Menyerap dan Mempraktikkan Dharma

Jurnalis : Hariyanto (Tzu Chi Medan), Fotografer : Hariyanto (Tzu Chi Medan)
 

foto Berkesempatan mengisi celengan bambu. Selama satu setengah jam acara sosialisasi berlangsung, acara ini memberikan penjelasan kepada semua peserta mengenai Tzu Chi, salah satunya mengenai celengan bambu.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Medan Xie Li 6, Tebing Tinggi mengadakan kegiatan kunjungan kasih ke panti Wreda untuk pertama kali di tahun 2010, pada Minggu 21 Maret 2010. Kali ini kegiatan bertempat di Panti Werdha Cinta Kasih Fong San Tze yang beralamat di Perumahan Citra Permai Jalan Saudara No.36, Bandar Sono, Tebing Tinggi.

 

 

Panti ini didirikan pada tahun 1994 oleh seorang biksu bernama Ci Xien di Pematang Siantar, kemudian pindah ke kota Tebing Tinggi selama 11 tahun terakhir ini. Bhiksu Ci Xien mendirikan panti werdha ini dikarenakan adanya welas asih kepada para orang tua yang ditelantarkan oleh keluarganya. Berawal dari 5 orang manula sekarang panti ini telah menampung 37 manula.
 
Minggu pagi yang cerah, 62 orang relawan dengan semangat berkumpul di kantor Xie Li 6 pada pukul 8.30 Wib. Semuanya bersiap-siap untuk menuju panti wreda. Setelah diadakan sedikit pembertahuan kepada relawan, tepat pukul 09.00 Wib, rombongan pun berangkat. Sesampainya di lokasi, para relawan disambut oleh kepala panti dan kemudian relawan menyiapkan segala sesuatunya seperti kursi tempat potong rambut, potong kuku, dan juga ada 2 meja sebagai tempat pemeriksaan kesehatan.

Sementara relawan Tzu Chi menyibukkan diri menyiapkan segala sesuatu, para manula tetap asyik melakukan kegiatan rutin mereka – membersihkan badan dan berjemur di bawah sinar matahari pagi.

Lim A Cin (92), salah seorang penghuni panti, sangat senang melihat relawan Tzu Chi datang mengunjungi mereka. A Cin sendiri sangat bersyukur bahwa masih ada insan yang peduli kepada mereka. Ia tiba di panti ini dikarenakan sanak keluarganya sudah tidak ada dan begitu melihat relawan ia menggangap para relawan sebagai anak cucunya sendiri. ”Terima kasih Tuhan,” kata Lim A Cin kepada relawan. Tidak henti-henti ia mengucapkan kata itu secara berulang-ulang.
 

foto  foto

Ket :  -Dengan hati yang penuh syukur dan gembira, para relawan merayakan ulang tahun salah seorang nenek.             (kiri)
         -Para relawan dengan sepenuh hati membersihkan tangan dan kaki para penghuni panti bagaikan             orang tuanya sendiri. (kanan)

Lim Fu Lan (51) seorang penghuni panti lainnya, mengutarakan bahwa ia datang karena adanya bencana tsunami di Aceh yang menyebabkan seluruh anggota keluarganya meninggal. Ia sendiri sudah mengenal Tzu Chi dikarenakan dulu pernah diadakan kunjungan kasih ke panti ini dan ia mengingatnya terus sampai sekarang. ”Bernyanyi, Bernyanyi,” ucap Lim Fu Lan mengingat kegiatan bernyanyi yang diadakan oleh relawan Tzu Chi beberapa tahun yang lalu.

Sedangkan Ahun penghuni lainnya terus menangis di dalam kamar dikarenakan takut begitu melihat banyak orang. Kemudian para relawan memberikan perhatian dengan cinta kasih, dan akhirnya ia pun mau beranjak keluar dan bergabung dengan teman-teman mereka. Pada kunjungan itu relawan Tzu Chi dengan penuh kasih sayang menuntun para manula untuk dibersihkan kakinya, diguntingi kukunya, dan dipotong rambutnya sehingga mereka nampak lebih bersih dan nyaman.

Selain itu para manula juga dihibur dengan berbagai kegiatan, seperti menyanyikan lagu nostalgia. Ahun yang pertama kali begitu takut menjadi begitu antusias dan bahagia. Ia pun bernyanyi dan menari bersama para relawan. Pada kesempatan tersebut, ia bisa menyanyikan semua lagu kesayangannya. Begitu juga dengan para manula yang lain.

Para manula di panti itu sangat berharap agar insan Tzu Chi dapat sering berkunjung ke panti mereka untuk menebar cinta kasih. ”Saya sangat senang dan bahagia bisa turut berbagi dengan para penghuni panti ini,” ujar Ellen Tioe. Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, ada beberapa manula yang harus diberi pengobatan secara rutin karena mengidap diabetes, tekanan darah tinggi dan beberapa penyakit kulit. ”Ini akan kami tindak lanjuti terus dan kami akan mengadakan kegiatan ini secara rutin,” tambah Ellen.
 

foto  foto

Ket :  -Para relawan laki-laki tidak mau kalah, mereka mencoba merapikan rambut para orang tua pria.   (kiri)
         -Heri juga berkesempatan mengisi celengan bambu . (kanan)

Setelah acara kunjungan kasih selesai, para relawan baru yang melihat kinerja para relawan Tzu Chi yang sangat baik dan rapi, merasa tergugah ingin mengetahui lebih lanjut apa sebenarnya Tzu Chi itu sendiri. Oleh karena itu, selesai kegiatan di panti beberapa relawan Tzu Chi Medan langsung menuju ke Tebing Tinggi untuk melakukan sosialisasi mengenai Tzu Chi.

Salah satu peserta sosialisasi, Heri Gunawan mengungkapkan rasa syukurnya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, ”Di dalam Tzu Chi inilah, saya bisa satu langkah lebih maju dalam berbuat kebajikan.” Heri yang dulunya pendiam sekarang sudah pelan-perlan berubah dan semakin terbuka. ”Di Tzu Chi inilah, saya benar-benar belajar bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang. Saya banyak belajar sewaktu pembagian sembako kepada warga kurang mampu. Di sana saya mau tidak mau harus berkomunikasi dengan mereka,” tambahnya. Heri yang ditinggal ayahnya karena perceraian, merasa sangat bersalah atas sikapnya kepada orangtua, ”Dulu saya sangat membenci Papa. Saya sangat egois karena saya tidak pernah mendapatkan kasih sayang darinya. Sekarang saya baru menyadari pentingnya membalas budi orang tua di Tzu Chi,” ungkapnya. Di Tzu Chi ini, Heri melatih diri untuk menjadi manusia yang lebih baik dan mengembangkan apa yang telah diajarkan oleh agamanya.

Selama satu setengah jam acara sosialisasi berlangsung, acara ini memberikan penjelasan kepada semua peserta mengenai Tzu Chi. Di akhir acara, semua peserta bersatu memperagakan isyarat tangan satu keluarga. Pada kesempatan yang sama, pembawa acara Leo, menceritakan kembali cikal bakal Tzu Chi dan masa celengan bambu. Para peserta pun sangat bersemangat dan turut mengisi celengan bambu untuk bersama-sama mengikat jodoh yang baik dengan semua orang. Semoga benih-benih Bodhisatwa bisa tumbuh di Tebing Tinggi sehingga penderitaan di muka bumi ini semakin berkurang.

 

  

 

 

 
 

Artikel Terkait

Berbagi Keceriaan dan Kebahagiaan

Berbagi Keceriaan dan Kebahagiaan

18 November 2009
Untuk mencairkan suasana dan menjalin keakraban dengan anak-anak penghuni panti, relawan Tzu Chi mengajak mereka untuk melakukan peragaan isyarat tangan (shou yu) berjudul “Satu Keluarga”.
Berbagi kasih di Tanah Tinggi

Berbagi kasih di Tanah Tinggi

18 Agustus 2011 Ide pembagian kupon beras ini sebenarnya berasal dari Yayasan Buddha Tzu Chi sendiri, yang dilakukan pada dua titik, yakni Tanah Sereal, Jakarta Barat dan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
Merasakan Kebahagiaan Bersama Warga Pademangan

Merasakan Kebahagiaan Bersama Warga Pademangan

30 Januari 2017

Menyambut tahun baru Imlek, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menggelar bakti sosial pembagian paket cinta kasih kepada warga Pademangan. Kegiatan ini berlangsung pada Minggu, 22 Januari 2017 di Markas Komando Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Mako Lantamal) III Jakarta.

Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -