Menyerap dan Mempraktikkan Dharma
Jurnalis : Hariyanto (Tzu Chi Medan), Fotografer : Hariyanto (Tzu Chi Medan)Berkesempatan mengisi celengan bambu. Selama satu setengah jam acara sosialisasi berlangsung, acara ini memberikan penjelasan kepada semua peserta mengenai Tzu Chi, salah satunya mengenai celengan bambu. |
| |
Panti ini didirikan pada tahun 1994 oleh seorang biksu bernama Ci Xien di Pematang Siantar, kemudian pindah ke kota Tebing Tinggi selama 11 tahun terakhir ini. Bhiksu Ci Xien mendirikan panti werdha ini dikarenakan adanya welas asih kepada para orang tua yang ditelantarkan oleh keluarganya. Berawal dari 5 orang manula sekarang panti ini telah menampung 37 manula. Sementara relawan Tzu Chi menyibukkan diri menyiapkan segala sesuatu, para manula tetap asyik melakukan kegiatan rutin mereka – membersihkan badan dan berjemur di bawah sinar matahari pagi. Lim A Cin (92), salah seorang penghuni panti, sangat senang melihat relawan Tzu Chi datang mengunjungi mereka. A Cin sendiri sangat bersyukur bahwa masih ada insan yang peduli kepada mereka. Ia tiba di panti ini dikarenakan sanak keluarganya sudah tidak ada dan begitu melihat relawan ia menggangap para relawan sebagai anak cucunya sendiri. ”Terima kasih Tuhan,” kata Lim A Cin kepada relawan. Tidak henti-henti ia mengucapkan kata itu secara berulang-ulang.
Ket : -Dengan hati yang penuh syukur dan gembira, para relawan merayakan ulang tahun salah seorang nenek. (kiri) Lim Fu Lan (51) seorang penghuni panti lainnya, mengutarakan bahwa ia datang karena adanya bencana tsunami di Aceh yang menyebabkan seluruh anggota keluarganya meninggal. Ia sendiri sudah mengenal Tzu Chi dikarenakan dulu pernah diadakan kunjungan kasih ke panti ini dan ia mengingatnya terus sampai sekarang. ”Bernyanyi, Bernyanyi,” ucap Lim Fu Lan mengingat kegiatan bernyanyi yang diadakan oleh relawan Tzu Chi beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Ahun penghuni lainnya terus menangis di dalam kamar dikarenakan takut begitu melihat banyak orang. Kemudian para relawan memberikan perhatian dengan cinta kasih, dan akhirnya ia pun mau beranjak keluar dan bergabung dengan teman-teman mereka. Pada kunjungan itu relawan Tzu Chi dengan penuh kasih sayang menuntun para manula untuk dibersihkan kakinya, diguntingi kukunya, dan dipotong rambutnya sehingga mereka nampak lebih bersih dan nyaman. Selain itu para manula juga dihibur dengan berbagai kegiatan, seperti menyanyikan lagu nostalgia. Ahun yang pertama kali begitu takut menjadi begitu antusias dan bahagia. Ia pun bernyanyi dan menari bersama para relawan. Pada kesempatan tersebut, ia bisa menyanyikan semua lagu kesayangannya. Begitu juga dengan para manula yang lain. Para manula di panti itu sangat berharap agar insan Tzu Chi dapat sering berkunjung ke panti mereka untuk menebar cinta kasih. ”Saya sangat senang dan bahagia bisa turut berbagi dengan para penghuni panti ini,” ujar Ellen Tioe. Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, ada beberapa manula yang harus diberi pengobatan secara rutin karena mengidap diabetes, tekanan darah tinggi dan beberapa penyakit kulit. ”Ini akan kami tindak lanjuti terus dan kami akan mengadakan kegiatan ini secara rutin,” tambah Ellen.
Ket : -Para relawan laki-laki tidak mau kalah, mereka mencoba merapikan rambut para orang tua pria. (kiri) Salah satu peserta sosialisasi, Heri Gunawan mengungkapkan rasa syukurnya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, ”Di dalam Tzu Chi inilah, saya bisa satu langkah lebih maju dalam berbuat kebajikan.” Heri yang dulunya pendiam sekarang sudah pelan-perlan berubah dan semakin terbuka. ”Di Tzu Chi inilah, saya benar-benar belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang. Saya banyak belajar sewaktu pembagian sembako kepada warga kurang mampu. Di sana saya mau tidak mau harus berkomunikasi dengan mereka,” tambahnya. Heri yang ditinggal ayahnya karena perceraian, merasa sangat bersalah atas sikapnya kepada orangtua, ”Dulu saya sangat membenci Papa. Saya sangat egois karena saya tidak pernah mendapatkan kasih sayang darinya. Sekarang saya baru menyadari pentingnya membalas budi orang tua di Tzu Chi,” ungkapnya. Di Tzu Chi ini, Heri melatih diri untuk menjadi manusia yang lebih baik dan mengembangkan apa yang telah diajarkan oleh agamanya. Selama satu setengah jam acara sosialisasi berlangsung, acara ini memberikan penjelasan kepada semua peserta mengenai Tzu Chi. Di akhir acara, semua peserta bersatu memperagakan isyarat tangan satu keluarga. Pada kesempatan yang sama, pembawa acara Leo, menceritakan kembali cikal bakal Tzu Chi dan masa celengan bambu. Para peserta pun sangat bersemangat dan turut mengisi celengan bambu untuk bersama-sama mengikat jodoh yang baik dengan semua orang. Semoga benih-benih Bodhisatwa bisa tumbuh di Tebing Tinggi sehingga penderitaan di muka bumi ini semakin berkurang.
| ||
Artikel Terkait
Berbagi Keceriaan dan Kebahagiaan
18 November 2009Berbagi kasih di Tanah Tinggi
18 Agustus 2011 Ide pembagian kupon beras ini sebenarnya berasal dari Yayasan Buddha Tzu Chi sendiri, yang dilakukan pada dua titik, yakni Tanah Sereal, Jakarta Barat dan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.Merasakan Kebahagiaan Bersama Warga Pademangan
30 Januari 2017Menyambut tahun baru Imlek, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menggelar bakti sosial pembagian paket cinta kasih kepada warga Pademangan. Kegiatan ini berlangsung pada Minggu, 22 Januari 2017 di Markas Komando Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Mako Lantamal) III Jakarta.