Menyerap Dharma di Hari Penuh Berkah
Jurnalis : Dwi Hariyanto (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Mie Li, Yogie Prasetyo , Beverly, Arisman, Prawira (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)Sebanyak 154 relawan yang turut andil dalam pembentukan formasi barisan. Walaupun tampak sederhana namun ketulusan hati dalam menjalankan setiap tanggung jawab merupakan kewajiban yang harus dijalankan dengan baik.
Hari Waisak merupakan salah satu hari raya agama Buddha, di mana seluruh umat Buddha di seluruh dunia merayakannya dengan penuh sukacita. Demikian juga dengan Yayasan Buddha Tzu Chi di seluruh dunia setiap minggu kedua di bulan Mei merayakan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Tak terkecuali Tzu Chi Tanjung Balai Karimun yang juga mengadakan perayaan tiga hari besar tersebut pada Minggu, 10 Mei 2015 yang bertempat di halaman SMP Maha Bodhi Tanjung Balai Karimun.
Sehari sebelumnya, dengan sepenuh hati relawan melakukan persiapan acara Waisak. Mereka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan agar kegiatan Waisak tahun ini dapat berjalan dengan lancar. Di tengah terik matahari yang menyengat relawan tetap bekerja dengan penuh semangat. Mulai mempersiapkan altar, dekorasi panggung, dan lain-lain. “kita sudah mempersiapkan kegiatan ini kurang lebih dari dua bulan yang lalu, kita sudah mengadakan rapat persiapan dan Sabtu kemarin kita sudah mulai bekerja untuk menyiapkan tempat kegiatan ini agar dapat berjalan dengan lancar,” ujar Mie Li Shijie, wakil koordinator acara. Para relawan bekerja tanpa mengenal lelah hingga malam, dan pada hari ini pula relawan juga melakukan gladi bersih sampai pukul 22.30 WIB.
Tempat Belajar Dharma
Sejak pukul 06.30 WIB relawan sudah mulai berdatangan. Para relawan sudah mulai bekerja karena kegiatan Waisak akan di mulai pukul 08.00 WIB. Para insan Tzu Chi sudah berbaris rapi untuk memasuki altar utama perayaan Waisak. Acara ini diawali dengan menyanyikan lagu Lu Siang Chan (gatha pendupaan), relawan pun dengan rapi dan penuh khidmat mengikuti setiap prosesi hingga selesai. Prosesi pemandian rupang Buddha dipimpin oleh anggota Sangha, Biksu Vudhiko yang diikuti oleh romo/ramani, para guru-guru agama Buddha di Kabupaten Karimun, dan seluruh relawan maupun tamu undangan yang hadir.
“Kegiatan waisak Buddha Tzu Chi ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan kegiatan Waisak pada organisasi lainnya. Di sini terlihat dengan penuh khidmat dan sungguh-sungguh karena relawan bisa berbaris dengan rapi dan teratur. Sehingga semua orang dapat berdoa dengan penuh keyakinan,” ungkap Biksu Vudhiko terkesan. “Melalui kegiatan seperti ini semoga dunia bebas dari bencana dan masyarakat dapat lebih meningkatkan keyakinannya pada ajaran Buddha dengan lebih giat dalam mempelajari ajaran Buddha,” lanjutnya.
Doa perayaan Waisak dari jutaan insan Tzu Chi juga diikuti setiap insan Tzu Chi menggema di seluruh dunia. Mereka berdoa agar dunia bebas dari bencana, aman, tenteram, batin manusia tersucikan. Prosesi pemandian Rupang Buddha pada Waisak kali ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dimulai pada pukul 08.00 WIB yang di ikuti oleh relawan Buddha Tzu Chi, sedangkan siang harinya merupakan sesi kedua diikuti oleh para tamu undangan masyarakat Karimun yang didampingi sebagian relawan Tzu Chi. Sebanyak 154 relawan yang tergabung dalam barisan formasi dan 366 tamu undangan turut berpartisipasi dalam kegiatan akbar ini.
Dalam perayaan Waisak ini ternyata memberikan arti tersendiri bagi relawan Tzu Chi, salah satunya Hellen Shijie. Hellen baru pertama kali mengikuti perayaan ini. “Kegiatan ini sangat positif bagi diri saya sendiri, dari latihan yang sudah kita laksanakan sampai sekarang kita dituntut untuk disiplin, tertib dan sempurna. Hal ini secara tidak langsung melatih diri kita. Di Tzu Chi ini saya bisa menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang positif,” ujar Hellen Shijie.
Lain halnya dengan Ema Shijie yang terus kerja keras menyiapkan acara ini bersama dengan relawan Tzu Chi lainnya. “Saya sangat terharu dengan kegiatan Waisak tahun ini karena semua relawan bisa bekerja sama dengan baik, semua koordinator bisa bekerja sama dan tahu apa yang harus dikerjakan,” ucap relawan Komite ini. “Waisak ini dapat berjalan sukses, lancar dan penuh khidmat, walaupun masih ada sedikit kekurangan yang nantinya bisa jadi evaluasi untuk kebaikan acara Waisak tahun depan,” imbuhnya.
Ema Shijie sangat terkesan dengan kerjasama segenap relawan sehingga kegiatan seperti ini dapat berjalan dengan semestinya.
Sari terharu dan tersentuh dengan aksi membasuh kaki yang dilakukan putranya sebagai wujud ras abakti kepada orang tua.
Mengajarkan Bakti pada Orang Tua
Perayaan Waisak ini dirangkai dengan peringatan Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan dalam rangka peringatan Hari Ibu Internasional. Ini bertujuan untuk mengajarkan pada semua orang agar menyayangi orang tua. Para peserta diajak untuk membasuh kaki dan memberikan teh pada orang tua. Banyak orang tua dan anak yang terharu dengan kegiatan ini.
Sari, salah satu warga dari Meral merasa terharu hingga tak mampu membendung air matanya. “Saya sangat terharu dengan kegiatan seperti ini, ini pertama kali dalam hidup saya. Di mana anak saya mau mencuci kaki saya,” ungkap Sari. Ia juga berharap melalui kegiatan ini dalam diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Saya juga berharap ini akan berlanjut di kehidupan sehari-hari dan ia menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya,” tukasnya.
Perayaan Hari Ibu Internasional ini mengajarkan anak untuk lebih berbakti pada orang tuanya. Kita harus bisa bersyukur apabila saat ini masih memiliki orang tua, sayangi dan berbakti kepada mereka, karena kita akan menyesal disaat mereka sudah tiada. Seperti yang dikatakan Master Cheng Yen, “Dua hal yang tidak bisa kita tunda di dunia ini yaitu berbuat kebaikan dan berbakti pada orang tua.”
Selain perayaan Waisak, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun juga mengadakan kegiatan peringatan Hari Ibu Internasional pada tanggal 10 Mei 2015.