Menyerap Metode Pembelajaran Budi Pekerti

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati
 

foto
Para guru, pemilik atau pengurus sekolah-sekolah Buddhis mengikuti acara Pelatihan Budaya Humanis Tzu Chi selama dua hari tanggal 21-22 Desember 2013.

Karakter seseorang baik atau buruk dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk membentuk karakter anak menjadi lebih dewasa membutuhkan pendidikan budi pekerti sejak dini. Karenanya, Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis Indonesia (BKPBI) bersama Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan Pelatihan Budaya Humanis Pendidikan Tzu Chi untuk para guru, pemilik dan pengurus sekolah-sekolah Buddhis.

Kegiatan digelar selama dua hari di Xi She Hall, Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara selama dua hari. “Salah satu unsur untuk menerapkan pendidikan budi pekerti di sekolah dengan memberikan bekal dan membagikan pengalaman metode pembelajaran budi pekerti yang sekolah Tzu Chi terapkan selama ini,” ujar Hong Tjin, Ketua Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis Indonesia.

Pelatihan Budaya Humanis Pendidikan Tzu Chi berakhir pada tanggal 22 Desember 2013. Selama dua hari mendapatkan bekal penerapan metode pembelajaran, pelestarian lingkungan, belajar bahasa isyarat tangan, bedah buku “Pedoman Guru Humanis” bahkan dalam kesempatan ini juga mempraktikkan metode pembelajaran budi pekerti. Banyak kesan positif yang bermunculan setelah mengikuti acara ini. Salah satunya Rustini, pengajar di Sekolah Dharmaloka Pekanbaru. Ia mengaku mendapatkan banyak hal baru mengenai pendidikan budi pekerti untuk anak didik. Ia pun akan menerapkan apa yang diperoleh di pelatihan ini. “Saya ingin mencontoh metode-metode yang telah diajarkan oleh sekolah Tzu Chi di sekolah saya nantinya. Jika bisa saya terapkan maka akan sangat luar biasa,” ungkap Guru Agama Buddha ini. Dengan pendidikan budi pekerti, anak-anak bisa mengamati dan mempraktikkan bagaimana seharusnya berperilaku. Selama pelatihan ini, bukan hanya metode pembelajaran yang ia dapatkan, namun tata krama dan kedisiplinan juga didapatkan. “Di sini teratur sekali dari cara makan, cara berjalan, dan lain-lain. Berbeda dengan di sekolah saya yang terkadang anak makan saja sambil berlari-larian. Di sini sangat disiplin,” tambahnya.

Dalam mengajarkan budi pekerti kepada anak, Sekolah Tzu Chi juga menggunakan kata perenungan Master Cheng Yen. Bagi Rustini kata-kata perenungan ini akan mudah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari bagi anak setelah memahami kata perenungan tersebut. Ia pun berharap agar pendidikan budaya humanis seperti ini tidak hanya diterapkan oleh sekolah-sekolah Buddhis saja melainkan sekolah non Buddhis juga.

foto   foto

Keterangan :

  • Salama dua hari mendapatkan materi, masing-masing kelompok peserta mempraktikkan metode pembelajaran budi pekerti dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (kiri).
  • Riani (paling kanan) dan Rustini (dua dari kanan) memperagakan bahasa isyarat tangan yang dipelajari dalam pelatihan budaya humanis pendidikan Tzu Chi ini (kanan).

Pada pelatihan budaya humanis ini juga diikuti oleh perwakilan dari Sinarmas. Sinarmas memiliki program pendidikan “Ayo Belajar SMART” yang menitikberatkan pada pendidikan budi pekerti yang tersebar di sekolah-sekolah perkebunan. Riani Purnamasari, salah satu peserta perwakilan dari Sinarmas mengatakan bahwa dengan apa yang didapatkan pada pelatihan ini akan di aplikasikan dalam sekolah tersebut. “Dengan mengikuti kegiatan ini kami dapat menambah nilai-nilai budi pekerti. Sehingga bisa kami mengelola praktik nyata budaya humanis dalam sekolah-sekolah kami,” ucap Riani. Lebih lanjut Riani berharap agar pelatihan budaya humanis bukan hanya sekali saja, namun secara berkelanjutan. “Training seperti ini agar bisa diadakan bukan hanya sekali saja sehingga bisa mengajak guru-guru yang terjun langsung dalam pendidikan,” harapnya.

Melihat antusias para peserta dan pentingnya metode pendidikan budi pekerti untuk anak-anak, maka pelatihan seperti ini akan dilakukan secara berkelanjutan. Dengan pendidikan budi pekerti, anak-anak bukan hanya belajar secara intelektual saja, namun bisa mengalami dan merasakan apa yg diperoleh sehingga bisa menyerap pendidikan tersebut. Bahkan Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis Indonesia (BKPBI) terbuka bagi non anggota BKPBI untuk mengikuti pelatihan budaya humanis ini.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Kunci untuk Menyelamatkan Bumi

Suara Kasih : Kunci untuk Menyelamatkan Bumi

05 November 2010 Sejak gempa bumi terjadi, insan Tzu Chi terus mendampingi warga setempat dan membimbing mereka untuk melakukan daur ulang. Hal ini telah menjadi kegiatan baru bagi warga setempat. Setiap keluarga berpartisipasi dalam melakukan daur ulang. Ini merupakan sebuah harapan.
Mengajak Pengunjung Mall Berdonor Darah

Mengajak Pengunjung Mall Berdonor Darah

15 Juli 2016
Relawan Tzu Chi Pekanbaru membantu PMI Kota Pekanbaru melakukan sosialisasi donor darah kepada pengunjung pusat perbelanjaan.
Serpihan-serpihan Tenggang Rasa

Serpihan-serpihan Tenggang Rasa

21 Maret 2012 Kendati demikian saya harus tetap bertahan hingga liputan nanti malam. Sesuai target liputan dari Jakarta, malam itu saya akan mewawancarai beberapa relawan yang bertugas mendampingi pasien hingga larut malam.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -