Menyongsong Hari Esok dengan Syukur Penuh Harapan

Jurnalis : Simfo Indrawati (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, Lily Hermanto, Handra Sikoko, Pieter Chang, Zushin Prayetno (Tzu Chi Medan)
 

foto
Tanggal 25 Januari 2014, sekitar dua ribu orang menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun yang diselenggarakan Tzu Chi Medan.

Tahun 2013 telah kita hantarkan dengan hati penuh rasa syukur dan terima kasih. Dalam rangka menyambut Tahun Baru 2014 dan menyongsong Tahun Baru Imlek 2565, pada Sabtu malam tanggal 25 Januari, bertempat di Selecta Royal Ballroom Medan, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Cabang Medan menyelenggarakan acara Pemberkahan Akhir Tahun 2013. Acara ini sebagai wujud syukur dan terima kasih atas cinta kasih dan dukungan dari seluruh donatur dan relawan Tzu Chi sehingga sumbangsih Tzu Chi kepada seluruh lapisan masyarakat dapat terus berlanjut.

Pada malam ini, lebih dari dua ribu hadirin ikut menggemakan suara doa dari lubuk hati terdalam demi memohon keselamatan bagi dunia dan Indonesia pada khususnya. 

Suara tabuhan genderang yang megah menggelegar memenuhi seisi ruangan sebagai awal persamuhan Dharma ini, dilanjutkan dengan Gatha Pembuka Sutra dan pementasan adaptasi Sutra Amitartha (Wu Liang Yi Jing) dalam bentuk bahasa isyarat tangan oleh lebih dari seratus relawan pementas adaptasi sutra.

Bangkit dari Keterpurukan
“Saya berterima kasih sekali kepada Tzu Chi karena membangun rasa percaya diri dan memupuk keberanian saya dalam menghadapi dunia luar dan semua orang, karena sebelumnya saya tidak berani menghadapi orang dan bersosialisasi dengan orang di sekitar,” demikian Juk Mei berbagi kisahnya di atas pentas, dulu dia adalah salah seorang penerima bantuan pengobatan Tzu Chi yang kemudian berbalik menjadi Bodhisatwa dunia dan menjadi relawan yang membantu orang lain. Juk Mei menjalani operasi pemulihan fisik di RS Harapan Jaya Pematang Siantar pada tahun 2005 akibat kecelakaan luka bakar pada tahun 1995 yang mengakibatkan wajah dan sebagian tubuhnya berubah.

foto  foto

Keterangan :

  • Juk Mei adalah salah seorang penerima bantuan pengobatan Tzu Chi yang kemudian berbalik menjadi Bodhisatwa dunia dan menjadi relawan yang membantu orang lain (kiri).
  • Steven sangat senang karena sekarang bisa beraktivitas kembali setelah menjalani operasi. Ia bertekad menyelesaikan kuliah dan ikut membantu orang di Tzu Chi (kanan).

Selanjutnya giliran naik ke atas pentas untuk berbagi kisah hidupnya adalah Steven, seorang mahasiswa Fakultas Teknik pada sebuah perguruan tinggi swasta di Medan. Steven menderita penyakit kaki gajah sejak lahir. Pada tahun lalu, Steven berjodoh dengan Tzu Chi Medan dan menjalani proses pengobatan di RS Tzu Chi di Hualien Taiwan. “Sewaktu saya hendak menjalani operasi, hati saya deg deg-an, namun para relawan Tzu Chi sungguh luar biasa, mereka sering datang mengunjungi dan mendampingi saya. Saya senang sekali karena sekarang bisa beraktivitas seperti orang biasa. Saya mau menyelesaikan kuliah dan nantinya ikut membantu orang di Tzu Chi,” tutur Steven yang baru pulang ke Medan pada 14 Januari 2014 dari Hualien setelah menjalani operasi sebanyak tiga kali di sana.

Menjalankan Ikrar untuk Melayarkan Perahu Dharma
“Dengan keyakinan teguh tidak tergoyahkan untuk masa seratus ribu koti kalpa… Dengan keyakinan teguh tidak tergoyahkan untuk masa seratus ribu koti kalpa …..” Sebanyak 45 orang relawan pria melangkah dengan langkah tegap naik ke atas pentas untuk memperagakan bagaimana Mahabhiksu Jianzheng “Menjalankan Ikrar” untuk mengembangkan ajaran Buddha di Jepang pada sekitar tahun 750 Masehi. Pementasan ini membuat para hadirin terpukau, apalagi setelah pementasan oleh para relawan pria yang penuh semangat ini, dilanjutkan dengan peragaan bahasa isyarat tangan “Mewujudkan Impian” oleh 62 relawan wanita yang penuh kelembutan. “Rembulan tahu akan cita-citaku ingin mewariskan pelita terang ke negeri orang, tidak terhalangi oleh rintangan apa pun demi menyebarkan ajaran Buddha dengan hati yang murni,” demikian arti salah satu lirik yang dipentaskan.

Terharu dan Menjadi Lebih Bersyukur
Sebelum acara puncak berupa pembagian angpao berkah dari Master Cheng Yen, terlebih dahulu hadirin menyimak ceramah dari Master Cheng Yen: “Sesungguhnya selain melewati tahun baru, kita juga harus menjaga pikiran dengan baik pada setiap detik agar selalu berada di jalan yang benar dan tidak menyimpang.”

foto  foto

Keterangan :

  • Angpao berkah sebagai wujud terima kasih Master Cheng Yen dibagikan kepada para hadirin (kiri).
  • Di akhir acara, semua bersatu hati memohon agar batin manusia bisa disucikan, masyarakat damai sejahtera, dan dunia dijauhkan dari bencana (kanan).

“Cukup bagus! Acara ini bisa menginspirasi semua orang, mengajari kita untuk bisa berbagi, karena masih banyak yang lebih membutuhkan daripada kita sekarang. Kita sekarang dapat menikmati kesenangan, tapi di luar sana masih banyak yang sengsara,” ungkap salah seorang hadirin, Kevin (18 tahun).

Sedangkan Linda yang telah menjadi donatur Tzu Chi selama 3 tahun mengungkapkan, “Kisah dari para penerima bantuan Tzu Chi yang di-sharing hari ini sangat mengharukan, mereka memiliki semangat dan tekad yang kuat. Saya juga sangat kagum saat melihat pementasan Dharma dalam bentuk bahasa isyarat tangan yang rapi. Ada begitu banyak orang yang bisa bersatu hati, ini bukanlah hal yang mudah.”

Waktu 2 jam tanpa terasa telah dilalui, acara ditutup dengan doa bersama. Semoga keterharuan hari ini dapat menginspirasi lebih banyak orang dan diwujudkan dalam tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat banyak, batin manusia bisa disucikan, masyarakat damai sejahtera dan dunia dijauhkan dari bencana.

  
 

Artikel Terkait

Uluran Tangan untuk Korban Kebakaran

Uluran Tangan untuk Korban Kebakaran

24 Januari 2019

Dua hari setelah kebakaran melanda, Rabu, 23 Jan 2019, 20 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2 membagikan 250 paket bantuan beserta 175 buah terpal kepada warga korban kebakaran di Tomang Rawa Kepa, Jakarta Barat. Kebakaran yang terjadi pada Senin pukul 02.30 dini hari tersebut, menghanguskan 165 bangunan dan berdampak pada 1.251 warga lima RT di tiga RW.

Buku Adalah Jendela Dunia

Buku Adalah Jendela Dunia

11 April 2019

Pada 10 April 2019, sebanyak 15 orang siswa-siswi tunanetra SLB-A Karya Murni (A simbol untuk mata) dan 6 orang guru mengunjungi Jingsi Book & Café. Kegiatan ini mengajak para siswa SLB untuk memahami makna dari buku-buku karya Master Cheng Yen dengan cara dibacakan oleh guru pendamping.

Suara Kasih : Bulan Penuh Berkah

Suara Kasih : Bulan Penuh Berkah

18 Agustus 2010

Bulan tujuh adalah bulan berbakti, bulan penuh syukur dan berkah
Para siswa Buddha menjalani masa varsa dan memperoleh pencapaian

Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -