Menyelami Makna Sutra Bakti Seorang Anak

Jurnalis : Nuraina Ponidjan / 傅麗蓉 (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan / 陳俊窴, Lily Hermanto, Lukman, Gunawan Halim (Tzu Chi Medan)

Para murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi mementaskan Drama Musikal Isyarat Tangan Sutra Bakti Seorang Anak pada Minggu, 13 Desember 2015.

Kasih sayang seorang ayah memberikan kita kekuatan saat kita tengah putus asa, pelukan hangat seorang ibu memberikan kedamaian ketika kita dalam ketakutan, cinta kasih mereka bagaikan air sungai yang mengelilingi dunia, tak pernah berhenti untuk selamanya. Master Cheng Yen selalu mengingatkan kepada semua orang bahwa berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan adalah dua hal yang tidak bisa ditunda. Ini menggambarkan betapa pentingnya bagi seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang tua yang telah merawat, membesarkan, dan mendidik mereka.

Untuk menumbuhkan rasa hormat dan berbakti kepada orang tua, relawan Tzu Chi Medan mengadakan pementasan Drama Musikal Isyarat Tangan Sutra Bakti Seorang Anak yang diadakan bertepatan dengan penutupan Kelas Budi Pekerti pada Minggu, 13 Desember 2015. Acara yang digelar di Selecta Ballroom  Lantai 5 Medan ini melibatkan 180 orang anak.

Walaupun sejak pagi hari Medan diguyur hujan lebat, tetap tidak menghalangi langkah para orang tua dan tamu undangan untuk menyaksikan pementasan drama ini. "Memang tidak mudah melatih anak-anak dalam memerankan drama musikal ini. Untuk orang dewasa saja sulit menguasai peran karena drama ini di dalamnya terkandung Sutra, jadi harus mendalami arti yang terkandung di dalamnya," tutur Erlina Khe selaku koordinator acara. "Proses latihannya sudah kami mulai setahun yang lalu, karena setiap bab yang akan diperankan harus dimengerti anak-anak, maka kami jadikan sebagai bahan pengajaran di dalam setiap pertemuan sehingga anak-anak bisa menampilkan drama ini dengan baik dan sekaligus tahu jerih payah orang tua dalam membesarkan anak-anaknya," tambah Erlina.

Drama ini juga menceritakan tentang 10 Budi Luhur Orang Tua.

Dengan penuh kesungguhan hati anak-anak menampilkan isyarat tangan.

Acara dibuka oleh Vionna Valencia dan Cynthia, relawan yang menjadi pembawa acara. Drama dimulai dengan penampilan Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi), Tzu Shao (murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi) dan Tzu Yu dalam isyarat tangan Gui Yang Tu (Lukisan Kambing Berlutut) dan dilanjutkan dengan koraborasi permainan musik dengan vokal dalam lagu Yi Dian Lu (Setetes Embun). Lagu ini menceritakan bahwa seberapa jauh kita merantau, kita akan selalu teringat akan hijaunya padang rumput di kampung halaman. Bunda berpesan sebatang rumput setetes embun, tidak takut diterpa angin dan hujan, sama halnya dengan peran seorang ibu, seberapa pun banyaknya masalah yang datang, seorang ibu akan selalu kuat bertahan karena semua ada pasti jalan keluarnya, dan semua akan berlalu dengan baik.

Dalam drama musikal ini juga dibabarkan bagaimana penderitaan seorang ibu ketika mengandung anaknya. Pada masa kehamilan, seorang ibu harus berjuang melewati hari-harinya demi menjaga janin yang ada di dalam perutnya. Dan pada saat melahirkan pun, seorang ibu harus berjuang dan bahkan harus mempertaruhkan nyawa mereka. Karena itulah jasa seorang ibu sulit diukur dengan kata-kata.

Di dalam drama ini juga menceritakan tentang 10 Budi Luhur Orang Tua, yaitu melindungi bayinya saat di dalam kandungan, menahan sakit menjelang persalinan, melupakan sakit begitu anaknya lahir, memberikan kasih sayang tanpa pamrih, memberikan yang terbaik pada anaknya, menyusui dan membesarkan anak, membersihkan yang kotor, kerinduan pada anak yang merantau, pengertian dan perhatian, dan yang terakhir kasih sayangnya yang abadi.

Demi siapakah rambut orang tua memutih? Demi siapakah wajah mereka dirundung kecemasan? Kasih sayang dan pengorbanan orang tua adalah sama di seluruh dunia. Walaupun pinsil telah tumpul dan tinta pena telah habis, kalimat sepanjang apapun sulit untuk melukiskan budi luhur orang tua yang setinggi langit dan sedalam samudera. Bab demi bab berlalu, dan sebagai penutup adalah bagaimana cara kita membalas budi orang tua?

Acara yang digelar di Selecta Ballroom  Lantai 5 Medan ini melibatkan 180 orang anak.

"Proses latihannya sudah kami mulai setahun yang lalu, karena setiap bab yang akan diperankan harus dimengerti anak-anak, maka kami jadikan sebagai bahan pengajaran di dalam setiap pertemuan," kata  Erlina, relawan Tzu Chi.

Di Bab terakhir inilah yang  membuat  pengunjung meneteskan air mata. Tidak disangka, anak seumuran 7 - 12 mampu membuat pengunjung terharu dan meneteskan air mata. Semua ini karena anak-anak mengerti apa yang dia perankan sehingga bisa menghayati peran mereka.

Pembawa acara cilik kita, Vionna Valencia yang masih berumur 12 tahun ini mengatakan, "Ketika teman-teman dibagikan peran oleh Merry Shigu (panggilan bagi relawan wanita), kala itu saya tidak hadir, dan ketika pertemuan berikutnya saya ditanya mau main di Bab berapa? Saya malah minta ke Merry Shigu agar saya menjadi pembawa acara saja. Sebagai pembawa acara, saya mempelajari bab demi bab apa yang akan saya sampaikan ke pengunjung, dan dari situ saya bisa mengerti lebih banyak makna dari drama ini, di mana kita harus berbakti pada orang tua dan  bisa menghargai penderitaan orang tua.”

Sedangkan Clovis salah seorang pemain cilik mengatakan, "Dengan latihan drama, saya merasa lebih dekat dengan teman-teman dan Shigu sekalian. Saya merasa senang sekali bisa ikut latihan drama ini karena membuat saya mengerti kita harus berbakti sama papa dan mama karena papa dan mama sudah bersusah payah membesarkan saya. Nenek juga mengatakan kalau drama yang saya perankan itu adalah sebuah sutra."

Anak bisa memerankan drama apalagi sebuah sutra merupakan kebanggaan semua orang tua. Seperti halnya Verawaty Suman yang dua orang anaknya ikut kelas Budi Pekerti Tzu Chi.  “Semenjak kedua anak saya ikut bimbingan kelas budi pekerti, mereka lebih peka rasa cinta kasihnya terhadap lingkungan apalagi terhadap makhluk hidup di sekitar mereka dan sekarang mereka juga lebih mandiri," kata Verawaty Suman.

Anak-anak adalah generasi penerus, jadi kita harus menanamkan benih- benih yang baik di dalam diri mereka sehingga mereka bisa tumbuh menjadi seorang yang berguna bagi nusa dan bangsa dan juga berguna bagi keluarganya. Seperti kata Master Cheng Yen, "Binalah  cinta kasih di dalam hati sejak masa kecil maka setelah dewasa tentu tidak mudah berperilaku menyimpang dan menciptakan masalah di dalam masyarakat."

Artikel Terkait

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Memberikan Hasil yang Maksimal

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Memberikan Hasil yang Maksimal

09 November 2015

Sepuluh tahun Kelas Budi Pekerti Tzu Chi telah membentuk kepribadian yang baik pada anak didiknya. Sebagai wujud rasa syukur, relawan Tzu Chi memperingati satu dekade perjalanan kelas budi pekerti dengan mengadakan pementasan isyarat tangan dan pementasan drama. Ini juga menjadi acara puncak menutup kelas budi pekerti di tahun 2015 pada tanggal 25 Oktober 2015. Pada acara ini dihadiri oleh 450 tamu undangan.

Memperkenalkan Pelestarian Lingkungan Sejak Dini

Memperkenalkan Pelestarian Lingkungan Sejak Dini

09 Juli 2018
Sebanyak 31 orang relawan ini memperkenalkan bagaimana cara untuk melakukan pelestarian lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana cara menghemat sumber daya alam seperti air dan listrik serta melakukan kegiatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).
Galang Hati untuk Sumatera-Kelas Budi Pekerti

Galang Hati untuk Sumatera-Kelas Budi Pekerti

15 Oktober 2009
Para guru pembimbing Kelas Budi Pekerti Tzu Chi punya misi khusus hari ini. Mereka akan mengajak anak-anak ini untuk menanam kembali berkah bagi diri anak-anak itu. 
Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -