Menyingsingkan Lengan Untuk Membantu

Jurnalis : Riana Astuti, Fotografer : Riana Astuti, Merry Christine (He Qi Barat)

Relawan Tzu Chi datang dengan kasih untuk memberikan bantuan kepada korban kebakaran yang  berada di Kampung Guji Baru pada tanggal 16 Oktober 2014.

Terik matahari tepat berada di atas kepala, pancaran sinarnya yang kuat seakan menunjukkan kegagahannya. Gersang dan panas melebur menjadi satu di Kampung Guji Baru, Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Tepatnya 11 Oktober 2014 si “jago merah” melahap habis seluruh bangunan rumah tanpa tersisa, kini hanya puing dan bekas kepulan asap yang menghitam ditembok rumah yang hancur. Tidak ada barang yang dapat diselamatkan, hanya selembar pakaian yang melekat pada tubuh saja. Peristiwa mengenaskan itu terjadi pada pukul 4 sore. Tiba-tiba kobaran api membumbung tinggi dari sebuah rumah yang berada di RT 06 dan juga menghabiskan rumah yang berada di RT 05.  Melihat api yang kian membesar warga pun panik, berlarian mencari pertolongan. Hal yang pertama mereka selamatkan dari musibah yang menerpa adalah keluarga.

Leo Kusno selaku koordinator pembagian bantuan paket kebakaran menyampaikan  rasa syukur dan bahagia kepada warga.  

Potret suasana pasca kebakaran yang menghanguskan Kampung Guji Baru, Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dengan kasih menyingsingkan lengan untuk meringankan penderitaan warga korban kebakaran. Pasca kebakaran para warga membutuhkan bantuan agar bisa bangkit dari keterpurukan. Sebanyak 185 bantuan disalurkan kepada warga korban kebakaran. “Warga membutuhkan bantuan berupa popok bayi pampers, susu untuk anak,  air mineral dan obat-obatan. Keadaan pengungsi saat ini masih sehat. Saya pribadi sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah memperhatikan warga di sini,” ungkap Iye selaku perwakilan RT setempat. 

Pemadaman api berlangsung selama 4 jam, pada jam 8 malam api sudah dapat dipadamkan. Namun  api menyala kembali pada pukul 4 subuh. 29 pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api dan hingga saat ini masih belum diketahui penyebab kebakaran tersebut. Rata-rata penduduk Kampung Guji Baru merupakan warga pendatang yang mengadu nasib di Jakarta. setiap harinya mereka mencari nafkah dengan menjadi pedagang di pasar dan menjadi pemulung.

Pak Min  mengikhlaskan seluruh harta benda yang telah terbakar. Kini Pak  Min mencoba bangkit dari keterpurukan.

Bantuan yang diberikan Tzu Chi kepada Wirda Asih (kiri) dapat bermanfaat bagi keluarganya. Doa masih terus dipanjatkan agar dapat memulihkan kondisinya pasca kebakaran. 

Mengambil Hikmah dari Kejadian

Welas asih yang dimiliki relawan saat membagikan paket bantuan merupakan salah satu wujud dari kepedulian antar sesama. Relawan pun berharap dengan bantuan yang diberikan dapat menolong korban sehingga mampu meneruskan kembali kelangsungan hidup mereka. Tidak ada yang pernah mengira bahwa peristiwa kebakaran akan terulang kembali di tempat yang sama. Ketika kebakaran terjadi sebagian warga tidak berada di rumah, mereka masih melakukan rutinitas malahan ada warga yang pulang ke kampung halamannya. Duka dan luka menyelinap di dalam benak korban, mereka mencoba bangkit meskipun dalam keadaan memprihatinkan. Saumin yang akrab disapa Pak Min ini adalah seorang warga yang tinggal di Kampung Guji Baru sejak tahun 1996. Kesehariannya Pak Min menjadi tukang pulung disekitaran Kebon Jeruk, RCTI, dan Pos Pengumben. Pada saat kebakaran terjadi ia tidak berada di rumah, hanya Suharti istrinya yang tengah berjualan di rumah. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari Suharti membuka warteg. Suharti sempat histeris ketika kebakaran terjadi, ia pun tidak dapat berbuat apa-apa. Sekejap mata api telah menelan seluruh isi rumah yang ada dihadapannya.

Pukul setengah 6 sore Pak Min pulang ke rumah, Suharti menunggu di warung bensin depan jalan. Setelah dilihat suaminya datang Suharti pun memeluk dan menangis. “Saat kejadian saya enggak di rumah. Cuma istri aja yang di rumah sambil jualan. Pas saya pulang mulung, istri saya nunggu di warung bensin depan. Dia langsung nangis. Pas saya tahu rumah habis terbakar saya pun lemas. Saya pasrah. Semua sudah abis kebakar. Ya, sudah terbakar mau diapain lagi ya,” papar Pak Min. Saya pun sangat berterima kasih pada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah membantu. Bantuan yang diberikan sangat bermanfaat bagi kami,” tukas Pak Min sembari tersenyum. Tidak hanya isi rumahnya saja yang ludes, uang tabungan dari hasil jualan warteg dan mulungnya pun juga ikut terbakar. Rencananya dua hari sebelum musibah terjadi, Pak Min dan istrinya akan pulang kampung untuk menjenguk anak dan cucunya.

Wirda Asih pun turut menjadi korban kebakaran, ibu dari dua anak ini sangat terpukul akan musibah yang datang. Sewaktu musibah terjadi ia dan anaknya berada di rumah. Aroma sangit tercium dari lubang hidungnya dan Wirda pun mendengar suara teriakan warga. Wirda membawa lari anaknya ke luar rumah, di depan rumahnya api sudah besar. Tanpa pikir panjang iya keluar dari rumahnya tanpa membawa harta benda. “Waktu kebakaran saya sedang cuci piring terus mau merebus air untuk mandi anak saya yang lagi sakit tampak. Dari dalam rumah saya dengar teriakan dan ada aroma sangit. Saya langsung bawa anak saya keluar. Pas di luar api sudah besar. Harta benda semua habis. Kedatangan relawan Tzu Chi dengan memberikan bantuan sangat membantu sekali. Saya ucapkan terima kasih. Saya pun mohon doa agar kami dapat membangun rumah kembali, ” cerita Wirda Asih sambil berkaca-kaca. Seusai kejadian, sebagian warga  mulai membangun kembali rumah mereka yang hancur. Bantuan pun masih terus mengalir dari berbagai elemen. Mereka mencoba untuk melakukan aktivitasnya kembali. Mereka sejenak melupakan peristiwa yang merenggut asa mereka.


Artikel Terkait

Menyingsingkan Lengan Untuk Membantu

Menyingsingkan Lengan Untuk Membantu

17 Oktober 2014

Tepatnya 11 Oktober 2014 si “jago merah” melahap habis seluruh bangunan rumah tanpa tersisa, kini hanya puing dan bekas kepulan asap yang menghitam ditembok rumah yang hancur. Tidak ada barang yang dapat diselamatkan, hanya selembar pakaian yang melekat pada tubuh saja. Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dengan kasih menyingsingkan lengan untuk meringankan penderitaan warga korban kebakaran. 

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -