumi kita ini. Pertemuan selanjutnya pada tanggal 29 September 2011, sebanyak 15 orang relawan hadir mempelajari isyarat tangan “Senyuman Terindah.” Yen Chiu Shijie bercerita bahwa ia adalah seorang pengusaha yang kadang tidak bisa menerima pendapat orang lain ataupun keputusan bersama. Waktu kecil, Shijie ini adalah anak kesayangan dalam keluarganya, apa yang diminta pasti akan dikabulkan. Sejak bergabung di Tzu Chi, ia sering ikut ke tempat bencana. Setiap kunjungannya, ia melihat, merasakan dan menangis karena masih begitu banyak penderitaan. “Saya dan kita semua yang duduk di sini adalah orang yang sangat beruntung dan berbahagia, bisa mengikuti jejak Shang Ren (Master Cheng Yen ). Tzu Chi adalah tempat pelatihan diri,” ujarnya. Malam itu, Yen Chiu Shijie menghampiri penulis bahwa pada tanggal 6 oktober 2011 adalah saatnya belajar cara berjalan, cara berdiri, penempatan posisi di panggung, dan keseimbangan antara mata, tangan dengan kaki saat tampil di panggung. Ini adalah pertemuan yang keempat, semua peserta diminta untuk memeragakan isyarat tangan kepada Yen Chiau Shijie. Peserta juga diminta sharing tentang perasaan mereka. Pada akhir penutupan sesi pertama ini ia membagikan suvenir dan hasil foto bersama peserta isyarat tangan kepada 10 peserta yang hadir. “Sesi kedua kelas shou yu akan dilaksanakan pada bulan November 2011 ini setelah kembali dari Shanghai ya Shixiong-Shijie,” ucapnya menutup latihan sesi pertama ini. “Gan en Yen Chiu Shijie, jangan lupa balik ke Jakarta ya, Lao Shi,” pamit penulis saat pulang latihan.
|