Menyentuh Hati

Jurnalis : Apriyanto , Fotografer : Apriyanto
 
foto

Persahabatan Sumarjono (paling kanan) dengan Ahin (tengah) sempat terputus selama beberapa tahun. Kini mereka bertemu kembali di acara Tzu Chi.

Di antara banyak orang yang bernyanyi lagu “Satu Keluarga”, Ahin, yang berdiri di barisan terdepan masih saja menderukan suara tangisnya dengan linangan air mata yang deras mengalir. Tubuhnya pun berdiri tak tegap bagai tersapu oleh hembusan angin. Beberapa kali ia menyeka air matanya yang terus mengucur membasahi wajahnya yang terlihat merah padam.

Seorang relawan Tzu Chi datang mendekatinya, merangkul sambil menepuk-nepuk bahunya. Tetapi luapan emosi itu masih belum juga bisa dikendalikan oleh Ahin. Sepanjang lagu “satu keluarga” dinyanyikan, sepanjang itu pula ia menangis. Malam itu adalah bagian dari acara makan malam bersama di Jing-Si Books & Café Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sebuah acara keakraban dan sarana memperkenalkan pola hidup vegetarian kepada para donatur dan tamu undangan. Semestinya malam itu menjadi malam yang menggembirakan, tetapi entah mengapa Ahin menangis sebegitu jadinya.

Terharu Oleh Kebersamaan
Menurut Sumarjono, dulu Ahin adalah orang yang berhasil (sukses –red) dalam usaha penjualan alat-alat berat. Sewaktu masih jaya, Ahin sering berbelanja di toko tempatnya berjualan. Diawali dari bisnis ini, maka berlanjutlah persahabatan di antara mereka. Lama menjalin persahabatan, tiba-tiba saja Ahin tidak lagi menampakkan dirinya. Hubungan bisnis dan persahabatan pun sempat terputus.

Sampai suatu hari di tahun 2009, Sumarjono menemukan Ahin sudah dalam kondisi stroke. Ia hanya duduk termenung seorang diri di Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara. Mengetahui kondisi sahabatnya yang sekarang mengalami perubahan, Sumarjono langsung mendekati dan berbincang-bincang dengannya. Di pertemuan kedua Sumarjono menyarankan, “Marilah ikut teman-teman dan saudara-saudara kita di sini untuk bervegetarian. Di samping itu, banyak teman mungkin bisa lebih terjalin persahaban.” Tak disangka, ternyata Ahin dengan tertatih-tatih turut menghadiri acara makan malam itu, pada Jumat 29 Mei 2009 lalu.

foto  foto

Ket : - Suasana kebersamaan membuat Ahin terus menitikan air mata karena terharu. Ahin yang pernah terserang
           stroke ini kini merasa kesepian karena tak lagi memiliki banyak teman. (kiri)
         - Berbuat kebajikan bagai menanam benih di ladang berkah dan kebersamaan antar relawan membuat Johny
           tertarik untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi. Johny bahkan merelakan rumahnya dijadikan tempat memasak
           makanan vegetarian. (kanan)

Sumarjono menilai sahabatnya itu (Ahin -red) kini dalam kondisi kesepian—hidup sendirian. Karena itu tangisan Ahin adalah luapan emosinya atas rasa haru dan pilu yang selama ini ia rasakan. “Dulu selagi ia masih berjaya, kanan-kiri ada teman. Maka saat ia mendengarkan lagu “Satu Keluarga” ia terharu dan menangis. Kemudian waktu qi dao (berdoa -red) ia juga menagis. Mungkin hati kecilnya tersentuh karena kesendiriannya itu,” terang Sumarjono. “Sebenarnya saya sendiri juga hampir menitikkan air mata juga. Ikut bersimpati kepada dia,” tambah Sumarjono.

Menurut Lim Ji Shou, sesungguhnya kegiatan makan malam bersama bukan hanya sekadar kumpul bersama dan menikmati masakan vegetarian Tetapi dibalik itu, kegiatan ini sesungguhnya memperkenalkan budaya humanis kepada banyak orang dan menyentuh sanubarinya. Karena dengan kegiatan ini Tzu Chi kemudian dapat menyampaikan pesan cinta kasih kepada banyak orang. “Mulai dari mencintai binatang, baru dari itu mencintai orang lain juga, mulai mencintai makhluk hidup yang kecil mengembangkan cinta kasih ke makhluk hidup yang besar. Kita mencintai orang mesti mencintai makhluk yang lebih kecil, dia juga ada nyawanya,” terang Ji Shou.

foto  

Ket : - Jumat, 29 Mei 2009 adalah hari terakhir di bulan vegetarian. Karena itulah para relawan sangat berantusias
           mengisi hari itu dengan kegiatan yang lebih besar dari hari biasanya.

Ada Kebersamaan dan Menanam Ladang Berkah
Berkesannya kegiatan Tzu Chi tidak hanya dirasakan oleh Ahin. Johny yang belum lama menyaksikan tayangan Da Ai TV juga langsung tertarik dan mau bersumbangsih untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi. Kegiatan pertama yang ia ikuti adalah membantu relawan He Qi utara dalam kegiatan masak-memasak makanan vegetarian.

Pagi itu, Jumat, 29 Mei, bertempat di Jalan Seni Budaya 5 No. 72, Jelambar, Jakarta Barat, di antara para relawan wanita, Johny terlihat sibuk menggoreng, menguleni adonan, dan menyediakan konsumsi untuk para relawan yang bertugas. Selama di bulan vegetarian, Johny tidak hanya memberikan tenaga dan waktunya, tetapi ia juga menyediakan rumahnya untuk dijadikan tempat masak-memasak, sekaligus menyediakan semua kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh para relawan. Munurut Sun Ai Li, relawan Tzu Chi, untuk meringankan beban para relawan, Johny bersama istrinya rela meluangkan waktunya di malam hari—setelah pulang bekerja—untuk berbelanja dan menyiangi sayuran. Selain itu Johny juga bertugas mengantar kotak makanan vegetarian ketempat-tempat yang telah ditentukan.

foto

Ket : - Lim Ji Shou saat memberikan penjelasan kepada para relawan dan tamu undangan yang hadir di Jing-Si
           Books & Cafe, Kelapa Gading, Jakarta Utara tentang manfaat berpola hidup vegetarian.

Johny sendiri mengaku tertarik mengikuti kegiatan Tzu Chi karena merasa tersentuh oleh pesan Master Cheng Yen mengenai ladang berkah. Karena itu Johny kini berusaha menanam berkah bagi dirinya dan keluarga pada kehidupan ini. Ia juga mengaku selama kegiatan ini merasa adanya kegembiraan karena bisa melakukan kebaikan dengan peduli dan mengajak orang lain untuk bervegetarian. “Sering-sering bisa diadakan kegiatan seperti ini. Mungkin setelah ini mau coba ikut daur ulang,” harapnya.

Semua kegiatan Tzu Chi memang tidak hanya sebuah perayaan atau ritual belaka. Tetapi di balik itu, ada sebuah harapan agar orang-orang yang menyaksikan atau mengikutinya tersentuh dan mau ikut mengabdikan dirinya sebagai orang yang berarti bagi kehidupan dan masyarakat.

 

Artikel Terkait

5.000 Paket Sembako Tzu Chi Kembali Disalurkan untuk Masyarakat Terdampak Covid-19

5.000 Paket Sembako Tzu Chi Kembali Disalurkan untuk Masyarakat Terdampak Covid-19

30 September 2020

Sebanyak 5.000 paket sembako Tzu Chi kembali disalurkan kepada masyarakat kurang mampu yang terdampak pandemi Covid-19. Penyaluran bantuan ini melalui bakti sosial yang digelar di Markas Komando Resor Militer (Korem) 052/Wijayakrama, di Kelurahan Semanan, Kalideres Jakarta Barat, hari ini Rabu 30 September 2020.

Meningkatkan Kualitas Pengobatan dan Pelayanan Berbudaya Humanis

Meningkatkan Kualitas Pengobatan dan Pelayanan Berbudaya Humanis

20 Januari 2021

Di rumah sakit banyak pasien yang membutuhkan relawan pemerhati dengan hati yang baik, tulus, dan damai untuk menyemangati sehingga, pasien bisa merasa tenang. “Master Cheng Yen ingin setiap relawan selalu membawa cinta kasih, dan mencurahkan perhatian ke setiap ruangan rawat inap pasien. Selain itu, kita juga harus menunjukkan pada pasien sehingga pasien bisa merasakan kesungguhan dan ketulusan dari relawan pemerhati.” pesan Shen Bi Hua.

Baksos NTT: Bantuan Tahap 3

Baksos NTT: Bantuan Tahap 3

12 April 2012 Bandara seolah menjadi tempat yang tidak pernah terlelap, padahal waktu masih menunjukkan pukul 04.30 pagi. Pagi itu rombongan relawan Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi  akan melakukan perjalanan panjang menuju Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur guna menebarkan cinta kasih melalui baksos pembagian beras cinta kasih Tzu Chi.
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -